f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
violet marriage

Violet Marriage, Problematika Membangun Keluarga Sakinah

Viloet marriage atau lavender marriage akhir-akhir ini menjadi topik hangat. Berawal dari kasus-kasus pernikahan dengan lawan jenis yang ternyata tertarik dengan sesama jenis. “Violet marriage adalah pernikahan antara laki-laki ataupun perempuan yang memiliki mixed oreintation. Salah satu pihak atau keduanya memiliki orientasi seskual yang berbeda ataupun sama. Misalnya suka sesama jenis atau biseksual.  Dimulai abad pertengahan. Secara sosial stigmanya negatif. Menikah untuk melindungi kenyamanan bukan karena cinta dan komitmen. Pada masa itu untuk politik dan sosial,” tutur Lailatis Syarifah ketika menjadi narasumber Pengajian Tarjih ke 267 yang dilakukan secara online.

Sejarah Violet Marriage

Warna ungu adalah simbol dari violet marriage. Pada tahun 1856 warna ungu adalah warna yang paling mahal dan hanya bisa keluarga bangsawan yang dapat menggunakannya. Pada akhir abad ke-19 perspektif warna ungu berubah. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya homoseksualitas modern di  beberapa kota besar Eropa seperti Paris, London, dan New York. Warna ungu menjadi tanda untuk menandakan kaum homoseksual tanpa harus dipahami kaum heteroseksual. Setelah Perang Dunia Kedua Jerman dan Austria bergabung menjadi anggota warna ungu pada tahun 1920. Pada waktu itu negara yang berbahas inggris menggunakan ungkapan “A Steak Lavender” (coretan lavender) untuk para pria banci. Arti homosesksual dari warna ungu menjadi terkena pada tahun 1930-an.

Pada akhir tahun 1990-an pemaknaan warna ungu semakin luas. Tidak hanya mencakup simbol homoseksualitas melainkan mencakup biseksualitas yang tertera dalam sebuah bendera. Dalam bendera tersebut terdapat tiga warna: garis merah muda sebagai tanda homoseksualitas, garis biru sebagai tanda heteroseksualitas, dan garis (campuran warna merah dan biru) sebagai tanda biseksualitas. Berkembang lagi pada tahu 2000-an warna ungu menjadi simbol kaum transgender.

Baca Juga  Merdeka Belajar di Tengah Pandemi dan Kesenjangan Digital

Awalnya aktor dan aktris Hollywood yang tidak terbuka dengan orientasi seksual yang menggunakan isitlah Lavender Marriage. Fungsinya untuk mempertahankan karir dan melindungi diri dar kebencian masyarakat. Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai menerima hubungan sesama jens. Istilah ini pun akhirnya hilang. Namun, negara-negara yang ada di Benua Asia belum bisa menerima adanya fenomena homoseksual. Sampai pada akhirnya India merilis film Badhaai Do yang menceritakan pernikahan laki-laki dan perempuan yang sama sama memiliki penyimpangan orientasi seksual.

Penjelasan Violete Marriage

Berdasarkan artikel berita BBC, Karma Nirvana (organiasasi soasial berfokus pada hak asasi manusia) mengungkapkan bahwa alasan orang yang melakukan violet marriage adalah takut masyarakat tidak mengakui keberadaan mereka.  Bahkan beberapa web membantu  gay beragama muslim di Inggris untuk mencari orang yang siap menikah.  BBC juga menceritakan seorang pira gay berasal dari Leeds (salah satu kota di Inggris) mau menikah selama delapan tahun. Alasannya adalah ingin mengabulkan keinginan keluarganya untuk mengadakan pernikahan. Pria ini mengungkapkan bahwa untuk menikah perlu perencanaan selama tiga tahun. Dia sulit mengatur emosi karena menyembunyikan jati dirinya dan pada akhirnya dia memutuskan menceraikan istrinya.

Violet marrriage dilakukan untuk menyembunyikan identitas mereka yang menyimpang dan berguna sebagai pelindung di masyarakat. Sebagaimana yang kita semua ketahui Indonesia memandang LGBT adalah perilaku yang menyimpang. Hukum di Indonesia hanya mengakui dua jenis kelamin yaitu Laki-Laki dan Perempuan sesuai UU No.16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas UU No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Undang-undag ini menjelaskan Indonesia tidak membenarkan pernikahan sesama jenis.  

