f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
husnul khotimah

Renungan Husnul Khotimah di Masa Pandemi

Banyak peristiwa yang terjadi di masa pandemi yang  telah memberi begitu banyak pelajaran dan hikmah kehidupan kepada kita semua. Sakit, ketakutan,  kematian dan kesembuhan hingga lolos dari maut, itu semua adalah bagian-bagian yang  telah memaksa kita belajar tentang makna kehidupan.

Banyak saudara, sahabat, teman yang telah berpulang karena terpapar Virus Covid-19, tetapi pandemi ini masih belum berhenti. Sang virus masih akan terus bergerilya mencari nama-nama yang sudah ada dalam daftar mereka untuk didatangi dan memaparkan dirinya.

Ada seorang sahabat saya, yang hidupnya terobsesi untuk membuat buku tentang sistem ketatanegaraan yang ia dapatkan dari ilham setelah 40 hari berpuasa. Selama bertahun-tahun, berbagai usaha ia lakukan demi terselesaikannya tulisan hingga tercetaknya buku. Setiap postingan di Facebooknya selalu menulis tentang sistem ketatanegaraan yang dia yakini mampu mengatasi masalah ketatanegaraan negara ini.  

Beberapa minggu setelah ia menyelesaikan tulisan dan mencetak bukunya, ia meninggal karena terpapar Covid-19. Meskipun usia sebenarnya masih terhitung muda, 42 tahun.

Satu jam sebelum tulisan ini saya buat, sahabat saya yang lain, juga meninggal karena Covid-19. Sahabat saya ini begitu terobsesi untuk membuat perguruan tinggi di kampung halamannya. Ia memang seorang pendidik, dosen di beberapa perguruan tinggi. Setiap obrolan dengan siapapun, ujung dari obrolannya selalu membahas tentang obsesinya itu.

Dan baru dua bulan yang lalu, perguruan tinggi yang dia cita-citakan berdiri dan mulai menerima mahasiswa baru, hari ini, teman saya ini berpulang.

Saya membayangkan kelegaan dan keikhlasan pada dua orang sahabat saya itu. Mereka begitu siap menghadap Sang Khalik karena apa yang menjadi tugas dalam hidupnya,  telah mereka selesaikan.

Kematian dua orang sahabat saya ini membuat saya merenung, hingga saya mempunyai kesimpulan sendiri. Oh, mungkin inilah yang disebut husnul khotimah. Orang-orang yang ketika Tuhan memanggilnya pulang, tugas kehidupannya telah diselesaikan.

Baca Juga  Terobosan Baru Milenial di Masa Pandemi

Yang dimaknai tugas kehidupan adalah obsesi, keinginan, cita-cita dan harapan yang ingin diwujudkan dalam hidupnya. Setiap orang waras, pasti mempunyai obsesi, cita-cita, atau harapan. Tetapi tidak setiap orang yang punya obsesi mampu mewujudkan obsesinya. Sementara, kematian punya jadwal sendiri untuk menghampiri setiap manusia yang sudah mencapai batas waktu kehidupannya.

Hidup memang perlu membuat perencanaan yang menjadi obsesi atau cita-cita. Tak penting apa obsesinya, tetapi yakinkan diri bahwa obsesi itu dapat teraih. Jika obsesi ini dijadikan ukuran sebuah ujian yang harus diselesaikan, maka yang terpenting adalah kelulusannya. Tak perlu membuat obsesi yang terlalu tinggi, agar tidak terlalu sulit untuk menyelesaikannya. Kelulusan-kelulusan itulah yang bermakna husnul khotimah.

Hidup seharusnya dimaknai sebagai perintah Tuhan. Karena kita terlahir bukanlah kemauan ataupun keinginan kita. Wujud perintah paling mendasar adalah untuk mempertahankan hidup. Itulah mengapa setiap mahluk hidup, manusia dan hewan memiliki kesamaan naluri untuk mempertahankan hidup. Perbedaannya adalah, selain mempertahankan hidup, manusia diberi tugas untuk menjaga keberlangsungan dunia. Karena itulah Tuhan memberikan manusia  keinginan, obesesi, cita-cita ataupun harapan.

Masalahnya, ada begitu banyak keinginan, cita-cita, obsesi dan harapan yang ada pada setiap diri manusia. Karena banyaknya obsesi, hampir tidak mungkin semua dapat diwujudkan. Oleh karena itu, sangat penting untuk dapat memilah-milah dan membuat skala prioritas obsesi yang muncul dalam diri kita, sampai kita dapat menyimpulkan mana yang menjadi prioritas yang paling utama.

Misalnya, seorang ibu rumah tangga, meskipun banyak harapan dan keinginan yang ada dalam benak pikirannya, tetapi yang menjadi harapan utama adalah mengantarkan anak-anaknya menjadi sarjana. Sementara ibu yang lain hanya berharap anak-anaknya bisa meneruskan usaha warung makan rintisannya.

Baca Juga  Membangun Gerakan Sadar Lingkungan

Atau, seorang laki-laki yang terobsesi menjadi seorang kepala desa, menjadi direktur perusahaan, menjadi bupati, bahkan presiden. Ada juga yang hanya bercita-cita punya sawah sendiri karena selama hidupnya hanya menjadi petani penggarap.

Apapun harapan dan cita-citanya, jika suatu saat ketika usia telah sampai pada batasnya, dan apa yang dicita-citakannya itu tercapai, di situlah letak husnul khotimah, dan surga adalah buahnyaAllah berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 32 :

 الَّذِيۡنَ تَتَوَفّٰٮهُمُ الۡمَلٰۤٮِٕكَةُ طَيِّبِيۡنَ‌ ۙ يَقُوۡلُوۡنَ سَلٰمٌ عَلَيۡكُمُۙ ادۡخُلُوا الۡجَـنَّةَ بِمَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ

Artinya :  (yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), “Salamun ‘alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.”

Mengingat bahwa amanah Tuhan yang diberikan kepada manusia adalah menjaga keberlangsungan kehidupan dunia;  maka segala hal yang menimbulkan kerusakan dunia, dan membahayakan keberlangsungan kehidupan, menjadi hal yang harus dihindari.

Kematian seorang manusia ketika sedang dalam posisi berbuat kerusakan dan membahayakan keberlangsungan dunia itulah yang dimaknai sebagai kematian yang suul khotimah.

Jadi, di masa pandemi ini adalah saat yang tepat untuk merenung, introspeksi diri, apakah hidup kita saat ini sedang dalam usaha menyelesaikan obsesi yang benar, sehingga sekiranya virus corona datang menghampiri, dan kita telah tiba pada batas usia yang Tuhan berikan, kita  sudah dalam posisi yang husnul khotimah.

Bagikan
Post a Comment