f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
father time

Father Time, Cara Membangun Bonding Ayah dan Anak

Waktu kecil, saya tidak dekat dengan bapak. Sebagai anak yang melewatkan masa kanak-kanak tanpa kehadiran bapak, saya tahu betul seperti apa nelangsanya.  Saya tak tahu bagaimana rasanya duduk dibonceng sepeda bapak. Saya pun tak mengerti bagaimana serunya bermain-main duduk di atas punggung seorang bapak. Juga tak pernah merasakan bahagianya berangkat sekolah diantar jemput oleh bapak. Sama sekali tak ada dalam kenangan masa kecil saya. Bapak harus merantau di luar kota. Kami hanya bertemu satu atau dua kali saja dalam sebulan. Dulu belum ada handphone, apalagi bisa video call. Nyaris tak ada komunikasi di antara kami.

Lalu setelah menjadi ibu, saya mulai khawatir saat melihat suami memiliki waktu yang sangat terbatas dengan anak-anak. Pagi ia harus berangkat kerja dan kembali pulang ke rumah setelah lewat waktu magrib. Itupun dalam kondisi lelah. Tak jarang ia tiba di rumah saat anak-anak sudah terlelap.

Suami saya bisa jadi menganggap selama ini semuanya berjalan normal saja. Umumnya naluri ibu lebih peka dan memahami kebutuhan anaknya. Maka ibulah yang sebaiknya berani mengambil inisiatif merencanakan kegiatan father time. Tak ada salahnya bila ibu meminta ayah untuk menemani anak-anak bermain, belajar sepeda, atau mengajaknya jalan-jalan. Hanya dengan ayah saja. Kalau ibunya ikut, sudah pasti nanti nempelnya ke ibu. Mau beli ini itu, lapornya ke ibu lagi. Perut lapar, merengeknya ke ibu juga. Kali ini, ibu harap mlipir dulu. Tujuannya tentu agar kedekatan ayah dan anak terbentuk.

Tak ingin anak-anak kehilangan kenangan indah bersama ayahnya, seringkali di hari Minggu saya sengaja mempersilahkan mereka menghabiskan sebagian waku di luar tanpa saya. Entah beli es krim favorit mereka atau hanya sekedar ngadem di mall yang dekat dari rumah. Tak lama, hanya sekitar dua sampai tiga jam. Menit berikutnya keriuhan suara mereka sudah memenuhi seisi rumah. Memang usaha ini tak melulu tulus dalam rangka mendekatkan hubungan ayah dan anak-anaknya. Di balik niat tersebut, sebenarnya terselip strategi emak-emak agar bisa tenang menyelesaikan berupa-rupa pekerjaan rumah tangga. Boleh ya? Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Baca Juga  Perasaan Gembira Anak Saat Ayah Pulang ke Rumah

Jujur, saya baru menyadari perlunya father time ini ketika melihat anak kedua kami yang seakan takut dan menjaga jarak dengan ayahnya. Berbeda dengan si bungsu yang suka nempel dan bercerita apa saja kepada ayahnya. Pelan-pelan saya sampaikan kepada suami tentang masalah pada putri kedua kami. Kemudian memintanya untuk meluangkan waktu buat “ngedate” berdua dengannya.

Saya begitu terkesan saat mendengar cerita seorang kawan yang lebih dulu menerapkan kegiatan father time. Kawan saya ini dulunya bekerja di lembaga konsultan pendidikan. Sehingga beliau paham betul betapa pentingnya peran ayah dalam perkembangan anak-anak mereka, terutama anak perempuan. Sang suami yang sering dinas ke luar kota dirasa tak memiliki waktu yang cukup untuk bercengkrama dan menciptakan quality time bersama anak.

Awalnya beliau sampaikan kepada suami apa itu father time, bagaimana dampaknya bagi anak-anak, dan seperti apa contoh kegiatannya. Beliau pun yakin insyaallah si ayah mampu memahami. Dan ketika sudah tahu manfaatnya, ayah akan dengan suka rela melakukan kegiatan father time tersebut. Sebab semua bermuara untuk kebaikan anak-anak.

Ia menjadwalkan father time minimal sebulan sekali. Bergantian antar anak satu dan lainnya. Misalnya bulan ini giliran jadwal ayah mengajak ke luar si kakak, bulan depan berarti gilirannya si adik. Jadi, tiap anak nantinya diharapkan memiliki kenangan spesial tersendiri dengan sang ayah. Awalnya mungkin akan sedikit canggung. Bingung harus ngapain saat berdua saja dengan si anak. Ia memberikan beberapa contoh aktivitas yang bisa dilakukan bersama anaknya. Misalnya, sesekali setelah menjemput si kakak pulang sekolah, diajaklah mampir untuk makan di kedai bakso. Sambil ngobrol, diselipkan nasihat agar kakak bisa istikamah menutup auratnya. 

Baca Juga  Keluarga Hangat yang Menghangatkan

Lain waktu sepulang dari jamaah di masjid, ajak si adik beli makanan kesukaan dia. Berdua saja. Pasti anak-anak sangat senang. Mereka akan merasa diistimewakan. Momen-momen kecil yang akan berdampak besar. Memang tak bisa langsung dilihat hasilnya. Butuh konsisten dan kesabaran dalam menjalaninya. Dan tentu, dukungan antara ayah dan ibu.

Saya penasaran, apakah ada hasilnya? Kawan saya tersebut kemudian mengaku luar biasa bahagia melihat perkembangan positif yang nampak. Tak hanya anak-anak yang senang, si ayahpun bahagia menyadari belakangan si sulung suka tiba-tiba memeluknya. Si tengah yang suka membelikan makanan kecil buat ayah sepulang dari sekolah. Juga si bungsu yang tak sungkan lagi mencium pipi seraya berkata, “I love you, Abi.”

Saya sendiri masih terus berusaha membangun kedekatan anak-anak dengan ayahnya. Belum bisa dikatakan berhasil. Masih perlu terus belajar dan konsisten. Sedikit lega ketika melihat putri kedua kami yang seringkali menolak saat saya tawari makan malam, kemudian berkata “Nanti saja Ma, aku makan malamnya nungu Abi datang.” Hampir selalu begitu jawabannya. Ia rela menunda laparnya demi bisa makan bersama dengan abinya. Atau memang ia belum begitu lapar saja.

Saat berkesempatan untuk jalan-jalan bersama, anak-anak lebih memilih digandeng sama abinya. Meski tak terucap, tapi saya bisa menebak alasannya. Tidak lain dan tidak bukan hanya karena saya akan cerewet bila mereka mulai nunjuk minta ini itu. Ya, ayah memang umumnya lebih royal sih daripada si ibu. Ya, meskipun mungkin belum ideal, tapi kami akan terus mengusahakan agar mereka mendapat kasih sayang yang sama besar porsinya dari ibu juga dari ayah. Hingga nanti mereka siap lepas dari pelukan kami, terbang lalu menemukan kehidupan mereka sendiri.

Bagikan
Comments
  • Setiawan Muhdianto

    Ada saatnya, kebaikan itu harus direkayasa

    Juli 26, 2023
Post a Comment