Normalisasi Pria Feminim

Beberapa tahun belakangan, fenomena pria feminim tampak dinormalisasi oleh masyarakat. Pasalnya, baik di media sosial ataupun dunia nyata, alih-alih miris masyarakat justru menganggap mereka lucu dan menghibur. Hal ini sangat mengkhawatirkan. Karena pria feminim sering berkaitan dengan penyimpangan seksual yang mana hal itu tidak dapat dibenarkan dalam Islam. Oleh sebab itu, artikel ini akan membahas stigma pria feminim, penyebab, dan bagaimana pandangan Islam serta masyarakat terhadap hal tersebut.

Pengertian Pria Feminim

Pria feminim di Indonesia memiliki banyak istilah atau julukan. Ada yang menyebut boti, banci, bencong, kemayu dan ada yang menyebutnya melambai. Pengertian pria feminim sendiri adalah pria atau laki-laki yang memiliki atau mengekspresikan sifat, perilaku, dan gaya perempuan secara umum. Hal itu dapat berupa cara berpakaian, sikap, penampilan fisik, kegiatan, atau sifat yang sering kali melekat pada perempuan. Namun feminim sendiri merupakan hasil konstruksi sosial, maka konsep feminim sendiri berbeda-beda tergantung budaya setempat.

Stigma

Stigma pria feminim di Indonesia sendiri begitu beragam. Ada yang menganggap karakteristik tertentu berarti feminim untuk laki-laki yang berarti tidak normal namun ada yang menganggapnya normal. Pandangan ini berkaitan dengan pengetahuan masyarakat mengenai gender. Karakteristik yang mayoritas masyarakat sepakati adalah cara berbicara yang mendayu, bahasa tubuh yang terkesan gemulai, menggunakan makeup wanita dan lebih sering bergaul dengan wanita.

Namun juga ada beberapa stigma yang tidak semua masyarakat setuju seperti pria yang menggunakan skincare. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa laki-laki juga berhak merawat diri mereka dengan produk skincare, namun beberapa juga tidak beranggapan sama. Lalu perihal pria yang menggunakan makeup juga sering menimbulkan perdebatan. Laki-laki yang menggunakan makeup seringkali dianggap feminim. Beberapa masyarakat menganggap kebolehan pria menggunakan makeup selama tidak membuatnya seperti perempuan dan masih terlihat seperti pria. Karena beberapa pekerjaan menuntut pria untuk menggunakannya seperti industri hiburan misalnya.

Feminim Berarti Menyimpang?

Belum ada bukti kuat mengenai hubungan pria feminim dengan orientasi seksual. Namun di kehidupan sosial, laki-laki kemayu sering kali masyarakat anggap homoseksual. Stigma yang masyarakat timbulkan bukan tanpa alasan. Banyak pria feminim baik di kehidupan nyata ataupun media sosial yang menunjukkan penyimpangan orientasi seksualnya. Yang baru-baru ramai saat ini adalah kasus sodomi di yayasan panti asuhan yang pelakunya memang terkenal sebagai pria feminim. Selain itu, beberapa konten kreator dan selebriti laki-laki feminim juga banyak yang menunjukkan penyimpangan seksualnya.

Pria Feminim di Masyarakat

Secara umum, masyarakat beranggapan kebanyakan pria feminim memiliki image yang menyenangkan dan menghibur. Mereka memiliki kepribadian yang ramah dan mudah bergaul terutama dengan perempuan. Selain itu tingkah mereka juga lucu sehingga untuk beberapa hal mereka mudah masyarakat terima terutama saat mereka dewasa. Namun mereka kerap kali mendapatkan diskriminasi dari masyarakat dari kecil hingga dewasa. Hal ini menjadi sebuah dilema. Di satu sisi lelaki kemayu masyarakat anggap tidak sesuai dengan norma sosial yang ada, namun perlakuan masyarakat terhadap mereka juga sering kali tidak manusiawi.

’Bibit’ Pria Feminim

Belakangan banyak konten di media sosial yang menunjukkan anak-anak kecil laki-laki yang bertingkah seperti anak perempuan. Beberapa netizen menganggap hal itu lucu dan menggemaskan. Namun banyak juga netizen yang menyayangkan hal tersebut dan menyebut anak-anak tersebut sebagai ’bibit’ pria feminim. Banyak dari mereka yang menyalahkan pola asuh orang tuanya. Beberapa berkomentar seperti ”Duh, ayok dong ini masih bisa diselamatkan”.

Penyebab Pria Feminim

Seorang pria menjadi feminim bukan secara tiba-tiba. Namun ada beberapa hal yang menyebabkannya. Pola pengasuhan, pengaruh lingkungan, genetik, dan pilihan merupakan faktor penyebabnya. Feminimnya seorang pria bahkan bisa terbentuk dari kecil saat masih dalam pengasuhan orang tua. Tak jarang orang tua memperlakukan anak lelakinya seperti perempuan hingga hal itu berlanjut sampai dewasa dan menjadi sebuah identitas. Dan lingkungan sangatlah berpengaruh terutama di media sosial, di mana mereka lebih bebas mengekspresikan diri dan mendapatkan lebih banyak validasi.

Penyebab LGBT

Jika feminimnya seorang pria ini berpotensi homoseksual, maka kita perlu mengetahui penyebab terjadinya LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender). Menurut pernyataan Dr. Boyke dalam sebuah podcast, terdapat 3 faktor penyebab LGBT yaitu 70% faktor lingkungan, 3-5% faktor genetik, dan 25% faktor kandungan-pra pubertas (trauma masa kecil).

Pandangan Islam

Islam sendiri tidak dapat membenarkan feminimnya seorang pria. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bersabda: ”Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Al-Bukhari no 5885). Dalam Islam, perbuatan menyerupai lawan jenis adalah tasyabbuh. Tasyabbuh sendiri meliputi berpakaian, berhias, berbicara, gaya berjalan, serta merubah fisik.

Penutup

Demikian pembahasan mengenai pria feminim yang masih perlu pembahasan lebih mendalam lagi. Penulis berharap sebagai seorang muslim yang berada di negara dengan mayoritas beragama Islam, masyarakat kita dapat menjalani kehidupan berdasarkan apa yang Allah ridai termasuk dalam perihal jenis kelamin dan gender ini. Selain itu, berharap masyarakat tetap dapat memanusiakan manusia yang memiliki penyimpangan sosial. Serta melindungi anak dengan kasih sayang, cinta, doa, dan agama sebagai benteng untuk menjadi pribadi yang ’normal’ sebagai manusia.