f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
pendidikan seksual

Menutup Stigma Tabu Masyarakat terhadap Pendidikan Seksual

Belum lama Indonesia dikejutkan dengan kabar tentang sebanyak 50 ribu anak telah menikah di usia dini. BKKNB mengungkap mayoritas pernikahan dini disebabkan kehamilan di luar nikah. Di sisi lain menurut cacatan Komnas Perempuan, sejak tahun 2016 pengajuan dispensasi pernikahan anak mengalami peningkatan hingga tujuh kali lipat. Sebagian besar anak perempuan yang mengajukan dispensasi tersebut sudah dalam kondisi hamil. Hal inilah yang membawa pengaruh sehingga pengadilan sulit menolak adanya permohonan dispensasi pernikahan anak. Dikabulkannya permohonan tersebut guna mendapat hak untuk dapat melangsungkan pernikahan dan pengakuan hukum atas anak yang nantinya akan dilahirkan.

Pendidikan Seksual Dianggap Tabu

Menurut BKKBN, rendahnya tingkat pendidikan seks di kalangan remaja merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya angka kehamilan di luar nikah di Indonesia. Maraknya kasus seksualitas di kalangan masyarakat seharusnya dapat membangun kesadaran para orang tua untuk mulai menanamkan pendidikan seksual sejak dini.

Namun saat ini faktanya masih banyak orang tua yang enggan untuk mengajarkan pendidikan seksualitas dini pada anaknya. Faktor utama dari kendala tersebut ialah, karena adanya perasaan risih tidak nyaman atau ketika membicarakan informasi seputar seksualitas semacam sedang membahas hal porno kepada anak (Zakiyah dkk, 2016).

Topik pendidikan seks juga masih sering tidak cukup diberikan perhatian di lembaga pendidikan maupun lingkungan masyarakat. Kurangnya sumber daya, baik dalam hal dana, materi, atau pelatihan, juga dapat menjadi hambatan dalam implementasi pendidikan seksual yang efektif.

Di era kemajuan teknologi saat ini, tak menutup kemungkinan bahwa anak akan mudah terpapar oleh banyaknya informasi yang salah atau bahkan menjurus ke arah pornografi. ketidakpahaman anak terhadap seksualitas tentunya akan memberikan efek negatif hingga ia dewasa nanti. Tanpa pendidikan seksual yang memadai banyak anak yang mungkin tidak mengetahui bagaimana mencegah penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan yang tidak diinginkan.

Baca Juga  Kesalehan Virtual Para Netizen
 Bukan Sebatas Anatomi Organ Reproduksi

Memasuki masa remaja biasanya lembaga pendidikan mulai membekali pengetahuan dasar tentang perbedaan organ reproduksi antara perempuan dan laki-laki dan ditambah dengan pemahaman bahaya seks pranikah. Namun perlu diketahui bahwa pendidikan seksual tidak hanya membahas perihal tersebut. Pemberian pemahaman edukasi seks tersebut rupanya belum begitu berpengaruh karena pada nyatanya tingkat kehamilan diluar nikah dan indeks penularan penyakit menular seksual masih terus meningkat. Dengan kata lain, mereka biasanya masih tetap merasa penasaran yang pada akhirnya menyebabkan mereka cenderung terlibat dalam hubungan seksual yang tidak aman.

Salah satu bentuk penyampaian lain edukasi seksual di sekolah adalah dengan mengundang lembaga lain yang fokus dalam isu kesehatan reproduksi untuk memberikan materi terkait. Namun, sering kali ini hanya dilakukan pada momen-momen tertentu seperti masa orientasi bagi siswa baru. Akibatnya, materi yang disampaikan cenderung tidak berkelanjutan atau terus-menerus.

