f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
anak laki-laki

Membentuk Anak Laki-laki Tanpa Kehadiran Seorang Ayah

Rasulullah Saw. bersabda yang artinya “Sebaik-baiknya kalian adalah yang terbaik sikapnya terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR. Ibnu Majah)

Hadis ini dapat dimaknai bahwa sebaik-baiknya laki-laki adalah yang terbaik sikapnya terhadap istri. Dan nabi adalah laki-laki terbaik dalam memperlakukan istri. Hal ini yang menginspirasi saya untuk memberikan pembelajaran pada anak sulung saya, karena anak sulung saya seorang anak laki-laki yang nantinya akan menjadi seorang suami. Sebenarnya sulit untuk melakukannya karena saya seorang wanita, tetapi tidak ada salahnya mencoba untuk melakukannya walau mungkin tidak sesempurna layaknya seorang ayah yang memberikan pembelajaran pada anaknya.

Sejatinya pembelajaran yang ibu berikan pasti berbeda caranya dengan seorang ayah. Tetapi Allah menakdirkan lain, mau tidak mau harus bisa melakukannya agar terbentuk dan tercipta seorang pemimpin dan seorang laki-laki yang dapat memperlakukan wanitanya sebagai partner yang setara.

Sederhana sekali yang saya lakukan terhadap anak sulung saya. Karena usianya sudah memasuki usia remaja. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 sampai 18 tahun  dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10 – 24 tahun serta belum menikah.  Dengan demikian remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.

Anak remaja laki-laki dalam hal psikologi tentu berbeda dengan anak perempuan. Anak laki-laki identik dengan maskulinitas. Bahkan ada anggapan bahwa remaja laki-laki adalah seseorang yang dingin dan kerap mengabaikan sisi emosionalnya, sehingga terkadang anak laki-laki juga enggan dan menolak apabila dirinya dianggap lemah.

Baca Juga  Apa Salahku?

Berbicara anak laki-laki yang menginjak usia remaja, orang tua terkadang merasa kewalahan dalam mendidik. Terlebih harus mendidik anak sendirian tanpa seorang partner. Orang tua perlu mengubah pola asuhnya, sebab anak cenderung lebih mengikuti teman-teman sebayanya dan bisa saja melawan perintah orang tua.

Perubahan perilaku anak didorong oleh faktor pola pikir, hormonal, fisik, psikologi, dan emosional. Di usia remaja, anak lebih senang bersama teman sebaya dan sedang dalam proses pencarian jati diri.  

Remaja laki-laki biasanya bertindak lebih berani jika dibandingkan remaja perempuan. Emosi mereka lebih tidak stabil dan mudah terpancing.

Untuk mewujudkan terciptanya seorang laki-laki yang dapat memperlakukan wanitanya menjadi partner yang setara, ada beberapa pembelajaran sederhana yang bisa ibu lakukan di antaranya:

Mengajarkan Ilmu Agama

Ilmu agama bisa menjadi pondasi kehidupan seorang anak di masa depan. Karena itu, cara mendidik anak laki-laki adalah dengan menanamkan pondasi ini sedini mungkin. Anak laki-laki akan menjadi pemimpin untuk keluarganya dan bahkan umat. Hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah membiasakan anak membaca doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, mengajarkan doa-doa harian, mengenalkan sosok nabi dan rasul dan meneladani sikapnya dalam kehidupan sehari-hari, mengajari membaca Al-Qur’an dan mengimaninya, mengenalkan anak pada rukun iman dan rukun islam. Bisa dengan memasukkan anak ke pondok pesantren untuk mendapat itu atau memasukkan ke anak ke sekolah-sekolah agam di luar sekolah umumnya.  

Berikan pendidikan yang layak

Pendidikan merupakan bekal yang sangat penting bagi anak-anak untuk bekal nanti di masa yang akan datang. Laki-laki ke depannya akan menajdi seorang pemimpin dalam keluarga yang memiliki kewajiban untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan memiliki pendidikan yang baik, harapannya anak memiliki kemampuan untuk memiliki kompetensi sesuai dengan minat dan kemampuan anak. Hal itu dapat menjadi bekal untuk mencari nafkah, entah itu nanti mencari pekerjaan di perusahaan, pemerintahan, wiraswasta ataupun nantinya membuka peluang bagi orang lain untuk bekerja dengan anak tersebut.

Baca Juga  Mengapa Anak Menjadi Nakal?
Mengajarkan Anak untuk Menjadi Pemimpin

Anak laki-laki kelak akan menjadi pemimpin dan menjadi seorang imam yang baik pula untuk keluargnya. Membuat anak menjadi mandiri dan seorang pemimpin adalah bagian dari cara mendidik anak laki-laki menurut islam. Karenanya, mengajarkan anak laki-laki menjadi seorang pemimpin adalah perlu dilakukan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita).” QS. An-Nissa’; 34

Biarkan anak belajar menjadi seorang pemimpin dengan cara mengijinkan anak untuk ikut berorganisasi di lingkungan sekolahnya atau lingkungan masyarakat.

Bertanggung Jawab dan Mandiri

Ajarkan anak rasa tanggung jawab dan tanamkan itu sejak dini. Hal ini akan membuat anak memahami kewajiban dan kodratnya sebagai laki-laki.

Anak laki-laki yang bertanggung jawab nantinya akan bermanfaat untuk keluarganya dan orang lain. Sedangkan kemandirian merupakan salah satu kunci menjadi orang yang sukses dan berhasil di masa depan.

Anak laki-laki yang sudah terbiasa mandiri akan mudah mengatur berbagai urusannya sendiri. Misalnya saat mengatur keuangan rumah tangga maupun pekerjaannya nanti.

Mengajarkan akhlak Mulia dan Berbakti pada Orang Tua

Mengajarkan akhlak pada anak merupakan hal yang sangat penting. Karena kebaikan seseorang akan dinilai dari dua hal yaitu agama dan akhlaknya. Ajarkanlah nilai-nilai kebaikan pada anak-anak tentang akhlak baik dalam islam, bagaimana berperilaku baik dengan orang lain. Baik itu orang yang lebih muda, terlebih pada orang yang lebih tua. Tidak lupa pula mengajarkan bagaimana bersikap terhadap perempuan.

Selain akhlak, berbakti pada orang tua juga merupakan hal yang harus dibiasakan sejak kecil.

Rasa bersyukur

Menanamkan sikap rendah hati dan kebiasaan bersyukur atas karunia Allah sejak dini. Kenalkan anak-anak atas rezeki yang dilimpahkan Allah SWT yang tidak akan pernah bisa kita balas sebagai manusia. Selain mengucapkan Alhamdulillah, mengajak dan membiasakan anak sholat malam, sholat duha adalah salah satu cara menanamkan kebiasaan bersyukur pada anak. Hal itu juga membangun disiplin dan kebiasaan yang baik untuk anak. Secara perlahan anak akan semakin menganggap penting untuk merasa bersyukur atas nikmat Allah Swt.

Baca Juga  Mendidik Anak Balita Berpuasa

Tak ada manusia yang sempurna, terlebih anak-anak yang masih butuh di bimbing, dijaga dan dilindungi oleh kita sebagai orang tua. Kesempurnaan hanya milik Allah semata. Tetaplah belajar, belajar dan belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat untuk orang lain.

Bagikan
Post a Comment