f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
nenek

Kesempatan Terakhir Bersama Nenek

Pertengahan bulan Maret 2020 aku dan teman-teman mendapat kabar dari pihak kampus agar segera meninggalkan Yogyakarta. Perkuliahan akan berlangsung secara online di rumah masing-masing sampai waktu yang belum tentu. Ini karena saat itu sedang marak terjadinya penyebaran virus Corona di segenap penjuru dunia, termasuk Indonesia. Aku dan teman-teman pun dengan berat hati harus meninggalkan Yogyakarta di saat kami sudah merasa nyaman tinggal di daerah istimewa ini.

Segera aku berikan kabar pada kedua orang tua terkait dengan kepulanganku yang sifatnya dadakan ini. Ayah dan ibuku memahami kondisi ini dan keduanya siap untuk menjemputku ketika sampai di Bogor. Setelah beberapa jam di perjalanan dari Yogyakarta ke Bogor akhirnya aku sampai di Bogor, daerah dengan julukan “kota hujan”. Setelah beberapa saat menunggu, ayah dan ibuku telah tiba untuk menjemputku pulang.

Ayah dan ibuku lantas  mengantarku pulang, tetapi bukan ke rumah ayah dan ibu melainkan ke rumah nenekku. Tidak lama kemudian, tibalah kami di rumah beliau. Betapa terkejutnya aku, ternyata nenek dalam kondisi sedang sakit. Kian hari aku perhatikan kondisi beliau kian melemah saja. Aku merenung beberapa saat dan bergumam dalam hati. “Apakah alasan aku pulang kampung bukan hanya sebab maraknya penyebaran virus Corona saja, tetapi ada sebab lain, yaitu nenekku sedang sakit dan Allah memberiku kesempatan untuk membantu orang tuaku merawat beliau.”

***

Nenekku memiliki riwayat penyakit yang sudah lama, yaitu darah tinggi dan mungkin juga ada riwayat penyakit lainnya yang belum aku ketahui. Sakitnya nenek saat ini berbeda dengan sakit-sakit yang pernah beliau alami sebelumnya. Sakitnya saat ini menyebabkan penglihatan nenekku hilang. Beberapa anggota keluarga menceritakan bahwa sakit nenek bermula dari terpeleset dan terjatuh sebab terkena tumpahan minyak goreng yang tercecer di lantai rumah. Peristiwa tersebut menyebabkan timbulnya rasa sakit di tulang belakang atau tulang ekor. Tetapi nenekku berusaha menahan rasa sakitnya seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Beberapa hari berlalu barulah rasa sakitnya terasa dan berdampak pada hilangnya penglihatan nenek sedikit demi sedikit.

Baca Juga  Perjuangan Meraih Sukses

Kemudian, keluarga memutuskan untuk membawa nenek ke klinik terdekat untuk memeriksakannya ke dokter. Dokter pun memberikan beberapa obat. Selain pergi ke dokter, keluarga juga mendatangkan tukang urut atau tukang pijat untuk memijat beberapa anggota badan nenek yang terasa sakit akibat terpeleset dan jatuhnya tersebut. Lantas mengapa beliau tidak dibawa saja ke rumah sakit besar? Sebetulnya pihak keluarga inginnya seperti itu. Tetapi apalah daya kami hanyalah berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang serba kecukupan ditambah nenek kami tidak memiliki kartu BPJS, sehingga kami hanya mampu membawa nenek ke klinik dan pengobatan tradisional saja.

Setelah beberapa hari nenek mengonsumsi obat-obatan medis dan obat-obatan tradisional, tidak ada perubahan yang cukup signifikan pada nenek. Malah kondisinya sekarang telah hilang sepenuhnya penglihatan beliau dan rasa sakit di tulang belakang atau lebih tepatnya di tulang ekornya masih ada dan sering terasa. Oleh sebab itu nenek tidak bisa melakukan aktivitasnya sendirian, perlu ada yang membantunya. Misalnya saja jikalau nenek mau ke kamar mandi untuk buang air, maka beberapa dari anak atau cucunya harus membantu mengantarkannya ke kamar mandi. Termasuk juga minum dan makannya pun harus kami suapi.

***

Beberapa anak dan cucu dari nenek termasuk aku harus bergantian untuk menjaga dan membantu nenek. Apabila nenek hendak buang air, makan, minum, dan yang lainnya. Sejujurnya terkadang Aku merasa jenuh dan kesal melakukan hal ini, karena sangat mengganggu aktivitas harianku –di antaranya adalah kuliah online— tetapi aku berusaha untuk menahan diri dan berusaha untuk bersabar menjalaninya. Ada perasaan takut dalam diriku bahwa bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir bagiku untuk berbakti pada nenek. Sehingga jangan sampai aku sia-siakan kesempatan baik yang Allah anugerahkan kepadaku ini untuk mendapat rida dan kebaikan yang berlipat dari-Nya kelak.

Baca Juga  Ngaku Kena Covid, Memang Salah Ya?

Benar saja, pada awal bulan April 2020 neneku menghembuskan nafas terakhirnya dipanggil oleh Allah swt untuk kembali ke pelukan-Nya. Nenek wafat dalam usia hampir memasuki usianya yang ke-70 tahun. Kami sekeluarga sangat berduka atas kepergian nenek, tetapi apa boleh buat nasi kini sudah menjadi bubur. Ini artinya penyesalan sudah tidak berarti lagi buat kami. Sekarang, kami harus berusaha untuk sabar dan ikhlas menerima ketentuan Allah ini. Sekarang yang harus kami lakukan adalah mendoakan beliau mudah-mudahan semua amal saleh yang telah dilakukannya diterima oleh-Nya dan juga senantiasa mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya berupa surga yang dipenuhi dengan kenikmatan.

Tahun 2020 adalah tahun terakhir bagi saya dan keluarga membersamai nenek. Kini sudah 1 tahun lebih nenek pergi meninggalkan kami. Dari wafatnya beliau, kami sekeluarga banyak mengambil ibrah. Kami sadar bahwa setiap yang bernyawa memiliki ajalnya masing-masing-masing dan pasti akan tiba masanya untuk kembali kepada sang pemilik segalanya, Allah swt. Tidak akan ada satu pun makhluk yang hidup kekal-abadi di dunia ini. Selain itu, kami juga sadar bahwa selagi orang tua masih hidup, maka harus senantiasa maksimal untuk berbakti pada mereka. Jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan terbaik tersebut yang dapat menyebabkan timbulnya perasaan menyesal di kemudian hari.    

Bagikan
Post a Comment