f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
balita

Tingkatkan Kemampuan Berbicara pada Balita dengan 6 Cara Ini!

Aura (bukan nama sebenarnya), terus mengoceh dengan kata-kata yang kurang jelas. Sesekali terdengar kata-kata no, no, dari bibir mungilnya. Ia mengambil balok-balok kecil warna-warni dari dalam kotak, lalu menumpukkannya. 

“Aura…, Aura.” Saya sengaja memanggil namanya untuk melihat respon gadis kecil berusia dua tahun itu. 

Aura sempat menengok sekilas tetapi kemudian kembali asyik dengan balok-balok, seakan tidak peduli dengan orang sekitar. Matanya terlihat kurang fokus, bibirnya terus mengoceh. 

Rekan saya, seorang dokter spesialis anak pun mencoba memanggil namanya dan mencolek. Namun, Aura seolah tidak peduli.

Permainan balok pun tidak lama ia mainkan, kemudian tangannya berusaha menggapai layar komputer  yang ada di meja dokter. 

Aura dibawa orang tuanya ke klinik tumbuh kembang karena di usianya yang sudah mencapai 2 tahun 3 bulan belum berbicara dengan jelas. Ia belum mampu membuat kalimat yang terdiri dari dua kata. Kata-kata yang mengandung arti yang diucapkan bila dihitung pun masih sangat minim. Selebihnya hanya ocehan yang kurang jelas. Sesekali terdengar seperti kata-kata bahasa Inggris. 

Seperti yang telah kami duga, Aura terpapar tontonan gawai atau pun televisi cukup lama setiap hari. Ia tidak terlalu peduli ketika ada seseorang yang memanggil namanya. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia juga cenderung berbicara meniru apa yang ia tonton.

Aura tidak sendirian. Selama masa pandemi ini banyak dijumpai anak-anak seusia Aura yang terlambat berbicara.

Pada usia dua  tahun seorang anak normal umumnya sudah mampu mengucapkan beberapa kalimat sederhana yang terdiri dari 2 kata walau belum jelas pelafalannya. Anak usia 2 tahun umumnya sudah mampu mengucapkan kata yang mengandung arti sekitar 20 kata. 

Di masa pandemi ketergantungan pada gawai baik itu  laptop atau pun telepon genggam menjadi bertambah. Bekerja dan bersekolah dari rumah membuat orang tua dan juga anak-anak menghabiskan banyak waktu bersama gawainya. Sebagian orang tua juga memberikan gawai pada anak-anak balita bahkan bayi mereka agar anak-anak tersebut tenang. Mereka ingin sang balita tidak mengganggu pekerjaan orang tua atau pun kakak-kakaknya yang bersekolah di rumah.

Baca Juga  Sharenting: Antara Membagikan Moment atau Melanggar Hak Anak?

Mereka juga memberikan tontonan televisi lebih dari 2 jam pada balita mereka. Sebagian orang tua itu tidak menyadari bahwa memberikan gawai atau televisi terlalu dini dapat mempengaruhi kemampuan berbicara pada anak. 

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berbicara pada anak. Menurut Sabrina Tan, Irawan Mangunatmadja, dan Tjhin Wiguna dalam penelitiannya, terpapar gawai dan televisi lebih dari 2 jam berhubungan dengan terjadinya keterlambatan berbicara pada anak.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia balita, yaitu:

1. Tidak membiarkan anak untuk terpapar layar atau menonton, baik itu menonton televisi atau pun gawai seperti telepon genggam. Pada anak yang dilahirkan dengan kemampuan intekektual dan interaksi sosial yang normal, terpapar layar bisa menjadi penyebab utama keterlambatan berbicara. Menonton tidak menstimulasi anak untuk berbicara dan fokus. Menonton hanya mengajarkan anak untuk fokus pada layar yang ia tonton saja, membuat ia tidak peduli dengan keadaan sekitar, serta membuat anak kurang stimulasi untuk berbicara.

2. Bermain bersama anak. Jangan biarkan anak balita bermain sendirian, terutama bila balita tersebut sudah terlambat berbicara. Orang tua hendaknya menempatkan dirinya sebagai teman si kecil saat bermain bersama balita.

3. Mengajak balita bermain di luar rumah. Hendaknya balita sering diajak bermain di luar rumah yang membuat tubuhnya bergerak. Bermain lempar bola, bermain lari-larian bersama orang tua, petak umpat, dapat meningkatkan stimulasi sensori pada anak. Stimulasi ini sangat penting untuk meningkatkan fokus pada anak sehingga ia bisa belajar berkomunikasi.

4. Senantiasa mengajak anak balita berbicara. Orang tua hendaknya sering mengajak balitanya berbicara, menerangkan, bertanya, sambal bermain. Bahkan sambil mengerjakan pekerjaan rumah pun seorang ibu masih bisa mengajak balitanya berkomunikasi. Misal, sambil menyapu rumah, anak balita juga bisa diberikan sapu kecil dan diajak berbicara.

Baca Juga  Orang Tua Wajib Tahu! 4 Aspek Pola Pengasuhan Anak

5. Berbicara dengan suara yang jelas dan perlahan-lahan. Anak akan melihat ekspresi wajah, mulut, dan juga mendengarkan, orang dewasa yang berbicara kepadanya. Anak akan belajar berbicara dengan meniru apa yang kita ucapkan, bahkan meniru gerak-gerik dan mimik wajah kita.

6. Berbicaralah hanya dengan satu bahasa. Banyak orang tua yang ingin anaknya pandai berbahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Mereka pun kerap kali mengajak anak balitanya berbicara bahasa Inggris. Pada sebagian anak hal itu mungkin tidak masalah. Namun, banyak anak balita yang menjadi bingung bahasa. Anak-anak tersebut menjadi tidak bisa berbahasa Inggris  maupun berbahasa Indonesia. Seperti Aura tadi, ia sering mengoceh kata-kata yang seperti bahasa Inggris. Ia memang kerap kali menonton tontonan berbahasa Inggris. Orang tuanya pun sering mengajak Aura berbicara bahasa Inggris.

Lalu bagaimana bila anak sudah terlanjur kecanduan tontonan gawai bahkan sampai mengalami ledakan emosi atau tantrum bila dilarang menonton? Pada dasarnya seorang anak senang dan butuh bermain. Bila anak tantrum karena gawai, maka kita alihkan perhatiannya, kita ajak bermain di luar. Tentu perlu waktu untuk menghilangkan kebiasaan tantrumnya.

Itu lah hal-hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Dengan memperhatikan hal-hal di atas diharapkan semakin berkurang anak yang mengalami keterlambatan berbicara seperti Aura.

Bagikan
Post a Comment