f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
etika

Etika Filsuf Plato dan Relevansinya dengan Etika Berbakti kepada Orang Tua dalam Islam

Persoalan etika yang di dalamnya ada bagian kepatutan, memang tidak boleh dianggap sepele oleh sekelompok manusia secara individu. Karena hal ini akan memberikan efek yang luar biasa bagi kalangan sekitar. Dengan kata lain, etika yang ada pada manusia ini hendaknya dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya.

Dalam konteks keluarga, anak tentu memiliki orang tua; ketika seorang anak memberi dampak positif bagi kehidupan individunya, maka boleh jadi orang tua dalam hal apapun akan memberi efek terhadap pandangan masyarakat kepadanya.

Posisi-posisi yang memberikan keuntungan baik pada diri sendiri maupun orang tua tentu menjadi perbincangan yang lebih untuk direnungi; terutama dalam kaitannya para pemikir terdahulu tentang etika. Seperti halnya Plato dengan realitas yang di hadapi umat Islam dalam etika berbakti kepada orang tua.

Biografi Filsuf Plato

Sebenarnya nama asli Plato adalah Aristokles, yang memiliki arti yang terpilih. Adapun panggilan Plato, karena bahunya begitu lebar. Plato merupakan keturunan bangsawan yang berada dizamannya, di mana ia dilahirkan sekitar tahun 427 SM di daerah Athena dan meninggalnya di tahun 347 SM. Ia juga merupakan salah satu murid Socrates dan salah satu guru Aristoteles.

Plato adalah seorang filsuf yang menjadi pondasi dalam dunia filsafat, di mana pemikirannya terkesan besar dalam menyumbangkan kepada pemikir Barat, bahkan pemikir Islam. Juga disebut sebagai filsuf yang fundamental dalam dunia kefilsafatan. Tak hanya itu, bahkan dari beberapa sumber menyatakan bahwa gagasan atau pemikiran dari pemikir besar setelah Plato; merupakan sebuah pengembangan dari hasil pemikiran Plato.

Sejak kecil, Plato hidup di kalangan keluarga yang sangat menggemari politik. Sehingga, awalnya ia ingin bekerja sebagai politikus, namun dalam ambisinya menjadi politikus pupus di saat membatalkannya. Akhirnya jalannya adalah untuk memperbaiki jalan hidup bangsanya dengan cara menekuni bidang filsafat, salah satunya adalah ajaran Socrates yang berpengaruh padanya.

Baca Juga  Penguatan Modal Sosial Perempuan dalam Kesiapsiagaan Terhadap Bencana #2

Plato mulai produktif dalam mengarang buku, ketika mengembara di kota Kyrena, di sana ia juga berguru kepada Theodoros untuk memperdalam ilmu Matematika. Di samping itu, Plato juga mengajarkan pelajaran filosofis kepada masyarakat sekitar sesuai kadar keilmuan yang ia dapatkan sebelumnya.

Etika Filsuf Plato

Tinjauan Plato tentang moral, secara makna harus bersifat intelektual dan rasional, artinya mampu tersampaikan secara logis. Menurutnya, tujuan hidup manusia tak lain untuk mencari kesenangan hidup, maksud kesenangan adalah hasill dengan pengetahuan.

Bagi Plato, budi terbagi menjadi dua macam, yaitu budi filosofis dan budi biasa. Plato berpendapat bahwa orang itu baik jika dikuasai oleh akal budi; adapun buruk jika dikuasai oleh keinginan dan hawa nafsu. Jika ingin meraih hidup yang baik, hal pertama adalah berusaha membebaskan diri dari kekuatan irasional hawa nafsu dan emosi serta mengarahkan diri menurut akal.

Tujuan budi filosofis terlihat di alam yang tak terlihat. Manusia mengetahui hal yang sifatnya tinggi itu karena ide kebaikan. Inilah yang Plato tegaskan akan pentingnya mengasah budi. Maka, menurut Plato bahwa siapa saja yang hidup di dunia ide, tentu saja tidak akan pernah berbuat jahat. Dengan demikian, untuk mencapai budi yang baik adalah perlu menanam keinsafan untuk memiliki idea dengan pikiran.

Relevansinya dengan Etika Berbakti kepada Orang Tua dalam Islam

Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada dalam Islam memiliki dasar pemikiran. Begitu pula dengan pendidikan etika anak terhadap kedua orang tua. Bukti utama bahwa berbakti kepada orang tua merupakan salah satu ajaran Islam yang paling tinggi setelah iman kepada Allah Swt adalah firmannya yang termaktub dalam Al-Qur’an maupun hadis yang menjadi sumber utama ajaran Islam.

Baca Juga  Quarter Life Crisis : Cara Kawula Muda Menghadapinya

Karenakukuhnya kewajiban ini, Allah mengulang-ulang perintah berbakti kepada orang tua setelah perintah beribadah kepadannya. Seperti firman Allah yang berbunyi:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (QS. Al-Isra’: 23).

***

Dari ayat di atas, sama dengan prinsip Plato, bahwa hal pertama jika ingin meraih hidup yang baik, maka harus membebaskan diri dari hawa nafsu yang ada. Biasanya, hawa nafsu sering kebanyakann artikan sebagai sesuatu yang disenangi oleh jiwa seseorang yang cenderung negatif secara rohani. Hawa nafsu inilah, yang mengakibatkan pengaruh buruk bagi manusia.

Sejalan dengan itu, maka berbakti dengan orang tua harus memiliki konsekuensi untuk berbuat baik; dengan meninggalkan segala hal yang berkaitan dengan hawa nafsu, sehingga jika seseorang durhaka kepada orang tua, tentunya beresiko dosa besar.

Maka dari itu, apabila orang tua kita mumpung masih hidup, sebaiknya kita berusaha semaksimal mungkin untuk berbakti kepada keduanya. Dengan cara apapun, seandainya kita mendengarkan keluh kesah saja juga tidak bisa, maka janganlah sekali-kali menyakiti hati bapak dan ibu kita. Karena, jika kita sebagai anak sampai menyia-nyiakan bahkan durhaka pada orang tua pada orang tua; maka kita termasuk orang-orang yang merugi dan nerakalah balasannya.

Bagikan
Post tags:
Post a Comment