f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
makna

Sebuah Goresan Sederhana yang Penuh Makna

Judul buku: Catatan Kecil untuk Keluarga

Pengarang: Wurry Srie

Penerbit: Galuh Patria

Halaman: 140

Tahun Terbit: 2022

***

Ketika mendengar sang penulis, Wurry Srie, meluncurkan buku ini, tanpa ragu aku langsung memesannya. Pertama aku mengenal Mbak Wurry, demikian aku memanggilnya, melalui karya-karyanya yang wara-wiri di rahma.id. Saya yakin, tidak ada penulis maupun pembaca setia rahma.id yang tidak mengenal namanya.

Karyanya melimpah. Ada cerpen, puisi, maupun esai. Walaupun beragam, namun tulisan-tulisan Mbak Wurry memiliki identitasnya sendiri, yaitu tema yang sederhana dengan bahasa yang mudah dicerna. Ciri khas ini yang kemudian kembali ku jumpai di buku karyanya ini, “Catatan Kecil untuk Keluarga”.

Membaca judulnya, tentu saja aku membayangkan buku ini akan bercerita tentang hal-hal seputar keluarga. Lalu, apakah buku tentang keluarga hanya dikhususkan bagi pembaca yang sudah berkeluarga saja? Apa sebenarnya makna ‘keluarga’ yang diharapkan sebagai target pembacanya? Apakah terbatas pada orang yang sudah menikah dan memiliki anak?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sempat berkecamuk di benakku. Sebagai pembaca karya-karyanya, jelas aku tertarik untuk mengulik buku ini. Tapi kondisiku saat ini adalah ‘sudah menikah, namun belum memiliki anak’. Rasa tidak nyaman sempat terbesit di hatiku. Bagaimana aku bisa ikut meresapi cerita-cerita tersebut jika aku sendiri belum pernah punya pengalaman secuil pun terkait sang buah hati?

Namun setelah membaca lembar demi lembar buku ini, aku merasakan sensasi yang lebih bermakna dibandingkan perasaan kecil hati yang kurasakan sebelumnya. Buku ini seakan sedang mengajakku menikmati tour sebuah “dunia” keluarga. Sebuah “dunia” yang menggambarkan kompleksnya hubungan di antara “penduduknya”, yaitu orang tua, anak, anak sang teman atau sebaliknya, teman sang anak, serta tetangga, dan lingkungan terdekat lainnya.

Baca Juga  Pesan Jihad Literasi Perspektif Yusuf Qardhawi

Dan di dalam kisah-kisah yang ditampilkannya itu terselip pemikiran dan perasaan Mbak Wurry. Pemikiran tentang pentingnya orang tua untuk menimba ilmu pada generasi yang lebih muda, tentang kaum lelaki yang dipersilahkan untuk menangis. Atau tentang bagaimana seorang anak bisa menjadi begitu pemarah. Selain itu, sebagai pembaca aku juga diajak untuk menyelami bagaimana perasaannya tentang statusnya sebagai ibu rumah tangga, tentang bocah-bocah yang memutuskan untuk menikah dini, atau tentang anak-anak berkebutuhan khusus.

Mbak Wurry memang pawai bercerita. Kisah-kisah yang didapatnya dari pengalaman pribadinya itu, dituturkannya dalam bentuk story telling yang lugas, dan padat makna. Seperti kisah tentang pemuda pesantren yang ditemuinya dalam perjalanan, yang membuatnya mempertanyakan apakah pondok pesantren adalah solusi terakhir untuk “memperbaiki” anak yang nakal?

Perkara memasukan anak ke pondok pesantren dengan niat seperti ini, tak usah dipungkiri, ya ada saja kita jumpai di lingkungan kita. Lalu, apa peran sang orang tua terhadap masalah ini? Bukankah mendidik anak sudah menjadi kewajiban mereka? Mengapa ada orang tua yang begitu tekunnya mencari nafkah, namun begitu lepas tangan terhadap tumbuh-kembang anaknya? 

Image pesantren sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan membentuk karakter santrinya menjadi lebih mandiri, cerdas, dan berakhlak mulia, seperti dimanfaatkan sebagai “pelarian” sang orang tua yang menolak untuk mendidik anaknya. Haruskah seperti itu?

Ada pula kisah seorang anak yang mengalami haid pertamanya. Saat ini aku mungkin memang belum sampai pada tahap bagaimana seharusnya memperlakukan anak perempuanku, nanti, jika ia datang bulan untuk pertama kalinya. Walaupun aku belum memiliki keturunan, tapi aku kan juga seorang anak perempuan. Dan tanpa disadari, kisah ini memaksaku mengingat bagaimana momen haid pertamaku dulu.

Baca Juga  Pentinya Studi Pendekatan Islam : Pendekatan Sejarah (Bagian 1)

Aku ingat petuah mamaku, kalau perempuan haid itu harus bisa membersihkan sendiri darah kotornya, darah haid-nya. Cuci pembalutmu, bungkus rapi sebelum dibuang. Cuci celana dalammu, siram bersih bercak darah yang mungkin masih tertinggal di ubin kamar mandi. Usahakan jangan sampai orang lain yang menggunakan kamar mandi selanjutnya menemukan darah kotormu.

Aku ingat ketika kemudian kakak laki-laki ku protes, kenapa aku sekarang kalau ke kamar mandi bisa lama banget. Aku ingat binar mata mamaku yang menyatakan ke papa dan kakakku kalau aku sudah datang bulan. Dan aku masih ingat betapa malunya aku saat itu. Ya, aku kembali mengingat semua kenangan itu.

Salah satu kisah yang menjadi favoritku di buku ini adalah tentang seorang istri yang berencana untuk membunuh suaminya. Konflik tentang prahara rumah tangga sepertinya sudah biasa. Namun yang tak biasa bagiku adalah ketika sang istri sudah sangat putus asa menghadapinya. “Jika membunuh itu boleh dan tak banyak urusan, tentu saat ini aku sudah membunuhnya.” (halaman 99). 

Perasaan tertekan, sakit hati, dan merasa tak dihargai oleh sang suami, menurut saya pasti pernah dialami oleh semua istri. Saya cukup yakin dengan hal ini. Lalu apa yang bisa sang istri lakukan menghadapi prahara rumah tangganya? Apa iya sampai perlu menghilangkan nyawa?

Kisah tersebut, bersama kisah-kisah lainnya, merepresentasikan kondisi yang sangat mungkin dijumpai sehari-hari dalam “dunia” keluarga yang digambarkan oleh Mbak Wurry. “Dunia” yang penuh dengan pertentangan batin. “Dunia” yang sarat kandungan hikmah walaupun disesaki oleh beragam karakter penghuninya. Dan demikianlah bagaimana kisah-kisah dalam buku ini terangkai menjadi goresan-goresan yang penuh makna.

Bagikan
Comments
  • Wurry Srie

    Terima kasih, Mbk Dessy, atas resensinya yg super komplit. Banyak sedikitnya makna yg terkandung dlm setiap tulisan biarlah para pembaca budiman yg mengambil kesimpulan.
    Alhamdulillah.

    Oktober 5, 2022
  • Mohammad Iwan

    Kereen biangett

    Oktober 5, 2022
Post a Comment