f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
kehidupan dewasa

Menjadi Dewasa, dan Ketakutan-Ketakutan yang Tak Pernah Masuk Akal

Sakjane yo kesel, tapi tak gawe biasa wae”.
Saya suka kalimat tersebut. kenapa? Tentu karena sangat mencerminkan kehidupan yang penuh kefanaan ini. Setidaknya bagi saya.

Ketika mulai dewasa, satu hal yang menyebalkan adalah rutinitas. Iya, kita harus bekerja. Menjalani aktivitas yang sama. Kebosanan yang sama. Setiap harinya.

Rutinintas kadang memang menyiksa, tapi kalau dihikmati, mungkin aka nada maknanya. Mungkin lho. Yang jelas, kita tetap harus menjalani rutinitas tersebut sekuat-kuatnya.

Tapi, saya selalu percaya selalu ada hadiah yang indah bagi tiap-tiap orang yang mampu melanjutkan perjalanan sampai garis akhir. Yah, kalimat tersebut memang cukup mewakili apa yang saya rasakan.

Fyi, kalimat tersebut saya kutip dari akun NKSTHI (Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini).

Selain itu, menjadi dewasa juga lekat sekali dengan sambat. Mengeluh. Menggerutu. Dan tentu saja, merenung.

Iya, sebagai manusia yang menginjak usia dewasa pada umumnya, tiap malam, saya sering merenungkan tentang apa-apa yang ada pada hidup ini. Mulai dari pencapaian, pekerjaan, kondisi keuangan, dan segala ambisi dalam hidup ini.

Entahlah, ada banyak hal yang tiba-tiba saja mulai dipikirkan. Padahal, saya paham kalau aktivitas tersebut tidaklah sehat.

Ya, gimana, temen seumuran sudah pada bisa beli motor, mobil, bahkan nyicil rumah. Sedangkan saya cuma mampu beli tahu bulat lima ribuan saja. Haisssh.

Merenung menjadi aktivitas harian yang sering saya lakukan. Semalam pun demikian. Saya merenung agak lama. Entah kenapa, tapi saya mulai merasa ada yang berbeda dari laku hidup saya. Misalnya, ketika menulis, saya mulai takut menyinggung orang lain dengan agak berlebihan. Padahal, dulu saya jarang peduli akan hal ini.

Baca Juga  Bagaimana Membangun Empati di Tempat Kerja?

Di instagram, saya mulai agak ragu untuk posting dan bercerita. Padahal dulu kalau mau cerita, ya cerita aja. Posting sesuatu pun tidak banyak pertimbangan. Tapi sekarang berbeda. Pertanyaan seperti, “Bagaimana jika begini? Bagaimana jika begitu?” Lebih sering muncul ketika ingin posting sesuatu di media sosial.

Tentu masih ada beberapa laku hidup lain yang mulai berubah. Saya tidak tahu apakah ini efek dari menjadi dewasa atau tidak, tapi sekarang saya merasa ada beragam ketakutan-ketakutan yang menjalar dalam pikiran saya. Ketakutan tersebut sebenarnya kurang masuk akal. Namun, susah sekali untuk diabaikan.

Saya paham kalau hidup ini dinamis. Kita akan sering mengalami perubahan. Pikiran kita juga pasti bertumbuh. Tapi, sepertinya baru kali ini saya merasa ada begitu banyak perubahan yang terjadi dalam waktu yang singkat. Entah baik atau buruk, tapi menuju 26 tahun ini saya merasa menjadi orang yang berbeda.

Selain ada banyak laku hidup yang berubah, ketika dewasa, saya merasa ketakutan terbesar saya adalah menjadi tidak berguna. Cukup lama saya memikirkan hal ini. “Bagaimana jika saya gagal”, “Bagaimana jika saya tidak menjadi apa-apa”, “Bagaimana jika saya hanya hidup dan tidak berguna?”

Namun, semesta selalu punya cara yang unik untuk memberi pemahaman. Ketika saya merasa takut dengan masa depan, ada momen di mana teman saya mengalami sesuatu yang cukup “ajaib”.

Sebagai gambaran, teman saya ini sering dipandang tidak memiliki masa depan. Ia gagal dalam kuliahnya (tidak lulus kuliah). Gagal juga dalam percintaan (hampir selalu ditinggal nikah). Pekerjaannya pun serabutan, itu juga dilakukan kadang-kadang. Dalam keseharian, ia terlihat lebih sering tidur dari pada beraktivitas.

Baca Juga  Musik dan Kehidupan Manusia

Sebagai seorang teman, saya pun awalnya agak khawatir. Namun, kita memang tidak pernah tahu masa depan. Secara tiba-tiba, teman saya ini mulai terlihat mendapatkan segalanya. Dimulai dengan punya pacar secara tiba-tiba. Iya, saya juga kaget karena PDKT yang ia lakukan cukup singkat, efektif, dan efisien.

Setelah dari sana, ia kembali mengalami momen “ajaib”. Ia mendapat sebuah pekerjaan. Bahkan ia hanya menunggu tak sampai satu minggu setelah menaruh berkas lamaran.

Secara tiba-tiba pula, pandangannya tentang kehidupan juga terlihat matang. Mulai dari caranya mempersiapkan pernikahan, mengelola pengeluaran bulanan, serta caranya menyikapi persoalan. Sungguh dahsyat.

Bagi seseorang yang agak lama mengenalnya, saya merasa ia sudah menjadi orang yang berbeda. Tentu saja saya bangga dan bersyukur. Meski tetap saja saya kaget karena ia tumbuh dan berkembang sejauh itu secara tiba-tiba. 

Dari sana, saya mulai percaya kalau masa depan adalah hal yang abstrak. Kita tak pernah tahu bagaimana skenario ini akan berjalan. Karena itu agaknya lebih baik jika kita tak perlu mengkhawatirkan masa depan secara berlebihan.

Saya juga percaya kalau tiap orang itu sedang berproses. Jadi, ketika ia salah, gagal, atau terlihat tidak melakukan apa-apa, jangan langsung mengklaim kalau ia tidak punya masa depan. Proses itu memang sesuatu yang tidak terlihat. Nanti kalau sudah ada hasilnya, baru deh kelihatan.

Yah, menjadi dewasa memang tak mudah. Tapi sebagaimana lirik lagu Kunto Aji, “yang kau takutkan tak kan terjadi”. Iya, tenang saja. Kita hanya perlu berjalan secara perlahan.

Bagikan
Post tags:
Post a Comment