Site icon Inspirasi Muslimah

Sabar Beruntung Bukan Buntung: Implementasi Q.S. Al-Baqarah: 153

sabar

M.-Riyan-Hidayat

Perubahan budaya lintas zaman amat sangat terasa bagi khalayak manusia saat ini. Apalagi saat ini kita masuk pada zaman yang serba cepat dan masif. Perlu digaris bawahi bahwa cepat bukan berarti tergerasa-gesa dan tidak sabar. Lihatlah di jalan raya, banyak pengendara yang saling menyalip bahkan tidak sedikit yang menerobos lampu lalu lintas. Saat menunggu kereta lewat, sebagian pengendara tidak sabar dan memenuhi ruas jalan sebelah kanan yang notabenenya adalah jalan untuk kendaraan yang berlawanan arah. Lihat pula orang-orang yang ingin cepat kaya, mereka ikut investasi yang keuntungannya menggiurkan dalam kurun waktu sesingkat mungkin, tapi yang mereka dapat malah bukannya untung tapi malah buntung alias nihil tak mendapatkan apapun.

Perhatikan juga orang yang sering mengeluh dengan kondisi yang ia anggap tidak bersahabat dengannya. Ketika hujan ia sangat galau, saat hujan datang ia mengeluh, pun saat kerja ingin cepat sekali merasakan liburan. Dan masih banyak lagi contoh yang dapat kita temukan tiap harinya. Padahal alam sendiri sudah mengajarkan sedari dulu, bahwa tidak ada yang instan, semuanya butuh proses, semuanya membutuhkan kesabaran. Lihatlah padi, ia membutuhkan kurang lebih 4 bulan untuk siap dipanen, tanaman jagung 3 bulan butuh waktu agar dipanen, dan mangga juga rata-rata hanya berbuah pada bulan Oktober.

*

Sepertinya, sabar di masa sekarang menjadi hal yang amat sangat langka. Padahal jika ditinjau lebih dalam, sabar merupakan “tirakat” yang sangat manjur untuk menggapai titik kesuksesan dan keberhasilan. Hal ini berlaku dalam segala jenis kegiatan apapun. Ketika ingin menjadi sarjana, haruslah menempuh sekolah dan kuliah dengan durasi yang panjang. Sewaktu ingin punya uang yang melimpah, harus berhemat dan menabung bertahun-tahun. Ketika ingin pintar dalam bidang yang diminatipun harus melalui proses yang tak mudah. Dilakukan dengan tekun nan rajin tidak dengan berleha-leha.

Ada suatu kisah yang tak asing lagi di telinga kita yakni kisah tentang Ibnu Hajar Al-Asqalani. Ia mengalami sebuah frustasi atas kebodohan yang ia alami. Sehingga ia memilih untuk hengkang saja. Ia pulang dengan membawa rasa keputusasaan, kesedihan, dan segala kegelisahannya bercampur aduk tidak karuan. Dalam perjalanan pulang, ia menemukan gua dan beristirahat di sana. Di dalamnya ia melihat tetesan air dari atap gua. Setetes demi setetes air itu mengenai satu batu besar. Hebatnya, tetesan air itu mampu melubangi batu besar yang keras. Inspirasi Ibnu Hajar seketika muncul yang menyebabkan ia bangkit dan membuat keputusan hebat sepanjang sejarah hidupnya. Ia memberanikan diri untuk melanjutkan studi nya dan berjuang melawan ketidakmampuannya, hasilnya, ia menjadi ulama yang terkemuka. Bahkan, ia disegani oleh ulama-ulama lainnya. (M. Shodiq Mustaka, Rahasia Salat Istikharah, Mutiara Media: Yogyakarta, 2008)

Berdasarkan cerita tersebut, kesabaran sangatlah perlu ditanam dan dipupuk dalam sanubari setiap individu insan seantero dunia agar kehidupan berjalan dengan baik dan indah sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan.

Hakikat dan Buah Kesabaran

Q.S. Al-Baqarah ayat 153:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Penulis menemukan bagaimana hakikat dan buah dari kesabaran yang Allah Swt perintahkan dan seharusnya kita implementasikan dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Di sini penulis merangkum setidaknya ada dua pesan yang harus dilakukan:

Pertama, sabar itu cepat tapi tak tergesa-gesa. Di era digital serta industri 4.0 kita dituntut untuk gerak cepat dan terampil. Namun cepat pun ada cara dan aturannya. Tidak asal main terobos hingga merugikan banyak pihak dan mengedepankan kepentingan pribadi. Perilaku seperti inilah yang sangat Rasulullah Saw. benci. Bahkan, di suatu riwayat menyatakan bahwa tergesa-gesa itu merupakan bagian dari sifat setan. Hal itu selaras dengan Hadis Nabi dari Sahal Ibnu Sa’ad Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

(اَلْعَجَلَةُ مِنَ اَلشَّيْطَانِ ) أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ.

 “Tergesa-gesa adalah termasuk perbuatan setan.” HR. Tirmidzi (Hadis No. 1541, Bulughul Maram).

Hadis ini baiknya menjadi muhasabah nafs bagi kita untuk mengikuti arus dari proses dan aturan yang ada. Tidak asal main terobos dan sikat sana sini. Bahkan, ada istilah yang tak asing lagi “halal-haram, hantam”.

*

Kedua, sabar menjadi salah satu perbuatan yang Allah Swt senangi. Ayat ini menggambarkan bagaimana indahnya ketika orang-orang yang sabar selalu bersama dalam naunganNya. Sehingga langkah-langkah yang dilakukan orang-orang sabar selalu Allah Swt. Iringi. Begitu banyak kisah nabi dan para sahabat yang mencontohkan pentingnya berbuat sabar dalam kehidupan. Belajarlah dari pada kisah Nabi Zakaria. Beliau memohon dan berdo’a kepada Allah dalam kurun waktu yang sangat lama agar diberi anak, dan baru Allah kabulkan ketika usianya sudah mencapai sembilan puluh tahun. Setingkat nabi saja baru dikabulkan setelah waktu yang lama, apalagi kita selaku manusia biasa. Begitupun dengan Nabi Musa yang mengalahkan Fir’aun setelah berdo’a selama empat puluh tahun dan berakhir dengan tenggelamnnya Fir’aun. Sekelas nabi saja berproses meski mereka berada pada situasi yang sulit. Padahal mereka seorang nabi, namun mereka selalu sabar berdo’a dan tidak menuntut.

Di dalam Tafsir Jalalain menyatakan bahwa pertolongan Allah Swt. sangat terbuka lebar bagi siapa yang selalu meletakkan kesabaran dan salat sebagai inti penting dalam kehidupan. Bahkan dalam Tafsir Al Misbah karya Quraish Shihab  termaktub, sabar itu salah satu perbuatan yang amat berat namun ganjarannya sangat besar di mata Allah Swt; yang ganjarannya berupa apa yang orang sabar inginkan ia akan memberikan apa yang mereka inginkan.

Akhirnya, penulis mengingat sebuah khutbah oleh Thariq bin Zaid sebagai pemimpin pasukannya dalam peperangan. Ia mengatakan :

إن صبرتم على الأشق قليلا، استمتعتم بالأرفه الألذّ طويلا

Artinya: “Jika kalian sedikit sabar saja dalam kesulitan maka (kalian) akan merasakan suatu hal yang amat nikmat nan lama.” Wallahu a’lam.

Bagikan
Exit mobile version