f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
spiritual

Menguatkan Pondasi Spiritual Keluarga di Masa Pandemi

Pandemi memberikan hantaman serius pada kehidupan keluarga. Beratnya persoalan yang menimpa keluarga di masa pandemi dibuktikan dengan naiknya angka perceraian. Menurut catatan, sampai bulan Agustus 2020, angka perceraian mencapai 306.688 kasus.

Tingginya angka perceraian ini terjadi karena hampir semua sektor yang terdampak pandemi seperti ekonomi, pendidikan, dan kesehatan dirasakan langsung oleh setiap keluarga. Pemutusan hubungan kerja di sebuah perusahaan berakibat pada hilangnya penghasilan kepala keluarga. Pembelajaran jarak jauh menambah beban dan tugas ibu-ibu rumah tangga di rumah. Selain itu rasa takut, cemas, dan bahka stress karena takut terinveksi virus juga menghantui setiap keluarga.

Jika kita melihat pemberitaan di media, kita akan menemukan dua faktor paling dominan yang menyebabkan tingginya angka perceraian di masa pandemi. Dua faktor itu adalah faktor pertengkaran terus menerus, serta faktor ekonomi. Tetapi, menurut saya, ada faktor yang selama ini luput dari perhatian banyak pihak, yaitu faktor rapuhnya pondasi spiritual dalam keluarga.

Dalam membangun keluarga, banyak masyarakat kita yang cenderung memperhatikan faktor materil semata, sedangkan pondasi spiritual sering kali diabaikan. Sehingga, banyak keluarga tidak mampu menghadapi berbagai masalah yang ada. Pondasi spiritual yang saya maksud di sini adalah pondasi agama, yaitu pemahaman substansi dan ajaran agama.  

Oleh karena itu, sebaiknya kita perlu kembali memperkokoh pemahaman agama khususnya yang berkaitan dengan pernikahan, agar kita memiliki modal spiritual yang cukup untuk mengarungi kehidupan rumah tangga.

Pernikahan adalah Perjanjian yang Kokoh (Mistaqon Ghalidha)

Salah satu pondasi dasar membangun keluarga adalah bahwa pernikahan itu merupakan mitsaqan ghalidha/ikatan yang kokoh. Seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an surah al-Nisa (4: 21)

وَكَيْفَ تَأْخُذُونَهُۥ وَقَدْ أَفْضَىٰ بَعْضُكُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ وَأَخَذْنَ مِنكُم مِّيثَٰقًا غَلِيظًا

Baca Juga  Kreativitas Tanpa Batas Menembus Tembok yang Kokoh

“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul dengan yang lain sebagai suami istri; dan mereka telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.”

Penggunaan kata “ “ميثاقdi dalam al-qur’an hanya digunakan untuk perkara yang agung, yang memiliki arti akad yang mengikat kedua pihak dengan kesepakatan. Sedangkan kata “غليظ” memiliki arti yang sangat kuat.

Pernikahan juga merupakan perjanjian yang suci karena  diucapkan atas nama Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

وقال عكرمة : هو قوله صلى الله عليه وسلم “ :فاتقوا الله فى النساء فانكم أخذتموهن بأمانة الله واستحللتم فروجهن بكلمة الله”

Ikrimah berkata: Rasulullah Saw bersabda: takutlah kepada Allah Swt dalam urusan perempuan, sesungguhnya kalian telah mengambil mereka dengan amanah dari Allah, dan kalian menghalalkan mereka dengan kalimat Allah Swt.”

Dari ayat dan hadis di atas, kita harus yakin bahwa pernikahan itu adalah amanah dari Allah Swt. Oleh sebab itu, kita sebaiknya menjaga amanah itu sekuat tenaga; tidak mudah menyerah dengan berbagai masalah yang menghampiri rumah tangga kita.

Pernikahan adalah Ibadah

Untuk menguatkan pondasi spiritual keluarga, kita juga seyogianya selalu meyakini bahwa pernikahan adalah ibadah. Artinya, segala hal yang terjadi dalam pernikahan berupa ujian, dan berbagai masalah yang dihadapi adalah bentuk ibadah dan akan mendapatkan pahala. Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab ihya ulumuddin menjelaskan bahwa:

ان فى كسب الحلال والقيام بالأهل والسعي فى تحصيل الولد والصبر عن أخلاق النساء أنواعا من العبادات لا يقصرها فضلها عن نوافل العبادات

Sesungguhnya dalam pekerjaan yang halal, merawat keluarga, usaha untuk memiliki keturunan, sabar atas perilaku istri adalah salah satu bentuk dari ibadah, yang fadhilahnya mengalir tidak seperti ibadah sunah yang lain.”

