f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
perempuan dan al-hujurat

Relasi Perempuan dan Surat al-Hujurat Ayat 11

“We have to fix each other crown. Kita harus saling memperbaiki mahkota satu sama lain” begitulah kira-kira ungkapan yang cocok untuk mengawali tulisan ini. Tulisan ini bermula dari beberapa pengalaman saya selama bertumbuh menjadi perempuan dewasa. Selain itu muncul kegelisahan diri terhadap behaviour warganet yang tak henti-hentinya memperbincangkan pilihan-pilihan perempuan dalam menjalani kehidupannya.

Dari sinilah, menjadi penting untuk menuliskan satu tema yang menurut saya cukup fundamental untuk dibahas, yakni tentang spirit sisterfillah atau sering kita kenal dengan istilah women support women.

Perdebatan Perempuan Vs Perempuan

Di antara wacana huru hara yang sering kita konsumsi adalah perdebatan perempuan versus perempuan; manakah yang paling mulia ibu rumah tangga vs ibu pekerja, lahiran normal vs sesar, ibu menyusui DBF vs non DBF, fenomena hate speech, body shaming, social beauty bullying dan dalam hal-hal di luar kendali manusia pun sering kali pilihan-pilihan perempuan diperdebatkan.

Kemajuan zaman modern sat ini belum sepenuhnya menampilkan kemajuan masyarakatnya dalam hal etika dan moral. Adanya hak bersuara, dan berekspresi tidak jarang membuat manusia semakin tidak tahu diri. Contohnya, para pelaku hate speech dan bullying sama sekali tidak memikirkan konsekuensi dari berkata dan berperilaku buruk terhadap orang lain. Padahal dalam norma agama dan sosial, konsekuensi berkata dan berperilaku buruk itu sangatlah jelas dan nyata.

Islam telah mengatur tata krama; bagaimana seharusnya kita berperilaku sehingga tercipta kehidupan yang bahagia, nyaman, aman dan sejahtera terhadap sesama. Sebagaimana diturunkannya QS. al Hujurat yang kita kenal sebagai surat adab dan akhlak. Tujuan utama surat ini tidak lain adalah untuk mendidik umat Islam agar dapat memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai luhur yang ada di dalam surat al Hujurat sebagai tuntunan hidup.

Surat ini banyak memaparkan nilai-nilai luhur tentang pentingnya persatuan dalam kemanusiaan, substansi keimanan, tuntunan manusia ketika menghadapi perbedaan dan perselisihan serta uraian bagaimana kita menghindari permusuhan.

Dalam surat al Hujurat ayat 11, ada part menarik yang menurut saya sangat penting untuk diulas dan ditadabburi bersama. Mengandung sebuah pesan mulia tentang etika sosial dalam konteks relasi perempuan dengan sesamanya.

Women Support Women: Aksi Nyata atau Jargon Saja?

Kemunculan frasa women support women pada mulanya bertujuan untuk mewujudkan kepedulian perempuan pada sesamanya agar dapat saling mendukung, menjalin kerja sama dalam pemberdayaan, hingga terbangun ekosistem positif untuk saling menguatkan karena kesamaan pemikiran, perasaan dan pengalaman sebagai perempuan.

 Namun faktanya, kerap kali secara tidak sadar para perempuan justru saling menjatuhkan bahkan berperilaku seksis terhadap sesamanya Hal ini diungkapkan oleh Kalis Mardiasih dalam acara Kick Andy yang bertajuk “Perempuan Pejuang Kesetaraan”. Kesuksesan perempuan terkadang dipandang sebagai ancaman bagi yang lain. Kompetisi atau persaingan yang tidak sehat, sering dibanding-bandingkan justru dapat membuat sinar perempuan tidak makin menyala, malah redup karena sesamanya.

Baca Juga  Emak Vs Emak : Ke mana Larinya Empati?