Meski pengajaran seksualitas sudah dijalankan namun tampaknya belum begitu komprehensif mengenai pendalaman materinya. Pendidikan seksual yang komprehensif sebenarnya dapat diajarkan sesuai dengan usia anak/remaja sehingga nantinya kesiapan dan nalar mereka berjalan dalam menerima informasi tersebut. Penyampaian edukasi seks seharusnya mencakup informasi yang lebih akurat mengenai bagaimana cara memilih untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, ketersediaan kontrasepsi, pencegahan penularan infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak direncanakan. Selain itu, juga harus melibatkan pengembangan keterampilan komunikasi, penolakan, dan negosiasi seksual. Pendidikan seksual yang komprehensif sepatutnya dapat mengajarkan hak untuk menolak, menunda, atau berpartisipasi dalam hubungan seksual (IMTK FTUI, 2022).

Upaya Pengembangan Edukasi Seks di Indonesia

Dari banyaknya penelitian, sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa pendidikan seksual merupakan hal yang bersifat negatif sehingga tidak patut untuk dibicarakan, terlebih terhadap anak-anak. Pandangan negatif masyarakat terhadap pendidikan seksual tentunya akan berisiko pada tingginya pergaulan bebas, pernikahan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan.

Baca Juga  Arti Sebuah Kesuksesan

Maka dari itu, peran orang tua dalam penyampaian edukasi seks sangat dibutuhkan sebagai fasilitator anak sejak dini. Sejatinya, pendidikan seksualitas dari orang tua kepada anaknya dapat dilakukan sesuai dengan batas usia dan tahap perkembangan anak. Hal tersebut dapat dimulai dari penyampaian tata cara berpakaian sopan, adab bergaul dengan lawan jenis, ataupun dengan melakukan pemisahan tempat tidur antara anak laki-laki dan perempuan.

Oleh karenanya, Tenaga promosi kesehatan sebaiknya memanfaatkan kesempatan alam forum-forum yang melibatkan orang tua, seperti pertemuan komite sekolah, posyandu, dan dasa wisma, untuk menyampaikan informasi tentang pendidikan seksualitas yang sesuai untuk anak-anak.

Kesadaran para orang tua diharapkan dapat menutup persepsi tabu masyarakat kepada pendidikan seksual. Menurut dr. Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), materi pendidikan seks dan reproduksi perlu disajikan dengan cara yang menarik agar dapat diterima oleh masyarakat. Maka, tidak hanya peran orang tua, lembaga pendidikan dan pemerintah juga sepatutnya turut andil dalam memajukan edukasi seks kepada seluruh anak. Dengan ini diharapkan pendidikan seksualitas dapat terus berjalan secara berkelanjutan dan para anak dapat terhindar dari berbagai penyimpangan seksual.

Sumber Referensi

Zakiyah dkk. (2016). Tabu, hambatan budaya pendidikan seksualitas dini pada anak di Kota Dumai. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol 32 (9), 323–330.

Mulyana. R & Fatimah. S. (2022). Peran Orangtua Terhadap Pendidikan Seksualitas Anak Usia Dini. Journal Equalita. Vol. 4 (1), 29–39

Maryam (2023). 50 Ribu Anak Indonesia Hamil di Luar Nikah, BKKBN Nilai Rendahnya Pendidikan Seksual. Radar Jabar. Diakses Selasa 18 Juli 2023. https://radarjabar.disway.id/read/653718/50-ribu-anak-indonesia-hamil-di-luar-nikah-bkkbn-nilai-rendahnya-pendidikan-seksual

IMTK FTUI. (2022). Sensor dan Tabu S*x Education. Fakultas Teknik Universitas Indonesia. https://imtk.ui.ac.id/beberkan-special-edition-2-2/.

Baca Juga  Seberapa Penting Pendidikan Seks bagi Remaja?

Fakhira (2023). Pendidikan Seksual Bukan Hanya tentang Anatomi Organ Reproduksi. Rahma.id. Diakses 4 Mei 2023. https://rahma.id/pendidikan-seksual-bukan-hanya-tentang-anatomi-organ-reproduksi/

Bagikan
Post a Comment