f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
nilai karakter

Penanaman Nilai Karakter Islami Melalui Budaya Literasi

Pendidikan karakter merupakan sebuah model penanaman nilai-nilai akhlak/karakter yang di dalamnya terdapat pengetahuan, kesadaran, tindakan serta adanya kemauan untuk melakukan penanaman nilai-nilai tersebut. Karakter suatu bangsa dapat kita lihat melalui perkembangan dalam diri seseorang.

Namun, karena kita mahkluk sosial dan hidup dalam lingkungan sosial serta adanya budaya masing-masing, maka perkembangan karakter individu seseorang salah satunya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang saling berkaitan.  Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Dengan makna ini berarti karakter identik dengan hubungannya dengan akhlak.

Dengan kata lain, karakter atau akhlak dapat kita artikan dengan suatu nilai-nilai perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya; yang dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, budaya, dan adat istiadat.

Sebuah niat merupakan awal terjadinya akhlak/karakter pada diri seseorang, jika kehendak itu ia wujudkan dalam bentuk pembiasaan sikap dan juga perilaku. Ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu juga disebut karakter.

Sepintas Tentang Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sejatinya menjadi tanggung jawab individu untuk memenuhi suatu kewajiban sebagai khalifah Allah di muka bumi. Ciri khas tersebut asli dan sudah mengakar pada kepribadian  individu tersebut; serta merupakan sebuah penggerak yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu dapat ia pahami bahwa karakter identik dengan akhlak.

Asal-usul kata akhlak berasal dari bahasa Arab akhlak (yang mengandung arti tabiat, perangai,dan kebiasaan) banyak ditemukan dalam hadis Nabi Saw. Dalam salah satu hadisnya Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Ahmad).  Karakter dapat kita ibaratkan sebagai sebuah proses mengukir batu permata atau permukaan besi yang keras. Kemudian dari pengertian tersebut berkembang, karakter juga berarti sebagai tanda khusus atau pola perilaku. Pengembangan karakter memiliki tujuan luar biasa dari suatu sistem pendidikan yang baik dan terencana.

Baca Juga  Pendidikan Karakter: Manifestasi Pendidikan Berkualitas

Karakter dapat terbentuk melalui beberapa kegiatan seperti, membaca dan menulis (Literasi).  Ada sekitar 18 karakter yang perlu siswa kembangkan, di antaranya : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Pendidikan Krakter bagi Siswa

Tidak dapat kita pungkiri, sekolah memiliki pengaruh dan dampak terhadap karakter siswa, baik disengaja maupun tidak. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan. Inti dari sebuah tindakan baik maupun Tindakan yang buruk yaitu karakter. Karakter dikatakan baik apabila dapat memberikan kemampuan untuk hidup bersama dalam keadaan damai dan dipenuhi dengan kebaikan.

Indonesia memiliki permasalahan yaitu terkait dengan minat baca dan tulis masyarakatnya yang rendah dalam hal ini pendidikan juga tidak luput dalam kategori ini, peserta didik di Indonesia masih memiliki minat baca yang rendah. Pengertian kata literasi terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mempunyai arti, yaitu kesanggupan atau kemampuan untuk membaca serta menulis. Sebuah literasi dapat kita artikan sebagai kegiatan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara bijak menggunakan berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis atau berbicara.

Budaya literasi yang sudah tertanam dalam masing-masing individu sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan baik di sekolah maupun di luar sekolah serta pada kehidupan bermasyarakat. Namun, yang jadi permasalahannya ialah budaya membaca, menulis (literasi) masyarakat indonesia masih tergolong rendah, bahkan tertinggal beberapa tahun dari negara-negara maju. Padahal keterampilan literasi seperti membaca dan menulis ini sangat penting seseorang kuasai untuk menunjang keberhasilan di masa yang akan datang. Ketika sudah menguasai keterampilan literasi yang baik akan membantu dalam memahami informasi baik secara lisan maupun secara tertulis.