Pilihan hidup perempuan yang sebenarnya bertujuan mulia kerap kali dicaci karena tidak sesuai dengan tradisi hingga tidak jarang para perempuan ini terpuruk menyalahkan diri bahkan merendahkan diri sendiri. Para perempuan yang memiliki ambisi dan cita-cita tinggi tidak jarang dihindari karena takut tersaingi.

Menjadi perempuan bersinar di era sekarang, rentan menjadi perbincangan banyak orang. “Jangan terlalu begini, nanti begitu”. Dengan kata lain, kehidupan perempuan dari zaman dulu hingga sekarang selalu erat dengan stereotipe yang tidak mengenakkan. Kalau kata mbak Nana, “Susahnya jadi perempuan” ini benar-benar nyata, yagesyaa.

Yang kita perangi masa kini adalah pemikiran orang yang berwujud omongan. Jika ditradisikan terus-menerus sangat membahayakan. Mewujudkan women support women tidaklah gampang. Butuh kerja barengan bukan saling menjatuhkan dan membanding-bandingkan.

Lantas, faktor apa gerangan yang membuat perempuan masih saling menjatuhkan?

Hantu-Hantu Patriarkhi Sangat Nyata

Sadar atau tidak, terkadang sesama perempuan turut serta memelihara budaya patriarki, yakni merawat tradisi-tradisi persaingan yang dibentuk oleh masyarakat. Sosial beauty bullying bisa menjadi contoh bahwa perempuan banyak merundung fisik sesamanya, begitulah ungkapan psikolog klinis Brawijaya Healthcare, Nuran Abdat pada acara Stop Beauty Bullying yang didakan oleh PT. Unilever Indonesia tahun 2019. Perundungan jenis ini sama-sama berbahaya dengan perundungan lain karena bisa berujung pada depresi dan praktik bunuh diri.

Sosial beauty bullying merupakan tindakan mengomentari dan melakukan penghinaan atas penampilan seseorang, baik terkait makeup, cara berpakaian, dan juga aspek lainnya. Saya sering menemukan beauty bullying di media sosial seperti;

“Cantik sih tapi terlalu kurus kayak triplek, gemukin dikit biar makin cakep”

“Bodynya masih bagus, kulitnya glowing karena belum punya anak. Coba aja kalau  
  punya anak”

Begitulah kiranya sedikit cuitan komentar netizen pada salah satu akun milik seorang artis.

Queen be syndrome, sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perempuan yang memiliki otoritas dan power dalam segi ilmu, finansial dan sosial yang tidak mendukung bahkan menganggap kehadiran perempuan lain sebagai tandingannya. Kesuksesan perempuan lain dipandang sebagai ancaman sehingga para pengidap sindrom ini selalu berusaha meyakinkan orang lain bahwa dirinya paling unggul dan harus menjadi satu-satunya perempuan yang paling outstanding.

Sebagai seorang perempuan, saya cukup resah dengan fenomena “Iam not like others girl” dalam bahasa slang kita kenal dengan istilah pick me girl.  Istilah ini digunakan untuk menggambarkan sosok perempuan yang ingin terlihat berbeda dari yang lain. Menurut saya, ingin terlihat berbeda dari yang lain bukanlah persoalan besar, sangat tidak apa-apa. Yang menjadi persoalan adalah manakala perilaku tersebut dibarengi dengan kata-kata yang merendahkan orang lain.

Baca Juga  Menyuarakan Kemerdekaan Untuk Perempuan

“Aku sih lebih suka temenan sama cowok, karena mereka less drama”

“Nongkrong di café jepret, jalan-jalan jepret, apa-apa jepret. Ngapain sih cewek-cewek tuh, emang manfaatnya apa posting-posting kehidupan gitu”

“Aku, kok, gak berjerawat, ya? Padahal gak pernah pakai skincare”

Beberapa contoh di atas adalah wujud hantu-hantu patriarkhi yang masih tumbuh subur di masyarakat. Hantu-hantu ini menjadi salah satu realitas terbesar yang dapat menghambat terwujudnya gerakan sistefillah, women support women. Akibat dari berbagai ketimpangan relasi dan dominasi, para perempuan tidak mendapatkan ruang aktualisasi hingga akhirnya mereka cemas, khawatir dan takut tersaingi.

