f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
arsitek

Setiap Kita adalah Arsitek

Banyak dari kita mengalami masalah produktivitas. Seperti seorang penulis yang terlena dari mesin tiknya sepanjang hari karena beralih ke sebuah game baru yang sedang populer. Atau seorang atlet yang seminggu penuh menghabiskan waktu di rumah hanya untuk mengerjakan tugas sekolah yang sangat toxic. Produktivitas adalah elemen penting dari kebiasaan sehari-hari. Kebiasaan yang baik, akan menghasilkan produk yang baik. Apabila Anda terbiasa membaca, potensi Anda memiliki produk tulisan yang bagus cukup besar. Sebaliknya, semakin Anda jarang membaca, semakin tidak teraturnya penyusunan kalimat dalam tulisan Anda.

Kebiasaan ibaratnya seperti pedang yang tajam di kedua sisi. Kebiasaan buruk bisa menebas Anda dengan mudah sebagaimana kebiasaan baik dapat membentuk Anda dengan menghasilkan produktivitas yang baik. Semakin sering Anda meminum jenis minuman yang mengandung kadar kafein yang tinggi, maka semakin besar potensi gangguan pencernaan Anda ke depan.

Kebiasaan yang tidak menghasilkan produktivitas yang baik, dan/atau bahkan tidak menghasilkan produktivitas sama sekali seperti malas melakukan apapun: rebahan, leyeh-leyeh dan main game, nongkrong sambil kembali main game, kemudian tidur lagi, mendapat tempat peringatan tersendiri dalam Al-Qur’an ‘sejauh kita mentadabburinya sebagai teguran bagi kebiasaan buruk kita’.

Dalam konstelasi ayat-ayat Allah Swt. yang ada di Al-Qur’an, terdapat peringatan dari Allah Swt. kepada para hamba-Nya, bahwa Allah Swt. menciptakan manusia bukan untuk main-main:

Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Qs. Al-Mu’minun [23]: 115)

Ada baiknya kita mentadabburi ayat tersebut sebagai refleksi kontesktual.

Tadabbur

Tadabbur Al-Qur’an bisa kita artikan sebagai pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tidak sebatas pada baris-baris teksnya, melainkan juga apa yang tersingkap di balik dan di seberang teks (behind dan beyond the texts). Menurut (Alm) Drs. Ahmad Fuad Effendy, MA (Mbah Fuad), dengan tadabbur, akan kita temukan hakikat makna teks, intisari, hikmah, pelajaran dan nasihat untuk kita terapkan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, proses men-tadabburi Al-Qur’an adalah proses memahami ayat-ayat Al-Qur’an secara kontekstual yang outputnya adalah kebaikan bagi kehidupan kita. Tadabbur merupakan bagian penting dari interaksi dengan Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT. kerap kali mengingatkan betapa pentingnya tadabbur.

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci.” (Qs. Muhammad [47]: 24)

Sebagai orang awam, kita bisa memahami bahwa idiom main-main yang tersemat dalam Qs. Al-Mu’minun [23]: 115 di atas bisa berarti output yang bertentangan dengan perbuatan baik. Dan/atau idiom main-main bisa kita maknai sebagai bentuk proyeksi yang tidak linier untuk mencapai Allah Swt..

Baca Juga  Anak-anakku Sumber Belajarku

Mengingat bahwa tadabbur adalah upaya memaknai pesan tersirat Al-Qur’an secara kontekstual, maka se-nyaman dan se-bebas sejauh Anda bisa memahaminya, asalkan outputnya menghasilkan kontemplasi dan/atau perbuatan konkret yang baik. Apabila Anda memahami ayat tersebut dengan maksud sebagai teguran atas kemalasan Anda, itu juga baik. Atau sekadar memahami secara linier dengan lafal Ash-shalatu khairun minan naum.

Produktivitas dalam hidup kita secara perlahan menjadi memoar. Dan setiap dari kita ingin memiliki memoar yang baik. Catatan-catatan riwayat yang memproduksi hal-hal baik. Tapi tidak menampik sejauh pengalaman kita menjalani kehidupan sehari-hari, bahwa menciptakan kebiasaan yang menghasilkan produktivitas yang baik itu cukup sulit.