Dari penjelasan tersebut ,sangat jelas bahwa apapun yang kita hadapi dalam kehidupan pernikahan seperti kesulitan ekonomi, konflik dengan istri, beratnya mendidik dan mengurus anak adalah ibadah. Jika kita menjalani semua itu dengan sabar kita akan mendapatkan pahala.

Baca Juga  Keluarga Sakinah: Satu Keluarga, Satu Bahtera Menuju Surga
Yakin Selalu Ada Jalan Keluar dari Setiap Masalah

Walaupun ketika pandemi banyak masalah yang datang menghampiri, kita sebaiknya tetap berprasangka baik kepada Allah Swt. Kita selalu berusaha menanamkan keyakinan bahwa Allah akan memberi jalan keluar setiap masalah yang kita hadapi.

Misalnya  kesulitan ekonomi di masa pandemi seperti sekrang ini seharusnya tidak membuat kita patah arang. Kita harus tetap melakukan ikhtiar agar dibukakan pintu rezeki oleh Allah. Kita juga harus yakin terhadap janji Allah dalam surah  An-Nur (24:32):

وأنكحوا الأيام منكم والصالحين من عبادكم وامائكم ان يكونوا فقراء يغنهم الله من فضله والله واسع عليم

“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karuniaNya..”

Ayat di atas menegaskan bahwa jika seseorang dalam keadaan miskin ketika menikah, maka Allah menjadikan ia kaya. Kata “”يغنهم الله menurut Sayyid Muhammad bin Muhammad al-husaini al-Zabiidi memiliki beberapa tafsir.

Pertama, Allah akan menjadikan ia kaya dengan memiliki sesuatu. Kedua, Allah akan menjadikan ia kaya dengan tidak membutuhkan sesuatu. Ketiga, Allah akan menjadikan hatinya kaya dengan tidak menginginkan harta atau jabatan. Dan keempat, Allah  akan menjadikan ia kaya dengan keyakinan.

Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa dalam kehidupan rumah tangga khususnya urusan materi, Allah Swt selalu meberikan kita rezeki. Tetapi rezeki itu tidak selalu berupa kekayaan materi yang kita miliki. Ada kalanya rezeki itu berupa kekayaan hati yang menjadikan kita merasa tidak memiliki keinginan-keinginan yang bersifat duniawi.

Di sisi lain, jika kita menghadapi masalah konflik yang berat dengan pasangan; maka sebaiknya kita bersabar dan tidak terburu-buru mengambil keputusan untuk bercerai. Karena konflik dalam rumah tangga adalah sesuatu yang niscaya dan harus kita hadapi. Dibutuhkan kesabaran dalam menghadapinya, dan kita tahu bahwa di balik kesabaran itu ada pahala yang sangat agung.

Baca Juga  Betapa Lelahnya Memburu Vaksin Gratisan

Ada sebuah hadis yang ada di kitab Ihya Ulumuddin bahwa  Rasulullah Saw pernah bersabda :

“من صبر على سوء خلق امرأته أعطاه الله من الأجر مثل ما أعطى أيوب على بلائه ومن صبرت على سوء خلق زوجها أعطاها الله مثل ثواب آسية امرأة فرعون “

“Barang siapa sabar atas buruknya perilaku istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti pahalanya nabi ayyub yang bersabar atas penyakitnya. Dan barang siapa bersabar atas buruknya perilaku suaminya, maka Allah akan memberinya pahala seperti pahalanya Asiyah, istri Firaun.”

Pada dasarnya jika kita berpegang pada ajaran agama, kita akan memiliki pondasi spirual yang kuat dalam menjalani kehidupan keluarga. Dengan pondasi spiritual yang kokoh kita akan dapat melalui berbagai macam ujian dan cobaan yang datang dilih berganti dalam kehidupan kita.

Bagikan
Post a Comment