f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
dalang ki seno

Orbituari Dalang Ki Seno Nugroho

Saya baru mengenal dan mengikuti dunia pedalangan Ki Seno satu tahun terakhir. Tidak banyak referensi yang ada, namun itu menjadikan saya harus mengikuti tampilan demi tampilan, walau melalui Youtube. Dan Ki Seno ini, adalah satu-satunya dalang yang membuat saya tertarik pada dunia seni wayang kulit.

Bagi masyarakat jawa, tentunya sudah tidak asing dengan pentas wayang kulit yang masih diminati ini, dan sekaligus juga penanda suatu kegiatan desa, tasyakuran, hingga pernikahan.

Dahulu, dunia pewayangan juga pernah dilakukan oleh Sunan Kalijaga untuk berdakwah, menarik masyarakat jawa agar mengenal Islam; menyampaikan pesan-pesan kebaikan leluhur, hingga akhirnya ada yang masuk Islam.

Namun seiring perkembangan jaman, pewayangan sedikit demi sedikit ditinggalkan. Dan salah satu faktornya adalah tidak banyak Dalang yang siap mengikuti tuntutan jaman.

Ki Seno telah berpulang pada hari Selasa 3 November 2020 dan dinyatakan meninggal setelah dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Gamping. Seluruh Bolo Seno (sebutan untuk fans Ki Seno) pastinya kehilangan, tidak terlupakan juga keluarga besar Penggemar Wayang Ki Seno Nugroho (PWKS) yang tersebut di penjuru tanah air dan bahkan juga di luar negeri yang turut berduka.

Beberapa dari mereka masih tidak percaya, karena pada hari Senin 2 November 2020 masih sempat melakukan pentas wayang dengan streaming.

Dalang “Nyleneh”

Bagi dunia pedalangan yang “pakem” (masih tekstual tradisional), mungkin Ki Seno termasuk dalang yang sedikit keluar dari “pakem” tersebut. Hal ini pernah disampaikan oleh salah satu sindennya yang terkenal memiliki kekhasan logat Sulawesi namun justru ditenarkan oleh Ki Seno, yakni Elisa Oscaros Aloso.

Elisa pernah menjadi mahasiswa jurusan Pedalangan ISI Yogyakarta, yang skripsinya juga bertemakan dalang. Elisa tertarik untuk menulis tentang dalang Ki Seno, karena viral dan diminati oleh anak-anak muda. Tidak hanya orang tua saja. Namun oleh pembimbingnya diarahkan untuk tidak menulis tentang Ki Seno, dengan alasan beberapa hal tidak sesuai dengan “pakem” dalam dunia pedalangan.

Baca Juga  Tokoh Penting Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Namun akhirnya Elisa tetap menulis skripsi tersebut dan justru sering diajak “manggung” oleh Ki Seno, hingga akhirnya sampai saat ini Elisa masih menjadi salah satu sinden andalan setiap pementasan wayang Ki Seno.

Pada setiap tampilannya, Ki Seno sering mengambil konteks kekinian dan nada guyonan yang hangat dan segar. Maka tidak salah jika Bolo Seno ini terkadang sampai rela mengikuti jadwal pentas Ki Seno dari satu kota ke kota yang lain.

Jika pernah melihat tampilan di Youtube atau melihat secara langsung, para Bolo Seno ini rela membawa tikar hingga rental mobil, sampai membawa minuman dan makanan sendiri demi mengikuti wayang dari awal hingga akhir, dan jumlahnya bisa ribuan.

Salah satu catatan saya yang membuat Ki Seno ini agak “nyleneh” adalah hubungan kekeluargaan yang dibangun antara dalang – wiyogo (penabuh gamelan) – sinden – penonton.

Dalam setiap tampilan, Ki Seno selalu melontarkan candaan kepada mereka. Hingga akhirnya, banyak yang sukarela untuk membantu acara, bahkan fans yang memiliki kemampuan nyinden atau tampil pun diberikan kesempatan. Begitu juga dengan beberapa sinden tamu yang dari kaum difabel juga diberikan kesempatan.

Tampilannya yang sangat natural inilah justru menjadi kekhasan Ki Seno yang tidak dimiliki oleh dalang lain. Saya lebih suka menyebut bagian ini sebagai model kepemimpinan akomodatif yang ditunjukkan oleh Ki Seno.

