f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
trend bunuh diri

“Trend” Bunuh Diri

Ketika berbicara mengenai mental, tentu tak bisa lepas dari yang namanya mental health yang berarti kesehatan mental. Kesehatan mental meliputi bagaimana mental dimanajemen dengan baik, merawat mental dengan baik, mengenali kebiasaan immateril ini dengan profesional dan lain sebagainya. Kesehatan mental perlu diperhatikan dengan sangat serius. Karena dampak buruk dari salahnya penanganan gangguan mental bisa mengakibatkan hal yang sangat fatal contohnya bunuh diri. Banyak sekali perdebatan mengenai tragedi bunuh diri ini yang semakin hari semakin meningkat. Ketika dipandang dari teori-teori psikologi dan psikoanalisis, kejadian ini memiliki berbagai latar belakang dan hubungan kausalitas.

Pembicaraan mengenai konteks bunuh diri, acapkali dinilai tabu atau tidak etis. Tetapi saya berdasar kepada prinsip kebermanfaatan, yaitu kita harus menerobos stigma-stigma tentang negatifitas pembahasan bunuh diri. Dengan kata lain, kita harus bangkit untuk menyuarakan kesadaran, solusi, dan tindak pencegahan terhadap bunuh diri itu sendiri. Bagaimana jika semua masyarakat dan media terbelenggu dalam ketabuan ini? Pasti pelaku-pelaku percobaan bunuh diri dan masyarakat awam secara luas kekurangan referensi untuk mengatasi berbagai permasalahannya tentang mental health yang berujung bunuh diri. Jangan sampai sebagai seorang akademisi, kita diam saja mengenai fenomena ini. Ini juga adalah salah satu sarana edukasi yang berbentuk sebuah karya tulis.

Yang menjadi sorotan adalah bagaimana fenomena bunuh diri ini bisa seakan-akan memiliki kurun waktu yang hampir bersamaan dan berada dalam suatu wilayah tertentu. Menuju penghujung tahun 2023 ini, semakin marak terjadinya kasus-kasus bunuh diri yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, khususnya Provinsi Jawa Timur. Sangat memprihatinkan bahwa yang beredar luas di media massa beberapa penelitian menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Timur menduduki urutan ke-2 setelah Provinsi Jawa Tengah dalam kasus bunuh diri. Berita terbaru yang beredar di media sosial tentang kasus bunuh diri per bulan ini telah terjadi di beberapa kota antara lain; Malang, Blitar dan Surabaya. Tetapi perlu diperhatikan bahwa kasus-kasus yang digunakan untuk pengolahan data statistik dan pemberitaan di media massa adalah kasus-kasus yang terlapor di pihak berwajib.

Baca Juga  Sinergi Mencegah Bunuh Diri Anak di Masa Pandemi

Saya yakin, masih banyak kasus-kasus serupa terjadi di luar sana yang belum ter-expose oleh media cetak maupun media massa. Sebelum menuju pembahasan yang serius terkait perspektif tentang bunuh diri, yang perlu digarisbawahi adalah saya bukanlah dosen, psikolog atau dokter yang ahli dalam bidang ini. Saya hanya mahasiswa yang ingin menyampaikan sebuah pandangan untuk mengajak para pembaca hidup kembali di atas kesadaran.

Menyoal bunuh diri yang saat ini katanya masyarakat dunia maya disebut sebagai “Trend” harus ditelaah lebih lanjut bagaimana bisa fenomena ini disebut sebagai “Trend”. Bagaimana ini bisa terjadi dan apa landasan teori yang membahas soal ini. Bunuh diri sendiri secara istilah bisa dikatakan sebagai perbuatan kesengajaan untuk mengakhiri hidupnya. Kata-kata “Trend” yang disematkan dalam diksi “Bunuh Diri” (mungkin) dapat berarti sebuah perilaku masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Tetapi banyak perbedaan pendapat mengenai istilah “Trend Bunuh Diri”. Ada yang pro dan kontra untuk menggunakan istilah “Trend” dalam kasus ini. Terlepas dari perdebatan diksi itu, saya hanya menyampaikan bahwa fenomena ini adalah fenomena yang harus segera mendapat perhatian oleh seluruh komponen masyarakat.

Ketika kita melihat peristiwa seperti ini, bagi sebagian orang yang masih menggunakan akal sehatnya, tentu memiliki pandangan yang aneh dan terkesan menimbulkan rasa empati. Tak lain dan tak bukan, fenomena bunuh diri sendiri memiliki kesan negatif dan harus ditangani dengan serius. Apalagi ketika dibumbuhi dengan istilah “Trend” ini menjadi permasalahan yang sangat serius. Bunuh diri saja sudah menjadi “pekerjaan rumah” yang sangat darurat, apalagi ditambah dengan kasus-kasus yang marak dalam kurun waktu tertentu. Tentu ini menjadi objek kajian yang lebih mendalam. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa istilah “Trend Bunuh Diri” ini menjadi problematika yang sungguh-sungguh. Baik dari sisi internal (korban/pelaku) dan eksternal (lingkungan).