Saya bukan orang hebat, sebab mustahil ada manusia yang hebat. Tapi saya ingin membagi beberapa langkah kecil yang potensi memberikan dampak progresif kepada produktivitas Anda. Sebagai pengingat bahwa Allah SWT. dalam Qs. Al-Mu’minun [23]: 115, menciptakan kita bukan untuk main-main.

Menciptakan Lingkungan yang Tepat

Kebiasaan yang Anda lakukan untuk menghasilkan produktivitas yang baik tergantung pada ruangan tempat Anda berada dan petunjuk-petunjuk yang ada di depan Anda.

Lingkungan sama seperti tangan tidak terlihat yang membentuk perilaku manusia. Meskipun kepribadian dari kita ada yang bersifat unik, perilaku-perilaku tertentu cenderung muncul dan muncul lagi dalam kondisi-kondisi lingkungan tertentu. Di masjid, orang cenderung ngobrol sambil berbisik, meskipun lingkungan secara memaksa menyuruh kita diam. Di jalanan gelap, orang cenderung bersikap waspada. Melihat fenomena tersebut, maka bisa kita asumsikan bahwa bentuk perubahan yang paling umum bukanlah dari dalam, melainkan dari luar: setiap dari kita cenderung diubah oleh dunia di sekitar kita. Bahwa setiap kebiasaan tergantung konteks.

Sebagai contoh, kalau Anda datang ke minimarket, Anda bisa mengamati bahwa produk-produk yang diletakkan setinggi mata cenderung lebih banyak dibeli daripada barang-barang yang dipajang dekat lantai. Karena alasan tersebut, Anda akan menemukan bahwa produk-produk dengan merek terkenal dan mahal diletakkan di lokasi-lokasi yang mudah dijangkau karena produk-produk tersebut yang mengundang laba paling besar. Jika Anda pernah melihat bungkus Mie Samyang di salah satu minimarket di Indonesia yang harganya bisa mencapai dua puluh ribu bahkan lebih, Anda baru akan menyadari bahwa produk Mie merek lokal yang harganya mentok pada kisaran tiga ribu lokasi pajangannya berbeda. Atau bandingkan antara produk Mie merek lokal dengan lokal, seperti Indomie-Sedap dan Sarimi, lokasi pajangannya tentu berbeda.

Baca Juga  “Tawakal” Adalah Nikmat

Anda—begitupun saya—bisa mulai menyadari apa yang dibuktikan James Clear bahwa tubuh manusia memiliki sekitar sebelas juta reseptor sensoris, yang kira-kira sepuluh juta khusus penglihatan adalah sesuatu yang berguna. Kita cenderung bergantung pada penglihatan kita, tak mengherankan apabila petunjuk-petunjuk visual menjadi katalisator perilaku kita.

Salah satu alasan keluh kesah yang paling lazim adalah kita sering memposisikan sebagai korban atas lingkungan kita. Seperti alasan menjadi anak nakal karena orangtua yang bermasalah, atau memilih menjadi pencuri karena pengaruh publisitas pamer kekayaan oleh masyarakat, dan/atau sekadar memutuskan sekolah karena tidak ada teman yang bisa diajak bermain waktu pagi karena mereka sibuk belajar matematika di kelas. Anda bisa mulai menyadari dan berani memutuskan bahwa Anda juga bisa menjadi arstitek lingkungan Anda.

Mudah untuk tidak membaca buku ketika rak buku berada di sudut ruang tamu. Maka Anda bisa merevolusi tempat itu. Mudah untuk tidak minum vitamin, kalau vitamin itu tidak tampak di ruang makan atau meja kerja/belajar Anda. Ketika petunjuk-petunjuk yang memicu perilaku menjadi samar atau tersembunyi, petunjuk-petunjuk itu mudah terabaikan. Anda bisa menyadari secara kontinuatif bahwa Anda adalah arsitek dalam hidup Anda. Anda yang oleh Allah Swt. ciptakan sebagai innī jā’ilun fil-arḍi khalīfah (Qs. Al-Baqarah [2]: 30). Menciptakan lingkungan yang tepat adalah upaya sinergis untuk menghasilkan produktivitas. Arsitektur lingkungan yang baik adalah input menghasilkan output produk/perilaku/kebiasaan yang baik.

Bagikan
Post a Comment