f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
nyaman

Perihal Nyaman dan Upaya Mendidik dengan Hati

Pernahkah kita mendengar seseorang yang berhenti bekerja, padahal gajinya besar, tempat kerjanya enak, perusahaannya besar dan terkenal. Ketika ditanya alasannya kenapa ia berani keluar dari pekerjaannya, merelakan gaji besarnya yang belum tentu ia dapatkan lagi di perusahaan lain? Jawabannya sederhana “aku sudah merasa nggak nyaman, makanya aku keluar saja”.

Atau mungkin kita juga pernah mendengar, ada orang yang bertahan kerja bertahun-tahun di sebuah perusahaan, padahal gajinya tidak terlalu besar, perusahaannnya pun biasa-biasa saja, tetapi ia rela bertahan padahal banyak juga perusahaan yang menawarkan kerja dengan gaji yang lebih besar. Ketika ditanya, jawabannya simpel, “karena aku udah nyaman di sini”.

Atau lebih menohok lagi, ada pasangan suami istri, yang menurut kita tidak serasi, baik dari rupa ataupun status sosialnya. Namun ternyata hubungan mereka begitu harmonis, hidup bahagia dan berkecukupan. Ketika ditanya, alasanya sama karena mereka sudah nyaman dengan pasangannya. Kenyamanan dalam pernikahan disebut dengan “sakinah, mawaddah wa rahmah”, dan itu tujuan utama berumah tangga.

Dari ketiga kasus terbut, saya kira semua orang bersepakat bahwa kenyamanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hidup ini. Kenyamanan itu bersarang di hati setIap orang, dan setiap orang punya hati. Sedangkan situasi hati itu merupakan hal pokok dalam kehidupan manusia. Bagaimana mungkin seseorang bisa hidup tanpa kenyamanan dalam hatinya?

***

Saya pun termasuk orang yang menggandrungi kenyamanan. Artinya dalam kehidupan ini, bagi saya kenyamanan itu nomor satu.  Karena dalam hidup ini apa lagi yang kita cari selain kenyamanan? Orang bahagia karena ia merasa nyaman. Hatinya merasa bahagia karena ia merasakan situasi hati yang nyaman.

Baca Juga  Wasiat Luqman Al-Hakim; Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an

Namun perlu kita ingat, bahwa nyaman tidaknya kita terhadap suatu hal itu bergantung diri kita sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhinya, selain faktor dari luar (orang lain dan lingkungan sekitar), maka faktor dari dalam diri sendiri lah yang paling menentukan. Keadaan seburuk apapun,  jika kita bisa mengendalikan suasana hati, maka tetap kenyamanan itu akan ada. Jadi kenyamanan itu diciptakan, tidak datang begitu saja.

Sebagai seorang guru, saya pun harus menciptakan kenyamanan ketika berinteraksi dengan siswa. Ketika saya nyaman mereka pun pasti akan merasakan hal yang sama. Pendidikan akan berhasil ketika mereka juga merasakan hal yang sama dengan gurunya. Saya meyakini kenyamanan ialah faktor penting dalam keberhasilan pendidikan.

Standar nasioanal pendidikan yang pemerintah terbitkan, tidak lain ialah agar bisa menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman. Guru atau siswa tidak akan sukses dalam proses pembelajaran tanpa adanya kenyamanan. Guru dan siswa harus merasakan kenyamanan ketika berinteraksi.

Saya teringat kata-kata Aristoteles, “Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali.” Begitu pentingnya mendidik hati, sampai-sampai jika pedidikan tidak bisa melibatkan hati di dalamnya, kata Aristoteles bukanlah pendidikan sama sekali. Jelaslah bahwa hati juga memiliki tempatnya tersendiri dalam pendidikan. Bahkan berperan besar atas berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan.

***

Kenyamanan yang guru dan siswa ciptakan di ruang kelas, bisa terjalin karena ada tali hubung antara keduanya. Tali hubung itu bernama kasih sayang. Konteks kasih sayang antara guru dan siswa ini, tentu berbeda dengan hubungan kasih sayang layaknya pasangan muda mudi. Namun hubungan kasih sayang antara guru dan siswa ialah kasih sayang untuk menerima dan mengerti peran apa yang harus dilakukan antara keduanya.

Baca Juga  Covid-19, Kuasa Bahasa dan Kesadaran Kritis

Guru dengan kasih sayangnya memposisikan siswa sebagai anak didiknya, menerima mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bahkan guru dengan ketulusan hatinya, dengan penuh kesabaran ia mau mengarahkan dan membimbing mereka agar mampu tumbuh dan berkembang sesuai potensi yang ia miliki. Siswa pun demikian, ia akan menerima gurunya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Keterbukaan hati akan menciptakan hubungan kasih sayang, dan kasih sayang akan menciptakan kenyamanan.

Proses pendidikan yang melibatkan pendidikan hati akan menciptakan kenyamanan antara guru dan siswa. Sehingga proses pendidikan akan berjalan dengan baik. Pendidikan akan berhasil ketika guru dan siswa nyaman di kelas, nyaman di sekolah dan nyaman ketika berinteraksi dimana pun mereka berada.

Jadi, mendidik itu bukan hanya tentang metode yang baik, tetapi juga tentang hati. Ingat kata Aristoteles, “Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali.”

Bagikan
Post a Comment