f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
hoaks

Kiat Menghadapi Kaum yang Suka Termakan Isu Hoaks

Salam, perkenalkan, saya seorang mahasiswa biasa dari Universitas yang sering teranggap liberal oleh orang awam. Dan kebetulan baru saja beli kuota internet. Biar bisa main Instagram, juga bisa mengirim tulisan ke Rahma.id yang begitu akrab di tengah-tengah kita. Saya termasuk manusia yang menganut paham bahwa media sosial bisa menjadi kontrol sosial, termasuk bagi mereka yang, maaf, antisosial.

Nah, pada tulisan ini saya ingin berbagi keresahan karena rasanya sudah tidak tertampung kalau keresahan ini saya simpan sendiri. Keresahan saya adalah ketika melihat perselancaran media sosial, acap kali menemui kaum-kaum yang merasa lebih tahu dari pemberitaan di media yang mainstream. Mau berita tersebut sudah terpapar polusi hoaks atau tidak, yang penting menarik menurut mereka.

Okee, saya setuju media yang sebagai arus utama perlu menata diri dalam urusan tersebut. Beberapa media yang besar di Indonesia, kebetulan terkelola orang-orang yang juga ikut eksis di dunia politik. Alhasil, pemberitaan mengenai suatu perkara terkadang sering lebih-lebihkan oleh sebagian pihak. Memang itu sudah menjadi warna yang lumrah dalam dunia media sosial.

Namun, itu sudah menjadi tugas kita sebagai netizen yang berakal plus penyaringnya untuk memilih media dengan kredibilitas yang tak diragukan; atau bisa memberikan kritik jikalau berita tersebut masih belum tentu kebenarannya. Tapi keliatannya, tugas tersebut sangat sulit untuk dilaksanakan bagi sebagian netizen yang suka termakan isu dan hoaks.

Orang-orang yang seperti itu lebih gemar membaca dan mempercayai posting-an yang belum terverifikasi kebenarannya; yang tanpa sadar menjadi salah satu orang dari 65% masyarakat Indonesia yang mudah terpapar hoaks di internet, sebagaimana terlansir dari hasil riset kominfo.

Baca Juga  Kuota, Makanan Pokok Baru Generasi Milenial
***

Selain suka termakan isu dan hoaks, menariknya lagi masyarakat Indonesia juga suka terpapar kebohongan dari Internet. Contohnya, mereka dengan semangat mengirim komentar “1” pada suatu posting-an uang yang berlimpah di suatu fanpage antah berantah, dengan harapan pulsanya segera terisi.

Atau, komentar “aamiin” pada suatu posting-an tidak jelas di Facebook, dengan harapan bisa masuk surga jalur ketik “Aamiin”. Bahkan baru-baru ini ada yang begitu percaya dengan video bahwa vaksin akan menanamkan suatu chips dan mengendalikan kita semacam robot, sungguh imajinasi yang ironi. Dan lebih bahayanya lagi, ada yang menyebarkan video mengenai ujaran kebencian yang tidak tahu asalnya, sehingga menyulut api kemarahan dan keresahan ditengah-tengah masyarakat.

Sebentar.. Saya tepuk jidat dulu. Oke, sudah.

Jadi melalui tulisan ini, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan agar orang-orang yang bersumbu pendek tadi segera bertobat, dan tidak lantas percaya begitu saja pada kabar palsu, bohong atau posting-an tidak jelas.

Pertama, kamu bisa mengajak orang tersebut untuk mengajak mereka memastikan suatu kebenaran terlebih dahulu. Karena berita hoax itu acapkali menggunakan judul yang provokatif yang ditujukan kepada kaum tertentu, agar banyak yang melihat sehingga banyak pula yang percaya.

Maka cari kebenarannya terlebih dahulu, dengan cara tidak langsung mempercayainya dan segera mencari referensi berupa berita yang serupa dari situs online resmi. Jika ada tiga atau lebih media yang kredibel memberitakan hal yang serupa, kemungkinan kebenaran dari suatu berita itu cukup besar. Namun jika sebaliknya, maka sudah dipastikan bahwa berita tersebut diragukan kebenarannya.

***

Kedua, Jika berita tersebut muncul di Facebook maupun Instagram, maka cobalah perhatikan kolom komentarnya terlebih dahulu. Biasanya untuk berita yang lagi hangat-hangatnya akan banyak muncul kaum yang pro dan kontra berdiskusi.

Baca Juga  Puasa, Sahur, dan Kesetaraan Gender

Dengan kata lain, kamu bisa melihat kebenaran melalu diskusi dari kolom komentar tersebut, terkadang ada juga orang yang waras, yang mengomentari bahwa berita tersebut memanglah palsu dan hingga ada yang sampai memberikan buktinya beserta argumen yang kuat.

Ketiga atau terakhir, ajak mereka untuk ikut serta dalam grup diskusi antihoax di media sosial. Biasanya akan ada banyak grup di media sosial yang berfungsi untuk mendiskusikan apabila ada suatu pemberitataan baru yang sangat kontrovesi.

Di Facebook misalnya, meskipun banyak yang beranggapan bahwa aplikasi yang satu ini banyak berisi pemberitaan hoaks dan penipuan. Namun di Facebook masih terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi yang mendukung gerakan antihoax. Seperti yang dilansir oleh kominfo, seperti Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.

Nah, pada grup-grup itu, kita bisa ikut bertanya apakah suatu informasi itu benar-benar akurat atau malah hoaks. Sehingga informasi-informasi hoaks dapat diatasi dan tidak menyebar begitu saja.

Bagikan
Post a Comment