Selain itu, Ki Seno juga melejitkan beberapa sinden yang dianggap masih tabu di kalangan umum. Yakni mereka adalah laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan dan memiliki kemampuan sinden yang bagus serta luwes.

Bagi penikmat wayang Ki Seno, pasti mengenal Mimin dan Apri yang memiliki nama asli Sukimin dan Panut. Saya sempat mengikuti beberapa kali tampilan Mimin dan Apri, walau tidak dengan dalang Ki Seno. Meskipun chemistrynya terlihat ketika mereka manggung bersama Ki Seno.

Baca Juga  Annemarie Schimmel, Nafas Feminin dalam Sufisme
Kecanggihan Teknologi dalam Pewayangan

Di atas sudah saya tuliskan bahwa, tidak banyak dalang yang siap mengikuti tuntutan perkembangan jaman di mana teknologi sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari. Dan hal ini yang hendak ditunjukkan oleh Ki Seno dalam setiap tampilannya.

Ki Seno tidak memiliki media sosial, namun penggemarnya yang membuat dan bahkan lengkap dibuatkan dalam berbagai aplikasi.

Melalui youtube, Ki Seno selalu tampil dengan melakukan live streaming. Mereka bukan dari tim Ki Seno, namun mereka adalah penggemarnya yang setia mengikuti dari kota ke kota. Dengan live streaming ini, maka setiap pentas wayang Ki Seno bisa dinikmati tidak hanya untuk mereka yang hadir di lokasi, tetapi juga sampai di berbagai kota dan negara.

Berawal dari Youtube inilah, tak jarang penggemar yang langsung menghubungi sang dalang untuk memesan lagu dan sekaligus mentrasfer uang kepada dalang yang akan diberikan terhadap sinden yang diminta. Dan hal ini hampir selalu ada di setiap tampilan Ki Seno di mana saja.

Para penggemarnya yang tergabung dalam PWKS atau Bolo Seno pun juga membuat dan memproduksi meme sang dalang hingga marchindise sebagai identitas dukungan untuk Ki Seno.

Ki Seno dan Nilai Humanitas

Nilai humanitas ditunjukkan Ki Seno tidak sebatas ceremony bantuan, tapi bagaimana sang dalang bisa memperlakukan berbagai pihak sesuai dengan hak yang didapatkan. Hingga akhirnya, orang-orang yang menggantungkan penghasilan dari Ki Seno ini sangat berkomitmen. Di antaranya adalah beberapa sinden dan wiyogo yang dipilih. Adalah teman semasa kecil, tetangga bahkan yang tidak bisa namun ingin belajar pun diberikan kesempatan juga.

Sisi kemanusiaan yang lain juga ditunjukkan dari bagaimana perlakuan sang dalang yang tidak membeda-bedakan setiap personil antar tim. Sehingga, kekompakan dan kekeluargaan pun terjalin. Dan seperti yang kita lihat bahwa setiap penampilannya selalu sukses karena kekompakannya.

Baca Juga  Tulisan Sebagai Instrumen Perubah Gerak Ummat

Selain itu, dalam setiap tampilan, Ki Seno juga mengajak yang hadir atau penggemarnya untuk menjalin solidaritas. Jika ada yang terkena musibah antar anggota PWKS atau Bolo Seno untuk saling membantu. Begitu juga dengan beberapa kejadian bencana yang ada di Indonesia juga demikian, PWKS ini yang bergerak saling membantu dengan kemampuan yang ada.

Yang menarik pula bahwa PWKS ini memiliki struktur yang rapi dan terorganisir dengan baik, salah satu Ketua PWKS DIY adalah Dr. Muchlas, MT yang merupakan Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Akhirnya, tidak ada yang abadi di dunia ini. Kematian adalah sebuah misteri yang kita harus mempersiapkan sejak dini. Sugeng tindak Ki Seno, lantunan pesan, kidung kebaikan akan selalu menghibur setiap penggemar wayang di mana saja berada.

Dalem Condrowangsan, 4 November 2020

Bagikan
Comments
  • Asih

    Sangat menginspirasi

    November 5, 2020
Post a Comment