Pesan Qs. al Hujurat ayat 11 : Mentradisikan Women Support Women

Kandungan makna surat al Hujurat ayat 11 adalah tentang larangan manusia mengolok-olok atau menghina makhluk Allah. Allah telah memberi kita rangkaian nasehat agung dalam surat ini.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman; dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itu orang-orang yang zalim”

Dijelaskan dalam tafsir al Qurthubi, sebab turunnya ayat ini para ulama berbeda pendapat. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkenaan dengan kisah Tsabit bin Qais bin Syammas seorang sahabat nabi yang tuli. Pada suatu hari, Tsabit melangkahi sekian banyak orang di majelis Nabi untuk bisa berdekatan dan mendengar tausiah nabi. Salah satu seseorang menegurnya tetapi Tsabit marah sambil memakinya dengan menyatakan bahwa dia yakni si penegur adalah anak si Fulanah (seorang perempuan yang pada masa jahiliah dikenal dengan aib). Orang yang diejek tadi marah, lalu turunlah ayat ini, al Hujurat ayat 11.

Baca Juga  Menakar Seberapa Tinggi Derajat Keikhlasan dalam Beribadah di Bulan Ramadan

Riwayat lain juga mengisahkan, ada salah satu istri Rasulullah yang mengejek istri Rasulullah  yang lain yaitu Ummu Salamah yang diolok-olok dengan sebutan perempuan pendek. Dari beberapa kisah di atas sangatlah jelas bahwa suhriyah dalam lafadz (لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ) yang memiliki arti “Janganlah kalian mengolok-olok seseorang”, tidak boleh dilakukan. Diksi mengolok-olok di sini sangat luas sekali, bisa melalui lisan, tulisan atau bahkan tindakan. Sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Quraish Shihab dalam dalam kitabnya, Tafsir Mishbah.

Menurut para ulama, lafaz qaum pada surat al Hujurat ayat 11 ini memiliki arti kaum yang meliputi laki-laki dan perempuan. Menariknya, perempuan disebutkan secara khusus dalam lafaz وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ yang artinya, “Dan jangan pula wanita-wanita mengolok-olok wanita-wanita yang lain”.

Pernah tidak Rahmania merenungkan hal ini; mengapa lafaz perempuan dikhususkan, padahal lafaz qaum sudah mencakup laki-laki dan perempuan? Di sinilah ruang tadabbur kita bersama.

Ada sebuah kaidah yang berbunyi “Ufrida li ahammiyaatihi” (disebutkan khusus karena memang sangat penting). Artinya, ada pesan mulia yang ingin Allah sampaikan secara khusus kepada para perempuan agar tidak saling mengolok-olok sesamanya. Dalam konteks ini, beberapa ulama berpendapat bahwa perilaku suhriyah (mengolok-olok) lebih mudah terjadi pada kalangan perempuan bukan berarti laki-laki tidak melakukan demikian.

Hal ini juga disinggung oleh ustaz Nouman Ali Khan, dalam tayangan yang berjudul Mocking Others and Arrogance. Perempuan memiliki cara yang berbeda dan unik dengan laki-laki saat mengolok-olok. Bahkan sesama perempuan dapat saling membenarkan sesamanya saat melakukan suhriyah ini.

QS al Hujurat ayat 11 ini dapat menjadi landasan dalam beretika sosial dalam mempererat spirit sisterfillah agar perempuan bisa saling berdaya dan berkolaborasi dalam kebaikan. Karena sejatinya, perempuan berdaya adalah mereka yang saling menguatkan satu sama lain. Bukan saling menjatuhkan apalagi menganggap sesamanya sebagai saingan dan ancaman. “Wanita kuat itu adalah wanita yang menguatkan wanita lain,” begitulah pesan mbak Nana.

Bagikan
Post a Comment