f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
Kegagalan

Bangkit dari Kegagalan dengan Menulis

Sudah satu jam Awan merenung di kamarnya yang bernuansa biru. Dia masih memikirkan akan kegagalannya pada tes CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) tahun ini. Bagaimana tidak, Awan tersingkir hanya dengan selisih satu poin saja dari kompetitornya.

Mamanya yang sedari tadi berada di dapur tiba-tiba mengetuk pintu kamar Awan. “Wan, ayo makan dulu. Mama sudah masak ikan tuna plus sambal kesukaan kamu, nih” ujar mama Awan dari balik pintu. Sang anak pun menjawab, “Iya, nanti saya ke meja makan. Sekarang saya masih kenyang, Ma.”

Setelah menyeka air mata di wajahnya, Awan bergegas ke ruang makan. Di meja makan telah terhampar banyak makanan selain yang telah disebutkan oleh mamanya. Ada perkedel jagung, sayur bayam, bahkan gorengan. Semuanya begitu menggugah selera.

Makan siang menjadi pengobat lara di hati Awan. Citarasa ikan tuna bercampur nasi dan sambal begitu menggoyang lidahnya. Segelas air dingin yang diteguk Awan semakin menambah kenikmatan santapannya tersebut. “Wan, kamu habis nangis ya?”tanya mamanya secara tiba-tiba.   

Awan terkejut dengan pertanyaan tersebut. Dia kemudian menjawab, “Nggak kok. Saya ini habis bangun tidur, Ma.” Awan berusaha untuk menutupi kesedihannya. Namun mamanya tidak percaya dan berkata, “Wan, kamu jangan bohong deh. Coba cerita sama Mamamu ini.”

Pada akhirnya, Awan tidak sanggup menutupi raut kesedihannya. Dia berkata, “Ma, maafin Awan ya. Awan gagal jadi PNS di tahun ini.” Mamanya langsung merespon, “Wan, kamu harus tetap semangat ya. Mama akan selalu mendukung dan mendoakanmu. Jangan lupa kamu memperbanyak doa kepada Allah ya.”

***

Sehari setelahnya, Awan mencoba move on dari kegagalannya menjadi PNS. Dia membuka laptop merahnya dan mencari berbagai lowongan pekerjaan. Sayangnya, belum ada pekerjaan yang benar-benar menarik di matanya. Meskipun demikian, Awan tetap melamar pekerjaan-pekerjaan tersebut.

Baca Juga  Bertemu Kakek Pincang

Tak terasa sudah tiga bulan berlalu namun Awan belum jua mendapatkan pekerjaan. Berbagai panggilan interview atau tes kerja yang dijalaninya berakhir dengan kegagalan. Beruntung mamanya tetap memberi semangat, nasehat bahkan info lowongan pekerjaan untuknya.  

Di dalam kalut pikirannya, Awan mendapat secercah ide untuk menulis. Ide tersebut didapatkannya setelah melihat sebuah media online di handphone-nya. Sejurus kemudian, dia pun bergegas kembali ke laptopnya. Mencari ide atau inspirasi untuk tulisannya dan menuangkannya lewat ketikan jemari.

Dunia kepenulisan bukan hal yang asing bagi Awan. Sewaktu masih duduk di bangku SMA, dia sering mengirimkan karya tulisnya ke majalah sekolah. Dengan demikian, sudah seharusnya Awan tak akan kesulitan untuk menafsirkan imajinya ke dalam sebuah tulisan.

Sayangnya, perjuangan Awan untuk menerbitkan karya tulisnya mengalami kegagalan. Sehari setelah dia mengirim cerita pendek (cerpen) ke sebuah media onlinee-mail penolakan sudah berada di inbox-nya. “Apakah ada yang salah dengan tulisan saya?!”gerutunya di dalam hati.

Setelah merenung begitu lama, Awan kemudian mengevaluasi usahanya. Setiap selesai shalat, dia rutin berdoa agar tulisannya dapat dimuat di media online. Tidak lupa dia juga membedah dan menganalisis berbagai cerpen yang ada di jagad internet. Awan ingin meningkatkan kualitas cerpennya.

