f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
gerakan imm

Membumikan Gerakan, Menguatkan Kemandirian

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ‘resmi’ berusia 58 tahun dalam kalender miladiyah, hari ini (14/3/22). Dalam usia yang terbilang matang tersebut IMM telah mengarungi beragam dinamika baik di tubuh internal organisasi maupun secara eksternal, hingga menjadi saksi dan pelaku sejarah dalam pergantian rezim dari orde lama, orde baru, hingga reformasi.

Dengan sepak terjangnya, IMM yang berisikan kaum akademisi dan intelektual tentu mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan yang menjadi sebuah keniscayaan. Buah-buah pemikiran para kader tentu berkembang secara linear seiring dengan berkembangnya zaman. Namun, nafas gerakan islam dan kepribadian muhammadiyah sebagai ideologi tentu tak tergoyahkan.

Hari ini, Senin (14/3/22) IMM genap berusia 58 tahun. Usia yang kalau dianalogikan sebagai manusia, maka IMM sudah termasuk dalam kelompok lansia (lanjut usia). Namun, tentu tidak bisa serta merta menyejajarkan sebuah organisasi dengan seorang manusia.

Sebagai manusia, mungkin di usia lanjut kondisi fisik mulai melemah, bergerak tidka selincah saat muda, berbagai penyakit mulai bermunculan, dsb. Namun, secara pikiran tentu usia tersebut adalah usia yang matang dengan segala pengalaman empiris, hingga teoritik. Mampu berpikir lebih bijak, jernih, sistematis dan logis, penuh pertimbangan, sehingga menghasilkan buah pikiran yang lebih bijaksana.

58 tahun sebagai sebuah organisasi perkaderan, harusnya bisa dilihat dalam bagaimana sepak terjang IMM dalam turut serta membangun peradaban dan keberhasilannya diaspora kader di berbagai lini. Di usia lanjut sebagai organisasi, IMM tentu harus mampu mengambil peran strategis, berbekal modal intelektual yang tentu sudah matang.

Keberhasilan IMM melintas zaman selama 58 tahun tentu patut diapresiasi dan dirayakan. Namun, tentu pula tidak cukup berhenti di situ. Masih banyak tugas rumah’ yang harus diperhatikan, terlebih sebagai organisasi perkaderan IMM adalah kawah candradimuka para aktivis pergerakan yang kelak akan menjadi ‘tulang punggung’ persyarikatan, umat, bangsa dan negara di masa mendatang.

Baca Juga  Pengelolaan Wakaf di Persyarikatan Muhammadiyah
Membumikan Gerakan

Narasi membumikan gerakan adalah suatu narasi logis dengan konsekuensi dan implikasi yang luar biasa.

IMM sebagai sebuah organisasi perkaderan, yang juga sebagai gerakan mahasiswa dan fungsinya sebagai eksponen mahasiswa Muhammadiyah —sebagaimana tercantum dalam 6 penegasan IMM— tentu harus bergerak sesuai koridornya.

Gerakan yang dimaksud dalam IMM tentu sangat luas dan mencakup berbagai sektor. Gerakan IMM dengan modal intelektualnya harapannya bisa menjadi ‘oase’ di tengah krisis akal sehat dan carut marut politik identitas belakangan.

Sebagaimana ditegaskan dalam butir ketiga Nilai Dasar Ikatan (NDI), “segala bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan kemungkaran adalan lawan besar gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan perlawanan terhadapnya adalah kewajiban bagi setiap kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.” Maka, IMM harus bersikap kritis dan mampu menjalankan fungsi stabilisator serta dinamisator, baik dalam konteks persyarikatan, umat, maupun bangsa dan negara.

Kader IMM pantang tampak ‘memble’ dalam gerakan. Sebagai kader dengan modal intelektual, IMM harus turut mentransformasikan nilai kepada masyarakat dan meluruskan ‘kiblat’ bangsa.