Baca Juga  Rem Kendali Diri

Merujuk pada sebuah diksi ilmiah yang dikenalkan oleh sebuah penelitian luar negeri yang membahas tentang bunuh diri. Yaitu munculnya istilah copycat suicide. Copycat suicide merupakan perilaku bunuh diri setelah mengetahui kabar perilaku bunuh diri dari orang lain atau sederhananya adalah bunuh diri yang menular. Perilaku ini terjadi ketika korban melihat perilaku bunuh diri dari orang lain yang merupakan tokoh terkenal atau terpandang. Mungkin berasal dari kalangan artis dan selebritis. Tokoh terkenal tersebut dianggap korban sebagai tokoh panutan yang menjadi inspirasinya. Jadi apapun yang dilakukan oleh tokoh tersebut, kebiasaan, pola dan gaya hidup dan lain sebagainya, senantiasa akan ditiru oleh penggemarnya.

Bahayanya ketika tokoh yang dipandang sebagai tokoh inspirasi tersebut melakukan hal-hal yang di luar batas normal atau hal-hal yang membahayakan. Sekejap saat tokoh-tokoh tersebut melakukan hal yang buruk misalnya, maka secara tidak langsung berpotensi ditiru oleh penggemarnya. Ini sangat diwaspadai ketika seorang public figure melakukan bunuh diri karena kemungkinan ada penggemar fanatik akan menirukan apa yang tokoh tersebut lakukan. Di sisi lain perkembangan informasi dan berita melewati media sosial dapat menjadi pengaruh dalam percobaan bunuh diri. Pemberitaan di media masa harus berhati-hati dalam menggunakan diksi dan susunan kalimat. Jangan sampai pemberitaan di dunia maya malah menyebabkan peningkatan obsesi untuk melakukan percobaan bunuh diri.

Pembahasaan yang sederhana tentang latar belakang dan faktor bunuh diri dapat menjadikan self diagnosis. Yang mana ini sangat berpengaruh terhadap pandangan seorang pelaku percobaan bunuh diri. Contohnya ketika pemberitaan media masa mengungkapkan bahwa “Salah satu faktor orang bisa bunuh diri adalah depresi dan tekanan mental”. Dalam redaksi ini pembaca dapat mengambil kesimpulan dengan mudah yang didasarkan pada diagnosis pribadi jika pembaca merasa depresi maka akan mudah muncul orientasi untuk bunuh diri. Karena dalam redaksi berita yang sangat singkat tersebut tidak dijelaskan bentuk depresi yang seperti apa, tingkatan depresi yang bagaimana, dan lain sebagainya. Ini menimbulkan kesalahan dalam penafsiran teks berita yang dalam prosedur pemberitaan ini harus dihindari.

Baca Juga  Mitos dan Fakta Tentang Bunuh Diri (1)

Pembaca akan menganggap bahwa depresi dalam dirinya itu sudah sama dengan depresi yang diberitakan oleh media terkait pelaku bunuh diri. Sehingga pembaca beranggapan bahwa dia sudah masuk dalam kategori orang yang “berpeluang” untuk mengakhiri hidupnya.

Selain beberapa faktor di atas, ada juga faktor lain yang menyebabkan munculnya aksi copycat suicide. Faktor itu adalah faktor lingkungan terdekatnya atau orang yang paling dekat dengan korban. Lingkungan ini bisa berarti teman dekat, sahabat, kekasih atau orang lain yang memiliki hubungan khusus dengan korban. Sehingga korban sangat percaya bahwa orang terdekatnya itu memilih untuk bunuh diri adalah solusi terbaik dengan alasan kepercayaan itu pun menjadi dasar si korban untuk mengikuti apa yang dilakukan orang terdekatnya.

Dalam penulisan ini, saya mengajak pembaca untuk selalu bersikap rasional dan sehat. Saya mengatakan bahwa bunuh diri bukanlah solusi untuk mengakhiri masalah. Kita bisa meningkatkan komunikasi kepada orang terdekat kita yang kita percaya untuk menerima keluh kesah. Kalau kita merasa resah dengan apa yang kita pikirkan dan masih enggan untuk berinteraksi kepada orang lain. Maka salah satu jalannya adalah dengan menulis. Tulislah apa yang ada dalam pikiranmu dan tulislah sesukamu. Jangan lupa untuk selalu mengisi rohani kita dengan hal-hal yang positif termasuk spiritualitas. Ketika kita sudah mencoba beberapa cara tersebut maka paling tidak kita bisa merasa lebih lega daripada sebelumnya.

Bagikan
Post a Comment