f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
ulang tahun syifa

Kado Ulang Tahun untuk Syifa

Syifa duduk di atas kursi dengan wajah cemberut. Tetap saja keinginannya tak berubah. Hari ulang tahunnya yang kesepuluh mesti dirayakan dengan meriah dan mengundang seluruh teman-temannya. Namun keinginan itu belum diiyakan oleh kedua orang tuanya. Syifa sudah meminta itu jauh-jauh hari tetapi tak pernah ada tanggapan dari ayah dan ibunya.

“Ayah sepertinya tak bisa hadir karena ada agenda keluar kota untuk membahas proyek besar. Semoga saja ibumu bisa hadir dan mengurus semuanya,” kata sang ayah yang kemudian sibuk terima panggilan handphone dari temannya dan itu membuat hati Syifa jadi semakin sedih dengan kenyataan itu.

“Aduh Syifa kayaknya ibu juga tak bisa ngurus ulang tahun kamu sebab kalau tidak salah ibu mesti menghadiri tunangan anak tante Rika. Biar nanti Bi Inah ibu suruh untuk mengurus segalanya,” cerita itu semakin membuat Syifa sedih karena tak ada yang peduli dengan keinginannya itu.

Syifa tak habis pikir selalu saja kedua orang tuanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Syifa terus memendam kesedihan dan tak ada satupun solusi yang bisa memenuhi keinginan yang dipendamnya selama ini. Ayah dan ibunya seolah tak peduli dengan keinginannya. Terpikir di benaknya Syifa hendak kabur saja dari rumah. Syifa berpikir mungkin itu satu-satunya cara kedua orang tuanya mau memperhatikannya.

***

Lega hati Syifa setelah keluar dari rumah. Bi Inah pun tak tahu karena kebetulan sedang belanja ke pasar. Syifa berhenti sejenak dan berpikir ke mana ia harus pergi. Kalau ke rumah kakek dan neneknya sudah pasti kedua orangtuanya akan tahu. Syifa harus pergi ke tempat yang tidak diketahui oleh ayah dan ibunya dengan harapan keduanya akan semakin peduli dan memperhatikan anak semata wayangnya.

Tapi sial menimpa Syifa karena sebuah motor menyerempetnya. Syifa terjatuh dengan luka yang ada di tangannya. Syifa merasakan sakit dan kaget karena tangannya terlihat berdarah. Dia menahan rasa sakitnya dan kemudian berpikir untuk kembali pulang ke rumahnya. Tetapi selanjutnya Syifa seperti terbentur tongkat yang digerakkan seseorang.

Baca Juga  Tetap Menjadi Ibu Bahagia di Era Layar

“Aduh. Hei kalau jalan hati-hati dong,” Syifa berteriak secara spontan.

“Maaf-maaf kalau tongkatku justeru telah membuatmu sakit. Aku tak bisa melihat. Aku baru pulang ke sekolah,” ujar anak lelaki yang kemudian mengenalkan dirinya, Rudi.

Syifa pun menyesal karena telah memarahi Rudi yang matanya buta. Kendati tangannya masih sakit Syifa bangkit dan tersadarkan jika kini di hadapannya ada orang yang tak seberuntung dirinya.

“Sorry kalau aku telah marah kepadamu karena aku tak tahu. Aku tadi keserempet motor dan terjatuh…”kata Syifa.

“Kalau begitu, ikut aku saja. Nanti di rumah luka tanganmu akan diobati,” ujar Rudi kemudian dan keduanya terus berjalan hingga akhirnya sampai di sebuah rumah sederhana. Syifa tahu jika Rudi hidup dengan ibunya, Bu Ida.

***

Syifa mendapati hal yang lebih indah daripada sekedar merayakan ulang tahunnya. Syifa bisa belajar tentang arti kepedulian dari Rudi dan Syifa merasa senang untuk sementara tinggal dengan keluarga sederhana itu. Tetapi Bu Ida tetap mengingatkan agar Syifa pulang ke rumahnya lagi agar orang tuanya tidak khawatir. Syifa sepertinya lebih betah tinggal di rumah sederhana itu daripada tinggal di rumahnya yang mewah tetapi tak ada yang peduli dengannya. Bu Ida pun mengobati luka di tangannya dan Bi Ida seringkali bercerita tentang kisah-kisah binatang yang jarang dilakukan oleh ibunya.

