f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
semesta

Pentingnya Belajar Kelola Emosi di Usia Dini

Pagi yang cukup apes buatku, ketika aku ngantri di Mbak sayur dekat rumah. Sambil menuntun putranya yang berumur 4 tahun, Bu Y berjalan dan menggerutu bahwa sang anak menolak diajak mandi pagi.

“Kenapa tak mau mandi, anak nggantheng?” Kukatakan itu sembari mengelus pipinya pelan dan tak lupa aku tersenyum.

Apa yang terjadi saudara-saudara? Tiba-tiba, tanpa kuduga sama sekali, anak itu mengamuk tak terkendali langsung menjambak jilbabku dan menariknya berkali-kali dengan segenap tenaganya hingga ada sebagian jahitan kerudungku yang lepas.

Subhanallah, kenapa ini anak emosional banget ya? Ibu-ibu di sekitarku yang sedang memilih sayuran heran dan ada beberapa yang reflek memegang anak kecil tersebut agar jilbabku bisa dilepasnya. “Eh, jangan gitu sayang!” Si Mbak sayur berseru setengah menjerit.

Karakter Anak

Insiden kecil seperti ini sesungguhnya sering terjadi. Seorang anak kecil emosi dan mengamuk saat kita ajak bercanda. Mungkin situasi hatinya sedang tak menentu sehingga ketika ada sebuah perhatian mengenai dirinya, menjadi kurang berkenan walau bercanda sekalipun.

Peristiwa itu, entahlah, sulit aku lupakan. Bukan karena kerudung atau jilbabku yang sobek, bukan pula karena aku tersinggung diperlakukan anak kecil tersebut, tapi pertanyaan-pertanyaan besar yang memenuhi kepalaku belum terjawab.

Mengapa ketika anak itu beraksi dan marah kepadaku, ibunya diam saja, padahal ibu-ibu lain saat itu peduli; seolah menganggap tindakan anaknya perlu dimaklumi? Mengapa ibu-ibu di sekitarku yang rata-rata ibu rumah tangga biasa, justru melerai “pergulatan” antara aku dengan anak itu, sedang ibunya yang seorang sarjana pendidikan bahkan kini menjadi Kepala PAUD, hanya bergeming? Apakah ibu belum mempelajari ilmu tentang karakter seorang anak?

Meskipun aku bukan ahli parenting dan ilmu pengetahuanku hanyalah seujung kuku, namun tak kan diam melihat situasi atau kejadian seperti itu berlangsung di depan mataku. Pasti ada sesuatu yang kurang pas. Sekedar pemakluman hanya karena dia masih kecil, bolehlah untuk sementara.

Baca Juga  Kawruh Pamomong: Ilmu Parenting dari Ki Ageng Suryomentaram

Mungkin saja di sepanjang perjalanan sejak dari rumah, sang ibu sudah mengomel ke dia karena tidak mau mandi. Atau mungkin pula ibunya sedang ada masalah pribadi yang belum mampu menyelesaikannya sehingga tampak ekspresi wajahnya kurang menawan pagi itu. Ini hanya dugaanku.

Tumbuh kembang anak memiliki fase-fase tertentu yang sangat beragam. Ada fase di mana di usia tertentu yaitu umur 2-5 tahun, anak memiliki daya tangkap dan daya ingat yang sangat menakjubkan. Golden Age atau masa keemasan, kata para ahli.

Di masa itu, jika orang tua tidak menyadari potensi anak yang sangat istimewa ini dan kurang hati-hati dalam berbicara maupun berperilaku, akan berdampak buruk bagi perkembangan jiwa dan raganya. Di masa itu pula, anak sudah mampu merekam dan akan diingatnya hingga dewasa.

Anak Belajar dari Lingkungan Sekitarnya

Baik atau buruk perilaku orang tua kepada anak akan tersimpan dan suatu saat ketika ingatannya menghendaki, memori otaknya akan membuka dan akhirnya muncullah rentetan berbagai peristiwa yang pernah ia alami.

Di masa keemasan inilah saat yang paling tepat untuk menanamkan kepada anak hal-hal positif yang menyenangkan dan membuatnya bahagia agar berdampak baik pada tumbuh kembang pribadi seorang anak.

Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak. Anak yang terbiasa hidup di lingkungan orang yang kurang peduli pada sekitar, iapun akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang peduli. Hidup di keluarga yang orang tuanya suka membentak-bentak atau berintonasi tinggi saat berbicara, ia juga akan meniru seperti yang ia lihat sehari-hari.

Anak lahir bagaikan kertas putih. Untuk menjadi berwarna-warni indah, orang tualah yang menentukan. Karena itu sebagai orang tua, alangkah baiknya “mewarnai” yang indah-indah, yang bermanfaat dan bernilai agung sebagai bekal hidupnya kelak. Perilaku anak selama tumbuh kembangnya merupakan manifestasi pendidikan dari orang tua baik yang positip maupun negatif.

Baca Juga  Terlalu Sayang Anak

Merawat dan mendidik anak tak semudah yang dibayangkan. Untuk kebutuhan lahir dan batin, tidak semua anak memperoleh dengan sama rata dari orang tuanya masing-masing. Ini tentu tidak lepas dari keadaan ekonomi keluarga. Ada yang semua kebutuhan lahirnya tercukupi bahkan berlebih. Ada pula yang terpaksa sangat memprihatinkan.

Anak-Anak Butuh Dihargai

Untuk kebutuhan batin anak, hampir sama di semua lapisan, anak orang kaya ataupun miskin. Sama-sama butuh kasih sayang yang cukup, perlakuan yang ramah dan sesekali anak butuh disanjung atau dipuji. Bila hal ini tak pernah ia peroleh, sama saja hatinya terluka merasa kebutuhan batinnya ada yang kurang. Akhirnya akan membentuk pribadi anak yang bertentangan dengan harapan orang tuanya agar menjadi anak yang manis, penurut dan baik hati.

Anak nakal, suka mengamuk dan emosional bukanlah anak yang jahat. Kadang ia hanya butuh perhatian lebih dari orang-orang di sekitarnya. Ia butuh dihargai atas “prestasi” yang telah ia perjuangkan meski kecil sekalipun. Misalnya ia butuh pujian ketika bisa melepas pakaiannya sendiri atau bisa memakai sepatu sendiri. Pujian, bagi mereka penting dan sangat diharapkan, maka janganlah kita pelit untuk sekedar memujinya.

Anak butuh pendindikan jasmani dan rohani yang seimbang dari orang tua, guru dan lingkungan. Di samping kesehatan jasmani yang prima, kesehatan rohani tidak kalah penting. Dengan mengenal ilmu agama sejak dini diharapkan anak memiliki bekal keimanan yang jauh lebih tetarah. Sebab ilmu agama sangat menentukan karakter anak sebagai generasi penerus yang di kemudian hari terjun di masyarakat yang cukup beragam cara dan pandangan hidupnya.

Jaman sudah semakin maju. Anak yang tumbuh di zaman ini tidak sama dengan anak zaman dahulu. Perkembangan teknologi yang makin canggih membuat para orang tua dituntut lebih berhati-hati dalam menyikapi tanpa harus menghindari.

Baca Juga  Barang Titipan (Part 1)
***

Kemajuan teknologi yang ada telah mengedukasi manusia menuju peradaban yang lebih maju dan mengharuskan kita untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin. Dengan teknologi pula, metode-metode pendidikan untuk anak terbentang luas.

Meski demikian, orang tua harus sadar dan memahami bahwa tidak semua produk kecanggihan teknologi selalu bagus untuk anak. Kejelian dan kewaspadaan dalam memilih dan memilah yang sesuai kebutuhan sangat diutamakan.

Memanfaatkan kemajuan zaman demi pendidikan anak amat penting. Namun tak kalah penting adalah mendidik anak agar menjadi manusia yang berkualitas sebagai aset orang tua di masa depan dengan membekali sebanyak mungkin ilmu-ilmu tentang kehidupan.

Orang tua hendaknya memberi contoh nyata bagaimana hidup berdampingan dengan orang lain, menghadapi perbedaan, menghargai sesama, bertenggang rasa dsb. Semua ini akan lebih baik jika diajarkan sejak dini dengan harapan anak memiliki kemampuan untuk mengelola emosi, memiliki kepedulian yang tinggi serta punya akhlak yang terpuji.

Bagikan
Comments
  • Bu Guru Wiendy

    Pentingnya pendidikan akhlaqul karimah sedari dini…pendidikan in formal adalah pendidika yg mendasar dr keluarga

    Januari 28, 2021
Post a Comment