Baca Juga  Konsekuensi Feminisme Muslim di Indonesia
Memaknai Kembali Spirit Literasi

Dalam kehidupan, penguasaan literasi sangat penting dalam mendukung kemampuan-kemampuan yang seseorang miliki.  Salah satu budaya sekolah yang perlu direformasi adalah budaya literasi. Karena inilah masalah krusial yang sampai hari ini belum mendapatkan perhatian serius dari semua elemen. Perintah membaca merupakan sesuatu yang paling berharga dan diberikan kepada umat manusia.

Membaca dalam aneka maknanya adalah syarat pertama dan utama mengembangkan ilmu dan teknologi, serta menjadi syarat utama membangun peradaban bangsa; sebab sejatinya semua peradaban yang berhasil bertahan lama justru dimulai dari suatu bacaan. Begitu pentingnya literasi ini sehingga harus menjadi bahan evalusi dan refleksi bagi diri sendiri. 

Di samping itu, pembentukan karakter juga sangat diperlukan dalam Islam. Bahkan sebagai misi utama Rasulululah Saw. untuk membentuk akhlakul karimah. Karakter Islami terbentuk melalui proses yaitu; pertama, adanya nilai yang diserap dari sumber ajaran agama Islam; kedua, nilai-nilai tersebut membentuk pola pikir sampai membentuk rumusan visinya; ketiga, visi tersebut turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas, mentalitas mengalir memasuki fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap.

Dalam pembentukan karakter, setidaknya ada tiga unsur yang membentuk karakter seseorang, pertama adalah moral knowing (kesadaran akan moral) moral feeling, dan moral action (tindakan).  Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga siswa didik menjadi faham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik.

Islam dan Pendidikan Karakter

Islam memiliki ciri khas tersendiri dalam pendidikan karakter. Pendidikan karakter islami tidak hanya berorientasi duniawi. Selain itu, pendidikan karakter islami tidak hanya mencakup hubungan sesama manusia, melainkan juga hubungan kepada Allah ta’ala dan hubungan kepada makhluk, tidak terbatas manusia saja. Hal ini disebabkan karena sumber pendidikan karakter Islami tidak hanya tentang akal, juga tidak hanya tentang panca indera. Keunikan Islam melibatkan wahyu dalam menentukan konsep pendidikan karakter. Sehingga konsep pendidikan karakter islami  lengkap dan sempurna, melewati batas masa, waktu dan tempat.

Baca Juga  Perempuan Di Tengah Prahara Ukraina Vs Rusia

Karakter yang baik adalah motivasi batin untuk melakukan apa yang benar, sesuai dengan standar perilaku tertinggi dalam setiap situasi. Dengan demikian, karakter mencakup nilai moral, sikap, dan tingkah laku. Seseorang dianggap memiliki karakter yang baik dari sikap dan tindakan yang dilakukan yang mencerminkan karakter tertentu. Maka, karakter terlihat atau tercermin dari kebiasaan sehari-hari manusia.

Oleh karena itu, konsep pendidikan karakter adalah: 1) Karakter tidak diajarkan tetapi dibentuk menjadi kebiasaan misalnya menginternalisasi nilai, memilih pilihan yang baik, melakukannya sebagai kebiasaan, dan memberi contoh; 2) Mendidik karakter untuk siswa harus melibatkan situasi dan kondisi siswa; 3) Pendidikan karakter prosesnya tidak pernah berakhir. 

Pembelajaran karakter islami berbasis budaya literasi akan menjadikan siswa yang literat . Peningkatan kemampuan literasi dalam belajar sejalan dengan tujuan pendidikan, yaitu berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Para siswa memiliki bekal literasi dalam dirinya sehingga mampu melengkapi diri dengan kemampuan yang diharapkan.  Dengan diawalinya literasi secara serius dan berkelanjutan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sejak dini, bukan hal yang mustahil kualitas sumber daya dan kualitas literasi di Indonesia mulai mempersiapkan kearah yang lebih baik.

Bagikan
Post a Comment