Justru kali Syifa ini merasa senang dan bahagia karena bisa membacakan buku pelajaran milik Rudi sehingga jadi mudah menghafal pelajarannya hari itu. Rudi bersekolah di SLB dan biaya sekolahnya pun hasil dari jualan nasi kuning Bu Ida. Kendati Rudi tak bisa melihat tetapi semangat dan cita-citanya begitu tinggi karena ingin melanjutkan ke perguruan tinggi.

Baca Juga  Pekan Pertama Adam Belajar Puasa

“Aku kadang ditertawakan oleh teman-teman karena aku ingin sekolah sampai perguruan tinggi. Dan aku sendiri tak bisa melihat dan keadaan hidupku tak seberuntung kamu, Syifa,” Rudi sedikit menghiba.

“Aku malah senang karena kamu punya cita-cita seperti itu, biar kamu tak bisa melihat tetapi kamu harus berjuang untuk bisa menggapai cita-citamu itu,” Syifa memberi semangat kepada Rudi.

“Terus kamu sendiri mengapa kabur dari rumah ?”

“Aku kesal kepada kedua orang tuaku karena tak peduli dengan acara ulang tahunku. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing,” Syifa tampak kesal dengan kenyataan itu.

“Setiap tahu ulang tahun kamu itu dirayakan secara meriah. Kalau ultah kamu dirayakan masih mending tapi kalau hari ulang tahun mesti dirayakan percuma saja, karena selain aku tak bisa melihat kemeriahan acara ulang tahunku bersama teman-temanku juga uangnya untuk itu semua darimana Syifa. Tahu sendiri, ibuku hanya jualan nasi kuning,” ujar Rudi kemudian.

***

Syifa akhirnya sadar, jika ia tak baik berlaku yang kurang menyenangkan karena telah kabur dari rumah hanya karena kedua orang tuanya tak peduli kepadanya. Terbayang wajah kedua orangtuanya dan Syifa pun rindu ingin berjumpa dengan mereka.

***

Syifa pun akhirnya diantar Rudi dan Bu Ida pulang ke rumahnya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Bu Ida jsuetru terkejut saat melihat kedua orangtua Syifa karena Bu Ida pernah bekerja dengan sebagai asisten rumah tangga namun bukan di rumah yang sekarang.

“Jadi Syifa selama beberapa hari ini tinggal di rumah Bi Ida. Saya khawatir dengan keberadaan Syifa bahkan sudah melapor ke polisi. Terima kasih Bi Ida telah mengantarkan Syifa ke rumah lagi,” terang Pak Hamid, ayah Syifa.

Baca Juga  Menjadi Suami Kualitas Ori di Kala Pandemi

“Lalu siapa anak laki-laki itu Bi Ida ?” tanya Bu Tina, ibu Syifa.

“Ini Rudi Bu. Bayi yang dititipkan kepada saya dulu. Saya berusaha mencari ibu dan bapak tapi tak pernah bisa menemukan tetapi atas takdir Tuhan sekarang kita bisa bertemu,” kata Bi Ida.

Bu Tina dan Pak Hamid memeluk Rudi penuh kasih sayang. Rudi ternyata anak sulung mereka tetapi karena tak bisa melihat dan saat itu keduanya belum siap menerima kenyataan itu maka dititipkanlah kepada Bi Ida untuk dirawat.

“Ini kakakmu Syifa. Maafkan kami Rudi karena saat itu kami belum bisa menerima kehadiranmu. Tapi kali ini pintu ini terbuka buat kamu dan juga Bu Ida.” Ujar Pak hamid.

***

Syifa terharu dan meneteskan air mata melihat kenyataan itu. Dia tak menyangka karena kaburnya dari rumah sebab tidak dirayakan ulang tahunnya ternyata berbuah hikmah ia bisa bertemu dengan kakak kandungnya secara tak sengaja.

“Kak Rudi harus tinggal bersamaku. Aku sayang sama kak Rudi. Walaupun kakak tak bisa melihat tetapi aku tahu kamu adalah kakak yang baik yang bisa melindungiku,” Syifa begitu Bahagia dan memeluk erat tubuh kakaknya.

Hari itu Syifa benar-benar mendapatkan kado yang lebih berharga dari sekedar merayakan ulang tahunnya. Kehadiran Rudi membuat hidupnya menjadi karena hari-hari selanjutnya ia memiliki saudara kandung yang menemaninya walaupun ayah dan ibunya akan sibuk dan jarang dengannya.

***

Bagikan
Post a Comment