f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
kartini

R.A Kartini dan Kesetaraan Pendidikan

Raden Ajeng Kartini atau adalah salah satu tokoh Jawa dan pahlawan Nasional Indonesia. R.A Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Keturunan bangsawan dari jalur ayahnya yaitu Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Ibu kandungnya bernama M.A Ngasirah. Ia merupakan seorang anak ke 5 dari 11 saudara sekandung dan tirinya.

R.A Kartini menjadi salah satu tokoh atau pahlawan perempuan yang menginspirasi banyak orang karena perjuangan-perjuangannya terutama dalam hal pendidikan bagi kaum perempuan. Berikut ini terdapat kisah beliau yang akan penulis ceritakan.

Saat kecil R.A Kartini bersekolah di Europeeschee Lagere School (ELS). Namun saat berusia  12 tahun beliau harus tinggal di rumah karena harus menjalani pingitan. Suatu ketika kakak beliau yang bernama Raden Mas Sosrokartono hendak pergi ke Belanda, beliau memberikan kunci sebuah lemari yang berada di dalam kamarnya. Dalam lemari tersebut terdapat kumpulan buku-buku pengetahuan Belanda. Dan berpesan kepada R.A Kartini untuk membaca dan mempelajarinya.

***

Beliau satu pemikiran dengan R.A Kartini, bahwa perempuan juga membutuhkan kebebasan dalam mencari ilmu. Ia menguasai bahasa Belanda dan terus belajar dari buku kakaknya. Di antara buku yang ia baca yaitu, novel HILDA VAN SUYLENBBERG karya Cecile Geokoop-de jong. Dalam novel fiksi tersebut tokoh utamanya adalah HILDA VAN SUYLENBBERG sebagai pengacara. Pembela orang miskin dan perempuan tertindas. Tokoh tersebut juga orang yang berpendidikan tinggi dan seorang istri dan mempunyai anak. Dan masih banyak lagi buku-buku tentang negara Belanda yang beliau baca.

Beliau tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Di situlah pemikiran kartini terbuka. “Tidak ada yang lebih berharga selain membebaskan fikiran. Tubuh boleh terpasung, tapi jiwa dan fikiran harus bisa terbang sebeba- bebasnya. Sekali jiwa diserahkan, selamanya takkan pernah kita miliki kembali.” ~ R.A Kartini. Beliau bertekad tidak akan menyerahkan jiwanya kepada siapapun, jiwanya harus menjadi saksi kepedihan dan kebahagiannya di masa depan.

Baca Juga  Siti Walidah dan Fatmawati : Pahlawan Perempuan dari Muhammadiyah

Di usia 16 tahun, R.A Kartini mendapat sedikit kebebasan dari masa pingitannya. Karena ia diundang nyonya Ovink-Soer kerumahnya, karena beliau kagum terhadap karya ukir R.A Kartini dan juga dua adiknya yaitu R.A Roekmini dan R.A Kardinah. Dalam pertemuannya R.A Kartini juga meminta nyonya Ovink-Soer untuk membimbing dirinya agar bisa menjadi penulis hebat seperti dirinya. Dalam pertemuan itu juga  R.A Kartini mendapat Jurnal Antropologi dan Bahasa.

***

Sepulang dari pertemuannya, R.A Kartini terus mempelajari bahasa asing lebih dalam lagi, serta membuat artikel yang akan terbit memakai nama ayahnya, yaitu yang berjudul “PERKAWINAN SUKU RODJA (ARAB)”. Namun Kartini mendapat sedikit tekanan dari kakaknya yang bernama Raden Mas Slamet dan Raden Mas Busono. Beliau berdua sebagai kakak menganggap bahwa adiknya sebagai keturunan bangsawan tidak boleh punya pikiran yang terlalu liar.

Upaya itu berhasil ketika R.A Kartini mengirim surat kepada Nyonya Ovink-Soer yang mengatakan bahwa ia sedang berada dalam kurungan bersama kedua kakaknya tersebut. R.A Kartini kembali menulis artikel tentang “SENI UKIR JEPARA”. Dan pengerajin seni ukir di Jepara mendapat kemajuan banyak pesanan, sehingga mereka bisa makan kembali. Tidak hanya itu, Artikel dan karya-karya R.A Kartini juga akan dipamerkan di Deen Haag.

