Supi Sendok, Tak Mau Sembunyi Lagi
Supi adalah sendok kecil yang tinggal dalam keranjang sendok merah jambu, di rumah keluarga Ibu Budi. Dalam keranjang sendok itu ada juga kakak-kakak Supi – para sendok makan, ibu sendok, sendok sayur, sendok teh, garpu, dan sumpit. Keranjang sendok itu terletak di atas sebuah rak piring.
Setiap hari, para sendok bekerja membantu pekerjaan Ibu Budi di dapur. Setelah selesai, Ibu Budi akan mencuci mereka dengan sabun, lalu menyimpan mereka di sebuah wadah besar beralas kain kering. Setelah kering, baru para sendok akan kembali menempati keranjang merah jambu, untuk beristirahat menunggu tugas berikutnya.
Supi adalah sendok yang terkenal paling malas bekerja. Ia sebuah sendok makan biasa, namun ukurannya lebih kecil. Ia senang bersembunyi di balik para sendok lainnya. Jadi bila Ibu Budi memerlukan sebuah sendok, Supi akan buru-buru sembunyi, sehingga sendok yang lainlah yang akan terambil oleh tangan Ibu Budi.
Ibu sendok sering menegur sifat buruk Supi.
“Supi, hari ini kamu sama sekali tidak bekerja dan hanya enak-enakan tidur di keranjang,” tegur ibu sendok pada suatu malam, saat semua sendok sudah beristirahat. “Kenapa kamu malas sekali?”
“Ibu Budi kan tidak memerlukan banyak sendok. Biar saja sendok lain yang membantu. Aku malas mengotori kepalaku. Apalagi bila ada nasi kering menempel, atau sambal pedas yang harus kusendok, aku tidak suka,” sungut Supi.
*
Suatu hari, keluarga Ibu Budi kedatangan tamu yang menginap, yaitu keluarga sepupunya yang mempunyai anak kecil bernama Ramon. Ramon dan keluarganya sudah beberapa kali mengunjungi rumah Ibu Budi, sehingga para perabot rumah sudah hafal kebiasaan mereka, terutama Ramon.
Ramon adalah anak kecil yang tidak bisa diam. Selalu lari-lari, main bola di dalam rumah, dan menggunakan barang-barang dengan kasar. Supi tidak suka Ramon, karena bocah kecil itu pernah menggunakannya untuk mengaduk-aduk tanah di halaman rumah! Tak hanya itu, ia juga terpaksa semalaman di luar rumah berlumuran tanah, karena Ramon meninggalkannya begitu saja. Untung esoknya Ibu Budi menemukannya dan langsung membersihkannya.
Kali ini, Supi tidak mau kejadian yang sama terulang. Ia sembunyi di bagian belakang keranjang. Tapi, olala…ia tak dapat mengelak saat Ramon melempar bola tepat ke arah rak piring! Keranjang merah jambu terhempas dan puluhan sendok garpu berjatuhan. Supi menggulingkan tubuh ke bagian kolong rak piring yang gelap. Ia berdoa supaya untuk sementara ia tak usah ditemukan.
Setelah Ibu Budi mengembalikan semua sendok garpu ke dalam keranjang merah jambu, ibu sendok langsung mengabsen anak-anaknya.
“Sudah lengkap semua? Di mana Supi?”
“Aku melihatnya terlempar di kolong,” sahut sebuah sendok. “Sepertinya ia sengaja sembunyi.”
Sementara ibu sendok sibuk mencarinya, Supi berbaring tenang di kolong yang gelap. Untuk sementara ia aman dari si jail Ramon. Bahkan aman dari semua tugas-tugas sendok! Oh, alangkah menyenangkan.
Mungkin menyenangkan jika hal itu hanya sementara. Supi tak mengira ia harus berlama-lama tinggal dalam kolong yang gelap. Ternyata si sapu yang tiap hari bekerja membersihkan lantai, tidak dapat menjangkau tubuhnya yang terlalu rapat ke dinding. Lambat laun, debu kotor menyelimuti tubuhnya. Ia tersiksa seorang diri!
Ia merindukan saudara-saudaranya dalam keranjang merah jambu. Ia bahkan merindukan tugas-tugas para sendok yang biasanya ia hindari. Supi menyesal sudah sembunyi.
*
Supi berharap ia ditemukan. Harapannya terkabul saat seekor tikus masuk ke rumah Ibu Budi.
Tikus itu masuk dari got di halaman rumah. Baunya busuk! Beberapa kali ia lewat dan mengendus-endus Supi di bawah kolong. Tikus itu juga mencuri makanan dan meninggalkan remah-remah di sepanjang kolong. Jorok sekali. Setelah dua malam di dalam rumah, barulah Ibu Budi ribut dan memasang perangkap tikus. Supi ikut bersorak ketika melihat tikus tertangkap.
Setelah tikus dibuang oleh Pak Budi, Ibu Budi melakukan pembersihan menyeluruh. Rak piring digeser agar kolong di bawahnya dapat dibersihkan. Saat itulah Ibu Budi menemukan Supi.
“Astaga, sejak kapan ada sendok di sini, ya?”
Supi menikmati harum sabun yang membersihkan tubuhnya. Dan saat ia kembali ke keranjang merah jambu, ia sangat senang berjumpa dengan seluruh keluarga sendok.
“Supi, ibu senang kau kembali,” ucap ibu sendok memeluk Supi.
“Ibu, aku sangat kesepian di bawah sana. Mulai saat ini, aku akan rajin. Aku tak mau sembunyi lagi,” janji Supi memeluk ibunya.
Saat ini bekerja sebagai ASN di Makassar, tepatnya sebagai peneliti sosiologi lingkungan. Di waktu luangnya, ia gemar menulis dan membaca. Beberapa tulisannya berupa cerpen remaja, cerpen anak dan artikel pernah dimuat di media massa. Selain itu ia juga sedang menulis beberapa naskah buku dan menulis blog personal di indahnovie.com. Penulis dapat dihubungi di facebook Indah Novita Dewi dan instagram @indah_novie
Agustina Purwantini
Ada aja idenya
Indah Novita Dewi
Makasih, kakak…
Eko budi
Akhirnya Supi kembali dan berbau wangi
Indah Novita Dewi
Iya, kak Eko … Supi sudah sadar bahwa kodratnya itu membantu manusia, hehe. Makasih sudah membaca cerita ini ya, Kak