f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
pernikahan

Pernikahan, Sekolah Seumur Hidup

Menikah adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Islam mengatakan dalam sebuah haditsbahwasanya menikah adalah sebagain dari penyempurnaan Agama. Ada beberapa ayat Al-Qur’an dan hadis yang digunakan untuk motivasi sebuah pernikahan. Seperti surat An-Nur ayat 32, “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu”, Surat Ar-Ra’du ayat 38, “Dan sungguh kami mengutus rasul-rasul sebelum kamu dan kami mengaruniakan mereka istri-istri beserta keturunannya.”, dan salah satu hadits yang populer adalah “Menikah adalah sunnahku. Maka barang siapa yang suka pada fitrahku, hendaklah ia bersunnah dengan sunahku.”, (HR. Abu Ya’la).

Pernikahan adalah gerbang baru untuk masuk ke dunia kehidupan baru manusia. Dari single ke double, dari satu keluarga ke penyatuan dua keluarga,dari satu budaya ke penyatuan dua budaya. Pada intinya dari satu menjadi dua yang menyatu. Pernikahan adalah salah satu cara pemenuhan syahwat. Karena Allah Swt mengkaruniakan syahwat dalam diri manusia sebagai fitrah yang ada padanya, agar kehidupan dapat selalu berlangsung. Pernikahan dalam Undang-undang menggunakan kata “Perkawinan”. Definisi perkawinan dalam UUP adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.[1]

Pernikahan juga disebutkan Allah Swt. dalam Al-Qur’an sebagai perjanjian yang kuat dan kokoh atau mitsaqon ghalidza. Bukan sembarang perjanjian, tetapi ini adalah perjanjian yang agung dan harus dijaga dengan baik sampai batas kemampuan paripurna.[2] Sebuah pernikahan yang dapat dikatakan sebagai perjanjian yang agung dijelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 21, “Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu”.

“Capek, pengen nikah saja”, Yakin?

Pernikahan memang menjadi obrolan siapapun di saat sudah dianggap mampu memulainya. Dari yang benar-benar siap karena faktor usia, materi hingga yang asal-asalan saja agar terhindar dari suatu tugas tertentu seperti sekolah. Sehingga banyak sekali obrolan ringan seperti, “capek kuliah, pengen nikah saja”, nggak usah kuliahlah, nikah saja, enak”, “nikah sajalah, kan sudah ada yang kasih nafkah nggak perlu cari uang.”, enak ya nikah, apa-apa ada yang bantuin dan anterin” dan lain sebagainya. Sebagian anak muda berpikiran bahwasannya menikah itu enak karena ada yang menafkahi, tidak perlu repot-repot bekerja. Mmenikah itu enak karena tidak perlu berpikir ribet layaknya sekolah formal yang harus mengerjakan tugas setiap pekan, penelitian, dan membuat laporan. Sampai ada istilah Jawa “tutup buku, buka terop (menutup buku kemudian membuka terop)”, yang dimaksud di sini, berhenti belajar dan menikah saja.

Baca Juga  Sukses Menulis butuh Usaha dan Kerja Keras

Dari celetukan receh yang kemudian meyakinkan diri menikah karena alasan-alasan itu sesungguhnya masih sangat banyak di lingkungan kita. Padahal pernikahan adalah ikatan yang sakral dan tidak menutup segala tugas kemudian hidup enak. Sebelum pernikahan sangat dibutuhkan banyak sekali ilmu sebagai bekal bahwasanya menikah adalah belajar seumur hidup. Sehingga sangat perlu tanyakan kembali ke diri sendiri, harus banget menikah?

Kalau diambil dari sudut pandang untuk menghindari zina, berarti, apabila kita sudah berkemampuan untuk menikah, maka hendaknya menikah. Kalau belum, maka berpuasa untuk membentengi diri. Membaca hal ini, kalau kita memilih menikah hanya untuk menghindari zina, rasa-rasanya seperti mengakui bahwa kemampuan kita menahan nafsu itu dangkal sekali.[3] Kondisi itu juga memberi gambaran dengan alasan-alasan receh di atas, bahwa menikah bukan solusi untuk mengakhiri segala kerumitan tugas saat sendiri, bahkan sudah harus selesai dengan diri sendiri.

Persiapan Sebelum Memasuki Sekolah Pernikahan

Menikah adalah sebuah gerbang memasuki sebuah tempat dan kondisi baru. Sama halnya dengan memasuki sekolah baru. Kita akan bertemu dengan beragam manusia yang tidak sama dengan kita, bahkan pasangan sendiri. Oleh karena itu menikah memang terkesan tidak perlu sekolah formal dan memang tidak ada sekolahnya, terlihat mudah dengan melihat peran suami dan istri yang kasat mata.

Jika kita akan memasuki sebuah sekolah, pasti ada sebuah tes dan butuh persiapan dengan belajar yang sungguh-sungguh. Sama halnya menikah, sebelum menikah perlu adanya persiapan yang matang selain usia dan materi. Apalagi urusan pernikahan atau perkawinan tidak soal ijab dan kabul saja. Banyak elemen yang ada di dalamnya seperti urusan perkawinan, pencatatan, rumah tangga, perceraian, mengasuh anak, waris, dan hak suami dan istri.[4] Sehingga diperlukan persiapan yang matang seperti 5 hal yang harus dipastikan sebelum menikah. Di antaranya adalah memahami tujuan menikah, masalah orang tua, trauma masa lalu, manajemen emosi dan mempunyai rencana hidup.[5]

Baca Juga  Literasi Bukti Nyata Bukan Wacana

Ada 5 hal lagi yang juga harus dipelajari sebelum menikah, di antaranya adalah ilmu seputar ta’aruf dan khitbah, ilmu seputar reproduksi, pola komunikasi, fikih pernikahan dan financial planning. Keseluruhan itu menjadi sesuatu yang sangat penting, bisa didapatkan dengan mengikuti kelas pranikah, membaca buku atau belajar dari media elektronik secara cuma-cuma. Memang tidak semuanya dapat dipelajari begitu saja akan tetapi bisa selalu dipelajari saat sudah menikah.

Saat menikah memang tidak semulus teori yang sudah dipelajari, akan tetapi ilmu-ilmu itu sebagai dasar dalam menjalani sebuah pernikahan. Layaknya sekolah yang akan menghadirkan banyak teka-teki yang membutuhkan problem solving dengan berbagai metode, seperti metode ceramah, diskusi, pengalaman , tanya jawab, discovery dan resitasi.

Setiap masalah dalam setiap pasangan akan berbeda-beda. Maka dari itu perlu juga untuk talaqqi ke pasangan-pasangan senior untuk menjemput ilmu-ilmu pernikahan secara teori maupun praktik agar sekolah seumur hidup yang namanya pernikahan dapat berjalan menjadi sakinah mawaadah warahmah.


[1] Musdah Mulia, Muslimah Reformis For Milenial (Jakarta : PT Elex Media Media Komputindo, 2021), hal. 227

[2] Yulrachma, Jangan Takut Bicara Masa Depan (Jakarta : PT Elex Media Media Komputindo, 2022), hal. 146-147

[3] Davrina Rianda, Trias Muslimatika (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2019), hal. 87

[4] Musdah Mulia, Muslimah Reformis For Milenial (Jakarta : PT Elex Media Media Komputindo, 2021), hal. 223

[5] Yulrachma, Jangan Takut Bicara Masa Depan (Jakarta : PT Elex Media Media Komputindo, 2022), hal. 117-121

Bagikan
Post a Comment