R.A Kartini juga mengirim korespondensi ke negara Belanda dengan tujuan untuk membuka pertemanan lebih luas. Salah satunya kepada Stella Zehandelaar di Deen Haag. Surat itu berisi ungkapan R.A Kartini bahwa, “Di Negeri Indonesia gadis-gadis terantai kakinya dan mendapat sedikit kesempatan untuk memperoleh pendidikan modern sedangkan di Belanda sebaliknya. Dan R.A kartini mengungkapkan bahwa perempuan di negerinya harus mendapatkan kedudukan yang sama dengan laki laki dalam mendapatkan ilmu.

Baca Juga  Mama : Malaikat Dunia
***

Karena R.A Kartini menguasai bahasa Belanda, Ia memutuskan untuk menyalurkan ilmunya kepada rakyat yang membutuhkan pendidikan namun terhalang oleh keadaan sosial dengan cara membuka bimbingan di rumahnya secara gratis. Dan suatu ketika di rumahnya menggelar pengajian sekeluarga dengan mendatangkan Kyai Sholeh Darat. Ketika pengajian usai, R.A Kartini bertanya, “Apakah ada ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ilmu?”.

Kyai tersebut menjawab bahwa,Surat Al-Alaq 1-5 yang turun pertama kali dan Allah S.W.T yang memerintahkan Nabi S.A.W untuk membaca.” R.A Kartini kembali bertanya, “Apakah dijelaskan dalam ayat itu, bahwa membaca itu hanya untuk laki-laki?.” Kyai tersebut menjawab, “Semua manusia laki-laki dan perempuan diwajibkan untuk membaca.” Dapat diambil poin penting, bahwa memang perempuan mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.

Tiba suatu ketika, R.A Kartini akan menikah dengan seorang Bupati Rembang Raden Adipati Joyodiningrat. R.A Kartini hendak menolaknya karena calon suaminya sudah mempunyai tiga istri. Dan ia hendak menunggu balasan proposal dari negeri Belanda. Namun ia mendapat desakan dari ibu tirinya dan desakan kakaknya yang mengharuskan R.A Kartini untuk menikah.

***

Dan suatu ketika, ayahnya menanyakan kembali kesiapan R.A Kartini untuk menikah. Namun R.A Kartini menerima pinangan dengan mengajukan beberapa syarat yaitu di antaranya, R.A Kartini tidak mau mencuci kaki calon suaminya saat di pelaminan, Beliau juga tidak mau dibebani dengan aturan sopan santun yang rumit dan ingin diperlakukan seperti orang biasa saja, beliau mengharuskan calon suami nya membantu dirinya mendirikan sekolah untuk perempuan dan orang miskin, dan yang terakhir menginginkan ibu kandungnya untuk tinggal dirumah depan dan memanggil ibunyya dengan sebutan Mas ajeng bukan Yu (yang artinya pembantu). Calon suaminya mengabulkannya. Dan beliau menikah pada tanggal 12 November 1903

Baca Juga  Nyi Hajar Dewantara : Mitra Sejajar dan Adab Perempuan

Setelah menikah, beliau melahirkan seorang anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904. Keinginan R.A Kartini terwujud untuk mendirikan sekolah di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang. Beberapa sekolah Wanita di antaranya Yayasan Kartini di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya.

Karena kegigihannya yang berkeinginan untuk memajukan perempuan pribumi, yang berada pada status sosial rendah sehingga terkendala untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Bagi  R.A Kartini, pendidikan adalah hal terpenting bagi seorang wanita. Kedudukan pria dan perempuan dalam menuntut ilmu baginya sama rata.

Beliau wafat setelah beberapa hari pasca melahirkan tepatnya 17 September 1904. Cita-citanya ia ungkapkan pada surat-suratnya kepada kenalan dan sahabatnya orang Belanda. Salah satunya seperti Tuan EC Abendanon, Ny Ovink-Soer dll. Surat-suratnya terbit di Belanda pada tahun 1911 oleh Mr. JH Abendanon dengan judul DOO DUISTERNIS TOT LICHT. Dan terdapat terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh sastrawan pujangga baru Armjn Pane tahun 1922 dengan judul HABIS GELAP TERBITLAH TERANG.

Bagikan
Post a Comment