Melakukan violet marriage menimbulkan beberapa dampak. Pertama, tekanan emosional. Emosi ini terbentuk karena konflik batin. Individu yang melakukan violet marriage akan khawatir akan pendapat masyarakat memandang dirinya . Konflik batin ini akan menimbulkan gangguan mental seperti kecemasan, depresi, bahkan bisa sampai tahap krisis identitas. Emosi ini akan berlanjut pada hubungan dengan lawan jenis. Hubungan akan sepi karena tidak ada rasa sayang sehingga bisa menyebabkan perceraian. Sanksi sosial dari violet marriage adalah terisolasi dari kehidupan sosial. Individu tidak bisa membedakan dua dunia yang dia miliki sehingga bisa memperburuk perasaan kesepian dana kesalahpahaman.

Baca Juga  Sosiologi Sebagai Ajang Pemilihan Pasangan Ideal
Mencegah Violete Marriage

“Lavennder marriage itu memang rata-rata dilakukan oleh mereka yang LGBT. Orietnasi seksual tidak seperti uyang lain. Ini cara mereka supaya tetap di terima di masyarakat,” Tutur Lailatis Syarifah

Berdasarkan ungkapan Lailatis, faktor utama yang harus dilakukan adalah mencegah perilaku LGBT.  Pencegahan ini harus dilakuna sedini mungkin, yaitu pada masa kanak-kanak. Dukungan dari keluarga adala fakor utama pembentukan karakter anak pada usia dini. Hal ini berkaitan karena keluarga adalah kelompok sosial anak dan anak palng banyak menghabiskan waktu dengan orang tua.

Pembentukan karakter anak tergantung pada pola asuh dari orang tua. Tapi, tidak jarang juga faktor luar adalah penyebab dari LGBT seperti penggunaan gadget. Anak-anak belum bisa menyaring mana informasi yang mereka butuhkan dan menirunya tanpa tahu dampaknya. Biasanya anak-anak mendapatkan informasi ini dari tayangan animasi. Sekarang sudah banyak animasi dari luar neger yang mengandung unsur LGBT.

Orang tua harus memberikan pemahaman edukasi seks kepada anak. Tidak perlu berpikir itu tabu. Coba beri pemahaman mana bagian tubuh yang tidak boleh disentuh, pemahaman gender, dan memberikan fasilitas sesuai jenis kelaminnya seperti mainan dan pakaian. Hal yang paling penting adalah pemahaman keagamaan. Memberikan penjelasan bahwa dalam ajaran Islam tidak memperbolehkan laki-laki berpakaian seperti perempuan begitu pun sebaliknya dan tidak boleh menyukai sesama jenis.

Violet Marriage dalam Perspektif Tuntunan Keluarga Sakinah

Sebelum menikah perlu menanyakan pertanyaan ‘siapa kita” pada diri sendiri. Allah Menciptakan manusia dari tanah kering kemudian meniupkan ruh sehingga  menjadikan manusia sebagai ciptaan Allah yang sempurna. Allah berikan kita fitrah kebaikan. kepada manusia untuk menyembah kepada-Nyadandan menjadi khalifah di bumi.

Baca Juga  Dilema Menstruasi dan Toleransi Suami

Setelah tahu siapa kita, pertanyaan selanjutnya untuk apa menikah. Kekuasaan Allah adalah menciptakan pasangan dan memberikan antara kita rasa kasih sayang. Agar menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah. Sakinah merujuk pada tenang, tenteram, damai. Suami dan istri harus memperjuangkan ketiganya dalam rumah tangga. Sakinah adalah langkah-langkah  untuk mencari kedamaian supaya rumah tangga tetap harmonis. Mawaddah rasa saling mencintai dan menimbulkan rasa komitmen tanggung jawab dari suami dan istri. Mawaddah adalah cinta yang berbentuk gairah. Sementara itu rahmah adalah  rasa simpati dan empati rasa sayang tulus tanpa menuju gairah.

Dalam perspketif sakinah, violet marriage tidak bisa masuk dalam kategori sakinah. Violet mariage terjadi karena adanya rasa terpaksa. Tidak ada ketenangan, kententeraman, dan kedamaian dalam rumah tangga karena landasan utamanya adalah kebohongan. Bahkan untuk pemenuhan nafkah batin saja tidak terpenuhi. Suami dan istri harus saling bekerja sama membangun rumah tangga yang harmonis karena pernikahan itu tentang bagaimana membangun komitmen sampai akhirat.

Bagikan
Post a Comment