***

Pada percobaan ketiga, naskah cerpen Awan berhasil dimuat oleh sebuah media online. Dia benar-benar merasa gembira akan hal tersebut. “Yes! Akhirnya cerpen saya dimuat juga!”pekik Awan di dalam hatinya. Saking senangnya, dia sampai melompat-lompat kegirangan di atas lantai kamarnya.

Kegembiraan tersebut semakin bertambah ketika dia membagikan cerpennya di media sosial dan mendapat likes dan komentar positif dari teman-temannya. Beberapa di antaranya bahkan sampai membagikan cerpen buatan Awan di media sosial milik mereka secara sukarela.

Baca Juga  Menyesali Kebodohan

Paling istimewa tentu ketika mamanya memberi apresiasi secara langsung. “Wan, tadi Mama lihat tulisanmu di Facebook lho. Mantap! Terus berkarya ya, Nak,”ujar mamanya yang membuyarkan lamunan Awan di teras rumah. Mendengar hal tersebut membuat hati Awan semakin berbunga-bunga.

Dukungan serta pujian yang diberikan oleh orang-orang terdekatnya semakin memotivasi Awan untuk menulis. Meskipun gelombang penolakan dari redaktur datang menerpa, dia tetap berusaha untuk menerjangnya. Hasilnya, beberapa cerpen buatannya berhasil dimuat di beberapa media online.

Tiga bulan menekuni kegiatan menulis, Awan kemudian mendapatkan tawaran untuk menulis. Reza-temannya yang berprofesi sebagai penulis lepas-mengajaknya untuk menulis buku antologi. “Wan, ikut gue bikin buku antologi yuk,”ujar Reza di dalam pesan WhatsApp-nya.

Awan merasa gembira sekaligus grogi dengan tawaran dari temannya tersebut. Gembira karena ada pintu rezeki tak terduga yang terbuka untuknya. Di sisi lain, dia merasa grogi karena belum pernah terlibat di dalam proyek menulis buku. Alhasil, Awan tak bisa membalas chat dari Reza tersebut.

***

Seminggu setelah penawaran menulis buku antologi, Reza kembali menghubungi Awan. “Wan, gimana? Jadi gak lu gabung proyek menulis buku antologi sama gue?” Awan kemudian menjawab, “Iya, gue mau.” Reza kemudian mengirim segala persyaratan dan tata cara penulisan serta pengiriman cerpen.

Sejurus kemudian, Awan mulai menulis naskah cerpennya. Mula-mula dia mencari inspirasi di internet dan ingatannya. Kemudian dia mulai membangun kerangka cerpen dan merangkai kata-kata yang pas untuk tulisannya. Lima hari kemudian, Awan mengirimkan naskah cerpennya ke e-mail penerbit.

Dua pekan setelah pengiriman cerpen, Reza menghubungi Awan. “Wan, selamat ya. Cerpen lu berhasil dimuat di dalam buku antologi,”ujar Reza via pesan WhatsApp. “Iya, terima kasih ya, Za,” balas Awan dengan singkat. Percobaan pertamanya mengikuti proyek menulis buku antologi berjalan sukses.

Baca Juga  Rumah Rahasia Bapak

Setelahnya Awan mendapatkan satu kabar gembira lagi, dimana dia dan Reza terpilih menjadi penulis terbaik di buku antologi cerpen tersebut. Oleh karena itu, namanya dan juga nama Reza terpampang di bagian cover buku antologi cerpen. Awan benar-benar terkejut dengan hal tersebut.

Selain menulis, Awan juga harus menjual dan mempromosikan buku antologinya. Dia tidak begitu mengalami kesulitan untuk menemukan pembeli. Teman-teman SMA-nya begitu antusias untuk membeli sekaligus menikmati karyanya. Bahkan Awan juga berhasil mendapat pembeli dari media sosialnya.

Keputusan Awan untuk terjun ke dunia kepenulisan membuahkan berkah yang tak terduga. Dia memang gagal menjadi PNS, namun Allah memberi jalan rezeki lain baginya. “Alhamdulillah Ya Allah, Engkau memberiku rezeki dari jalan yang tidak terduga,” ucap Awan dalam hati.

Bagikan
Post a Comment