f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
keabadian

Meraih Keabadian dalam Kehidupan yang Fana, Mungkinkah?

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengunjungi kota Solo. Saat sedang berkendara di daerah Singosaren, di salah satu jalannya terdapat lukisan mural yang menghiasi sisi tembok pertokoan. Di sana terpampang wajah-wajah yang sudah tidak asing bagi para penikmat seni dan aktivis perjuangan. Saya melihat ada Wiji Thukul, W.S Rendra dan Didi Kempot. Ada beberapa wajah lain yang tidak terlihat jelas karena tertutup kendaraan.

Lamat-lamat saya mengamati wajah di mural tersebut sambil menunggu lampu merah. Tiba-tiba terbesit pertanyaan di pikiran saya. Kelak kalau saya meninggal lalu keturunan saya iseng memajang wajah saya di jalanan, apakah ada orang yang mengenali saya? Atau kalaupun ada, individu seperti apa saya akan dikenal?

Saya kemudian berfikir, mengapa ada sebagian orang, yang walaupun jasadnya telah tiada, namun namanya tetap abadi. Sementara sebagian yang lain bisa begitu saja menghilang dalam sejarah. Dari situ saya merenungi kembali makna kehidupan ini. Kehidupan kita sebagai manusia.

Allah berfirman dalam Al-Quran bahwa tujuan ia turunkan manusia ke bumi adalah untuk menjadi khalifah, menjadi pemimpin, sebagai wakil Tuhan. Dari sini bisa kita pahami bahwa habitat manusia itu memang di bumi, bukan di surga. Jadi jangan pernah menyalahkan Nabi Adam karena memakan buah kuldi. Yang membuatnya terusir dari surga lalu berdampak ke kita-kita ini.

Memahami tujuan eksistensi manusia ini setidaknya membuat kita sedikit lebih mawas diri dalam menjalani kehidupan. Perlu ada kesadaran akan posisi manusia di tengah-tengah kosmos semesta. Sebagai khalifah yang memiliki tanggung jawab atas kemakmuran bumi, hidup seorang manusia agaknya tidak bisa mengikuti pakem siklus makhluk hidup pada umumnya. Seperti lahir, masa kanak-kanak, tumbuh, menjadi dewasa, mencari makan, kawin, melahirkan keturunan, tua lalu mati. Manusia perlu memiliki kehidupan yang bernilai, kehidupan yang mewarisi. Seperti sabda Rasulullah SAW, “sebaik-baiknya manusia, adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lain.”

Baca Juga  Esensial Korespondensi dalam Komunikasi
***

Karena keabadian membutuhkan jejak, manusia-manusia yang namanya masih melekat dalam ingatan sejarah memiliki warisan (legacy) yang ia tinggalkan. Mereka memiliki jejak yang bisa diikuti dan diteladani. Jejak itu berupa karya, buah pikir, gagasan, nilai, prinsip. Karena yang seperti itu sifatnya tidak akan lekang oleh waktu, namun fisik akan semakin memudar ditelan zaman.

Lalu apakah harus menjadi penyanyi supaya orang mendengar karya kita? Atau perlu menjadi penyair untuk membuat karya puisi yang menggetarkan jiwa?

Saya rasa jawabannya tergantung pada apa peran sosial kita saat ini. Tiap manusia memiliki perannya sendiri-sendiri. Ada yang kebagian peran menjadi penulis, ada yang jadi sutradara film, jadi Pak RT atau menjadi seorang ayah. Dan tiap peran bisa melakukan sesuatu yang juga dihitung sebagai sebuah karya. Menanamkan nilai-nilai budi yang baik pada anak, supaya mereka bisa tumbuh dan bermanfaat bagi lingkungan merupakan suatu karya. Menciptakan program di lingkungan RT untuk membantu perekonomian warga juga merupakan karya bagi seorang ketua RT.

