f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
nomor tak dikenal

Nomor Tidak Dikenal

Nada dering handphone saya berbunyi menandakan SMS masuk. Saat saya membuka pesan singkat itu, ternyata dari seseorang yang tak dikenal. Sering kali kejadian ini terulang, isi pesannya menawarkan sejumlah uang pinjaman, pemberitahuan pemenang dari undian telepon, meminta pulsa ataupun meminta uang ditransfer untuk membayar kost dan sebagainya.

Suatu ketika, saya mendapatkan SMS dari orang yang tak dikenal. Isi pesannya dari nomor 0853215xxxxx. Saya membuka SMS tersebut dengan perasaan heran mengapa SMS seperti ini selalu ada.

“Maaf nomer whatsapp saya tidak aktif. Uangnya mau ditransfer pakai bank apa? Coba SMS kan nomor rekeningnya ditunggu, ya.” Katanya dalam pesan.

Bukan sekalin dua kali memang hal ini terjadi, ibu saya juga sering mendapatkan SMS dari nomor tidak dikenal. Saya heran sekaligus penasaran kenapa sering sekali terjadi seperti itu, rasa penasaran terus terngiang-ngiang setiap kali mendapatkan SMS tersebut. Dan akhirnya, tanpa berpikir panjang saya mencoba untuk menghubungi nomor tersebut melalui whatsapp.

“Assalamu’alaikum. Ini benar dengan Pak Riski? Saya mau bayar kontrakan, Pak.” Sebut saja namanya Pak Riski, saya mengetik pesan singkat dan dengan tegang menunggu jawaban.

Beberapa saat kemudian, chat whatsapp saya dibalas yang isinya memberikan nomor rekening untuk proses pembayaran uang kontrakan. Namun, saya meminta untuk metode pembayarannya tunai.

“Bukti pembayarannya tolong dikirimkan. Untuk dibuatkan kwitansi.” Ujar Pak Riski.

Eh, saya bayar cash saja agar tidak ada admin, Pak. Sebab bank yang saya gunakan berbeda dengan bapak.”. Berbagai alasan saya lontarkan agar metode pembayarannya tunai.

“Gini mba, saya kan masih di luar kota jadi untuk pembayarannya transfer aja. Bagaimana mba?” Seru Pak Riski.

Baca Juga  Pria Tua di Teras Rumah

Setelah bebincang dan berdebat saya mengaku kalah dan hasilnya nihil. Pak Riski tetap kekeuh ingin proses pembayarannya melalui metode transfer.

“Mungkin memang ini hanya penipuan dengan motif pembayaran uang kontrakan, sewa kost dan sebagainya. Jika tidak mencermati dan percaya begitu saja, kita akan tertipu dengan embel-embel pembayaran kontrakan.” Gumam saya dalam hati.

Karena geram dan berfikir orang tersebut adalah penipu, saya memberikan nomor teman saya, dia adalah seorang yang bergelut di dunia bisnis produk kecantikan.

“Barangkali butuh kerjaan Pak yang halal nggak nipu orang, keuntungannya juta-juta bikin hati tenang, bisa hubungi nomor ini.” Kata saya sembari mengirimkan nomor teman saya.

“Kerja apa?”

“Main handphone aja, Pak. Gajinya berjuta-juta, bias sambil rebahan juga.”

Loh, kok bisa dapat gaji dengan main handphone aja, caranya gimana?” Pak Riski keheran-heranan.

“KTP sama email aktif aja, Pak. Daftarnya gratis.”

Lalu saya menjelaskan apa yang saya ketahui tentang bisnis produk kesehatan, kecantikan dan perawatan tersebut. Pelaku bisnis ini seringkali disebut dengan reseller, reseller di sini yaitu menjual barang-barang yang didistribusikan oleh seller pusat. Istilahnya reseller ini berperan sebagai pihak kedua.

Mungkin saja Pak Riski heran setelah apa yang saya ceritakan padanya, mana ada bisnis yang bisa menggaji nya berjuta-juta hanya dengan modal hanphone saja. Sebelum saya mengetahui bisnis tersebut dari teman saya, saya juga heran kok bisa hanya modal hanphone saja bisa mendapatkan uang. Setelah saya tahu, saya yakin bahwa ketika seseorang berusaha tak ada hal yang mustahil baginya.

Hingga pada akhirnya, Pak Riski bercerita kepada saya bahwa penghasilannya bisa mencapai 10-50 juta/bulan bahkan hampir 100 juta/bulan dari hasil penipuan. Mendengar pernyataan tersebut saya merasa sedih. Biasa kita bayangkan bagaimana perasaan orang yang menjadi korban penipuan, kehilangan uang berjuta-juta. Bagaimana jika korban tidak mempunyai uang, mencari uang tak semudah yang dikira lalu dengan mudah seenaknya diambil begitu saja. 

Baca Juga  Pulanglah, Nak

“Kalau saya jadi kuli, gaji hanya dapat 50 ribu” ujar Pak Riski.

Lalu saya bertanya “Ketenangan hati, bapak punya?”

“Untuk hal itu nggak punya, tapi untuk bahagiakan orang yan membutuhkan ada. Untuk keluarga, masjid dan pesantren.” Katanya.

Sontak melihat chat tersebut tak sadar saya meneteskan air mata. Saya tak pernah berpikir ada penipu yang sampai memikirkan hal tersebut, memberikan uangnya untuk pembangunan masjid ataupun pembangunan pesantren. Ia rela melakukan apa saja untuk kebahagian orang yang ia sayangi, yaitu keluarga.

“Kan ini hasil nipu jadi harus ada timbal baliknya.”

“Jujur, Pak. Saya lulusan pesantren mendengar pengakuan dari bapak saya sedih. Uang yang bapak berikan untuk pesantren adalah hasil dari penipuan, bapak memperoleh uang tersebut dengan cara yang salah.  Materi yang bapak cari sekarang nggak akan dibawa ke akhirat kan pak?”

“Iya mba. Saya mau berhenti menipu, kalau saya sudah punya usaha sendiri, Saya lakukan ini karena keterbatasan dan keterpaksaan.”

“Saya yakin bapak orang baik. Bapak nggak coba bisnis?” Ujar saya.

Setelah saya menanyakan dan mencoba mengajak Pak Riski untuk berbisnis namun tak ada jawaban dari Pak Riski. Sebenarnya masih ada jalan untuk mendapatkan uang selain dengan cara menipu. Himpitan ekonomi dan keterbatasan membuat Pak Riski terpaksa memilih pekerjaan dengan cara instan. Lingkungan sekitar bahkan kalangan keluarganya sendiri tak ada yang mau membantu hingga seringkali dipandang sebelah mata. Akhirnya, Pak Riski berasumsi bahwa kehidupan tidak memandang kamu baik tapi memandang seberapa banyak kamu punya uang.

“Maaf, sekali lagi saya minta maaf. Saya blokir ya mba. Mudah-mudahan mba sukses kelak.” Kata pak Riski.

Baca Juga  Mengenal Masyarakat Jahulu (Part 1)

Sebelum akhirnya pak Riski memblokir nomor whatsapp saya, Pak Riski berpesan jika ada SMS yang menawarkan pinjaman, investasi dan apapun bentuknya, jangan pernah diladeni karena itu semua modus. Dan Pak Riski meminta tolong untuk menyampaikan juga kepada keluarga dan orang-orang sekitar.

Bagikan
Comments
  • Novia

    Keren🌻

    Mei 12, 2022
  • Novia

    Keren

    Mei 12, 2022
Post a Comment