f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
janji

Janji

Ini adalah kisah tentang janji hati muda mudi. Mereka sedang ikhtiyar mencari jodoh. Semoga bermanfaat.

Seorang karyawati bank pelat merah, namanya Ariani (samaran biar nggak kualat) sudah lama berjuang mencari jodoh. Tak hanya orang tua dan keluarga besarnya yang risau, rekan-rekan sekantornya pun selalu menatap iba padanya.

“Baiknya coba cari jodoh di jasa cari jodoh di internet, Ni,” saran temannya.

Ariani hanya mesem dan berterima kasih pada rekan-rekannya yang bersimpati padanya.

“Kalau mau aku punya tetangga mapan, Ni. Seorang Kyai muda punya pondok sedang cari istri ketiganya,” usul teman yang lainnya disertai tawa ngeledek.

Daripada kamu nggak laku-laku,”

“Innalillah, makasih ya.” Tolak Ariani masih tetap menjaga sopannya.

***

Sang mama Ariani lebih ekstrim lagi. Ariani yang bila tersenyum lesung pipinya sangat memikat itu dilarikan ke dukun. Pikir mamanya, Ariani jangan-jangan anak sangkal. Sebab sudah usia 28 masih belum dilirik kaum adam. Sebenarnya bukan nggak dilirik. Ariani belum tertarik saja.

“InsyaAllah akan indah pada waktunya , Ma,” kata Arini menenangkan mamanya. “Iya tapi kapan? Sudah tua loh kamu, Nak.” Mamanya menitikan airmata.

Singkat kisah lantaran didesak kanan kiri depan belakang atas bawah, akhirnya lewat mimpinyalah Ariani menyampaikan keinginannya untuk menikah pada Bu Nyai Anna. Yaitu guru ngajinya di kompleks perumahan Ariani. Bu Nyai merespons baik lalu memberi wejangan tanpa memberi tahu foto si lelaki itu.

“Kebetulan, Ni. Ada anaknya sahabat saya, anak muda seorang direktur perusahaan furnitur. Katanya nyari jodoh.” Kisah Bu Nyai menggebu. “Besok sore anaknya tak telepon. Kamu ke sini ya.”

Besoknya Ariani sudah tiba di berada rumah Bu Nyai persis pukul 4. Maka terjadilah perbincangan sesuai janji Bu Nyai. Baik Ariani maupun si lelaki berbincang ini itu yang mencapai titik kesepakatan.

Baca Juga  Menikah, Bukan Mencari Yang Sempurna

“Saya akan pakai dasi merah bendera nggih, Dik Ariani. Mohon besok pagi tunggu saya di dekat air mancur taman kota.” kata lelaki via telepon. Ariani mengiyakan. Suara berwibawa di seberang sudah meremas-remas hati Ariani. Namanya jodoh Ariani sangat yakin akan jodohnya itu.

***

Esoknya Ariani sudah duduk dengan pakaian dinasnya di taman kota. Dia anggun dengan balutan kerudung oranye juga dengan makeup sewajarnya. Karena memang dia anggun dari sononya. Dua bola mata Ariani mawas. Sesuai janji kemarin lelaki 29 tahun itu akan muncul dari arah air mancur.

Sepuluh menit menunggu akhirnya ada pria tampan dengan spesifikasi yang sesuai dengan benak Ariani. Tinggi semampai, tahi lalat di dagu, rambut lebat dan berpakaian rapi. Sayang lelaki itu tak berdasi merah bendera. Sungguh Ariani berfikir pria itu yang teleponan kemarini. Sayang sekali tak berdasi. Tapi lelaki itu nampak ramah. Saat berjalan di dekat Ariani ia melempar senyum manis. Ariani mengangguk. Lalu lelaki itu lewat.

Selang beberapa detik pria berkharisma muncul. Dia punya tahi lalat di dagunya, rambut lebat, pakaian rapi, dan berdasi merah bendera–nah dasi ini yang penting. Tapi sayang lelaki ini bukan anak muda. Melainkan bapak-bapak dengan usia sekitar 56-60 tahun. Ariani galau. Tapi lelaki itu adalah kriteria di janji kemarin. Maka tak ambil jeda, beranjaklah Ariani ke arah lelaki bos furnitur itu lalu menyatukan tapak tangannya di depan dada bagai menyembah ke lelaki itu seraya melalukan pengakuan.

***

“Maaf Bapak, saya Ariani yang di telepon kemarin.”

Lelaki tadi bingung. Tangannya pun ditangkupkan menyembah sambil mesem.

“Saya senang Anda menepati janji. Saya takzim, Anda benar-benar seorang pemimpin yang baik. Meskipun terus terang Anda tak sesuai perkiraan saya.”

Baca Juga  Risalah Insyaallah dalam Pandemi Covid-19

Lelaki di depan Ariani kemudian tersenyum dan melalukan pengakuan penting juga.

“Saya ini hanya karyawan bawahan, Mbak. Saya hanya dimintai bantuan atasan saya.”

“Bantuan?” Ariani bingung.

“Iya bantuan, Mbak. Itu tadi bos saya yang jalan lewat sini. Katanya saya suruh memakai dasi lalu lewat juga di sini. Katanya akan ada perempuan yang akan menemui saya. Mungkin mbak ya? Pokoknya saya diminta menemui. Gitu perintahnya.”

“Allah kariiim… jadi lelaki itu tadi bos Anda?”

“Betul, Mbak.”

“Saya disuruh menguji soal janji, katanya. Nggak paham juga saya mbak.”

Baik si bapak maupun Ariani semua hanya mesem.

Maka akhirnya bos muda itu berbalik dan menjumpai Ariani. Tak dapat lagi Ariani berkata-kata saking bahagianya.

***

Dan tak jeda lama menikahlah Ariani dengan bos furnitur itu. Mereka hidup bahagia. Hmm… Janji… janji… memang selalu indah bagi yang mampu menepati janji. Semoga bermanfaat.

Bagikan
Post tags:
Post a Comment