Gerakan-gerakan kritis harus dipupuk dan diejawantahkan secara nyata untuk kebermanfaatan, membangun peradaban. IMM harus menjadi mitra strategis sekaligus mitra kritis baik dalam konteks persyarikatan, umat, serta bangsa dan negara.

Pikiran-pikiran dan gerakan-gerakan IMM harus diakomodir dan masif, sehingga terwujudnya cita-cita besar negeri yang berkemajuan, negeri yang Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbhun Ghaffur.

Menguatkan Kemandirian

Kader IMM tentu hafal betul dengan sejarah Muhammadiyah, yang berdiri di Kauman, Yogyakarta beserta dengan perjuangan dan dinamikanya.

Kemandirian adalah karakter yang menjadi kunci sukses dakwah Muhammadiyah, hingga bertahan memasuki abad kedua dan membesar dengan segala asetnya yang seolah Muhammadiyah seperti sebuah negara sendiri.

Baca Juga  Ketahui Bersama Memori pada Otak Manusia

Kemandirian, meliputi banyak hal, dalam ekonomi, politik, dan lain-lain. Karakter ini harus benar-benar terinternalisasi dalam diri kader IMM.

Mengusung narasi “Menguatkan Kemandirian” dalam momentum Milad ke-58 tahun IMM tentu menjadi angin segar sekaligus titik refleksi bagi sekalian kader IMM.

Merujuk pada QS. An-Nisa’ (4) ayat 9, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya,…” Maka, pimpinan-pimpinan IMM tentu memiliki tanggungjawab moril untuk mempersiapkan kader-kadernya agar berdaya.

Kemandirian kader dalam berbagai hal, semisal kemandirian secara ekonomi akan membawa implikasi positif bagi IMM, di mana kader-kader mampu berdaya dan pantang untuk berpangku tangan.

Kemandirian secara ekonomi akan membuat gerak dan dakwah IMM, maupun Muhammadiyah menjadi lebih masif. Kemudian kemandirian ekonomi menjadi modal untuk melangsungkan gerakan dan dakwah, finansial adalah bahan bakarnya. Kemampuan finansialnya untuk berjuang di jalan dakwah.

IMM tidak akan lagi ‘pusing’ masalah anggaran, atau kader-kadernya mau jadi apa setelah purna. Kemampuan survival dan karakter mandirinya akan menuntun untuk sukses secara ekonomi dan mencurahkannya untuk berlomba dalam kebaikan.

Dari sudut pandang politik? Kemandirian secara politik, bahwa kader IMM tidak terintervensi dari pihak manapun. Lebih dari itu, kader IMM justru mampu menunjukkan taringnya dan mewarnai percaturan dengan ide yang brilian. Atas independensinya, kader IMM mampu menunjukkan keberpihakan terhadap rakyat. Ia mampu berdiri pada prinsip dan nilai-nilai yang terinternalisasi oleh IMM.

58 Tahun IMM

58 tahun IMM, dengan berbagai gejolak dan dinamikanya dalam merentangi zaman. Harapannya IMM terus memberi sumbangsih nyata pikiran-pikiran dan gerakan-gerakan intelektual. Bukan hanya duduk di serambi-serambi teori dan berkutat dengan bukunya. Tetapi, juga mengejawantahkan ilmunya dan aksi nyata.

Baca Juga  Berzakat Sebagai Self Healing dalam Upaya Pengalihan Perilaku Israf

Ilmu adalah amaliyah dan amal adalah ilmiah menjadi prinsip yang mengakar kuat dalam pribadi setiap kader IMM. Sehingga, saat ini dan kedepan IMM akan mampu memberikan sumbangsih nyata dalam membangun peradaban, mewarnai bangsa dengan tinta emasnya dan tidak hanya berhenti pada kelas-kelas diskusi ataupun retorika-retorika dan obrolan-obrolan warung kopi.

Selamat milad ke-58 tahun IMM, jaya jaya jaya! Fastabiqul Khoirot…(*)

Bagikan
Post a Comment