Karya tidak selalu berupa lagu, puisi atau coretan-coretan cat di kanvas. Tiap kebijakan yang seorang pemimpin lahirkan, tiap hasil kerjaan yang seorang karyawan buat, atau sebuah ide yang terlontar dalam rapat kampung juga merupakan karya. Yang menjadi pembeda adalah untuk siapa karya itu. Apakah membawa dampak baik pada lingkungan sekitar, atau hanya untuk sekedar menunjukkan eksistensi diri? Kita yang memilih.

***

Sebuah karya yang mengabadi datang dari dalam jiwa. Anda tentu akrab dengan kata passion. Dalam artian luas passion merupakan panggilan jiwa anda, gairah anda. Dalam pengertian ini, passion bisa kita artikan di mana fitrah Anda berada. Dan fitrah manusia adalah untuk memberi, untuk berperan dalam kehidupan ini.

Baca Juga  Peran Perempuan dalam Ekofeminisme dan Pengelolaan Sampah: Studi Kasus TPA Desa Sukosari

Tiap manusia itu unik. Sama seperti sidik jari. Tidak akan bisa kita temui manusia yang sama di dunia ini. Keunikan itu yang harus digali untuk dikenali potensi apa yang bisa dimaksimalkan dari sana. Potensi ini akan menggiring pada ke mana arah tujuan hidup kita. Apa yang sebetulnya kita cari sebagai individu, serta di bidang apa passion atau gairah kita berada.

Dengan mengenali keunikan itu dan mengembangkannya, kita akan memiliki ciri khas yang mudah dikenali dan menjadi pembeda dibanding yang lain. Dengan menemukan passion kita pada suatu bidang, energi berkarya kita akan semakin melimpah. Kita akan dengan ikhlas dan penuh dedikasi mengabdikan jiwa raga untuk menjalani bidang tersebut.

Di samping itu, mau seperti apa nama kita diingat juga perlu mendapat perhatian. Anda tentu tidak ingin menjadi seperti Pablo Escobar bukan? keabadiaanya diingat sebagai kartel narkoba, atau malah Firaun yang menjadi contoh buruk sebuah kesombongan. Medan perjuangan di mana karya akan ditempatkan akan berdampak pada bagaimana sejarah akan menulis nama pelakunya. Akan lebih mulia saat hadits nabi menjadi pegangan, berkarya untuk memberi manfaat kepada sebesar-besarnya umat manusia.

***

Bila kita bukan seorang ulama yang memiliki banyak jamaah. Atau tokoh masyarakat yang banyak orang ikuti. Lingkaran terkecil dalam lingkungan bisa dipilih sebagai medan perjuangan untuk berkarya. Apa itu? Ya, keluarga. Akhirnya menjadi manusia tidak hanya sekedar menjalani hidup lalu meninggal. Ungkapan yang menyatakan bahwa hidup hanya sekali lalu mati sepertinya memerlukan koreksi. Kita tidak hidup hanya sekali, kita hidup setiap hari lalu mati sekali.

Bagikan
Comments
  • Rizka Ayu Fitrianingsih

    Sumpah. Esai yang ditulis, asli keren banget. Dan membuat pembaca langsung ke-Notice dan sadar bahwa, berkarya itu penting, bukan hanya soal mencari eksistensi semata. Dan ikhlas dalam berkarya itu WAJIB. Keren banget penulisnya. Terimakasih udah membuat hati semakin bergejolak perihal memaknai sebuah karya.

    Maret 17, 2023
  • Hudi

    Sebuah Esai yg menyadarkan kita bhw hidup harus berkarya
    Tidak perduli karya itu sebesar atau sekecil apa, yg penting IKHLAS dan bermanfaat unt kehidupan ,skala kecil atau besar.
    Penulis berusaha menyitir beberapa hadist dan firman Allah, membuat tulisan ini lebih memotivasi pembacanya unt berkarya dalam kebaikan tentunya.
    Bagus….., saya tunggu tulisan2 yg lain dari sdr Andhika.

    Maret 18, 2023
Post a Comment