f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
jomblo

Dibilang Jomblo? Santai aja Bestie!

Seorang remaja dengan status tanpa pasangan dan ke mana-mana sendirian, seringkali menjadi bahan olok-olokan. Entah karena pilihan hidupnya atau memang ketinggalan zaman.  Bisa dikatakan, hal ini sudah menjadi konsumsi sehari-hari bagi kaum jomblo.

Sebagai remaja yang telah memasuki bangku perkuliahan seperti saya ini, acapkali dibilang tidak laku, kurang gaul, anak rumahan, kutu buku, dan lain sebagainya.  Misalnya, ketika teman saya kencan dengan kekasihnya, saya justru rebahan di kasur dengan santai. Ketika teman saya berduaan malam mingguan, saya memilih sholawatan. Ketika teman saya berlibur ke pantai, saya memilih mengerjakan tugas yang kian membantai. Ya, seperti itulah perbedaan kegiatan antara si jomblo dan yang memiliki kekasih.

*

Dewasa ini, banyak orang menganggap jika memiliki kekasih merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Bagi kami yang tak memiliki kekasih, seringkali dicap sebagai jones alias jomblo ngenes ataupun jokut alias jomblo akut. Sedangkan yang memiliki kekasih, dijadikan sebagai alat menemani di kala sendirian, partner saat berpergian, atau sekedar teman malam mingguan, dengan kedok sebagai mood booster. Mood booster? Penambah imun kah itu?

Menjadi kaum jomblo sejak lahir, tentunya banyak olokan yang saya dapatkan. Mulai dari keluarga, teman sekolah, hingga para tetangga. Kamu itu cantik loh, masuk jajaran ranking paralel, langganan ikut lomba, dan menjadi kebanggan bapak/ibu guru; masak iya, gak pernah pacaran? Apa gak eman-eman loh? Sedangkan para tetangga menilai saya itu terlalu pendiam, jarang keluar rumah, penghuni setia kamar, kutu buku, dan lain sebagainya. Bahkan keluarga saya sendiri pun heran, mengapa saya itu hanya berdiam diri di rumah. Mereka seringkali menyuruh saya untuk liburan di manapun asalkan keluar rumah. Saya heran, apakah salah menjadi jomblo?

Baca Juga  Generasi Micin Penyedap Rasa Bangsa

Sebenarnya saya pun kerap bertanya-tanya ke diri sendiri. Kenapa saya jomblo? Kenapa saya jarang bersosialisasi dengan lawan jenis dan hanya berdiam diri di rumah? Ya, kembali lagi itu merupakan pilihan hidup saya. Bagi saya, jika masih bisa melakukannya sendiri, bisa membangun mood sendiri, bisa menjaga diri sendiri, untuk apa susah-susah pacaran? Kalau banyak hal yang bisa kita lakukan di rumah, untuk apa repot-repot keluar rumah? Itu terlalu membuang waktu, bestie.

*

Terlepas dari hal tersebut di atas, alasan lain saya menjadi kaum jomblo karena hal-hal berikut. Pertama, agama saya melarang dan menentang adanya pacaran; entah dalam konteks apapun, sebagaimana yang terkandung dalam QS. Al-Isra’ ayat 32. Kedua, mohon maaf bestie, tugas kuliah saya lebih prioritas daripada kekasih kalian. Saya aja masih keteteran dalam menyelesaikan tugas, apalagi kalau punya pacar. Mungkin baru pacaran satu jam sudah diajak putus. Ketiga, menunggu yang “sempurna” ingin merealisasikan pasangan seperti yang saya halu-kan selama ini. Terakhir, karena tidak ada yang mendekati. Agak pedih tapi tak mengapa, karena itu sebagai kontribusi saya dalam menjauhi zina.

Diremehkan, diolok-olok, dan ditertawakan karena tak kunjung mendapatkan pasangan itu hal biasa. Santai aja, bestie! Anggap itu hanya angin berlalu. Asalkan kita masih punya iman dan sabar dalam ketaatan, pasti semua itu bisa kita lalui kok. Saya mah ikhlas aja dibilang ketinggalan zaman, toh memang banyak manfaat dari menjadi jomblo ini. Kalian lebih takut dosa apa olokan tetangga? Ya, dosalah!

Sekarang saya tanya, apa sih manfaatnya punya pacar? Delapan dari sepuluh orang mengatakan agar tidak kesepian, agar punya sandaran hidup, agar bisa diajak malam mingguan, dan agar tidak ketinggalan zaman. Lalu sisanya, hanya dua orang memilih tidak pacaran sebagai pilihan hidupnya. Mengapa persentase pacaran dengan jomblo di negeri ini sangat jauh?

Baca Juga  Mendidik Anak di Era Digital bagi Orang Tua Milenial
*

Tak bisa kita pungkiri, sebagian orang berpendapat bahwa pacaran adalah kebutuhan. Maka, tak heran jika banyak orang memilih pacaran daripada menjadi jomblo kesepian. Mereka selalu berpacu pada trend yang ada. Di mana sekarang ini, pacaran seakan menjadi kewajiban bagi setiap orang. Jika tak pacaran, maka dianggap ketinggalan zaman.  Jika tak pacaran, maka dianggap sebagai golongan alim. Kaum jomblo yang katanya alim ini akan dikucilkan jika tidak pacaran. Begitulah anggapan mereka.

Menyikapi hal tersebut, menjadi jomblo bukan semata-mata karena kesepian. Ingatlah bestie! Kita masih punya Tuhan yang selalu menemani kita di setiap nafas kehidupan. Allah Swt. lebih bisa menjaga kita melebihi yang bisa pacar kita lakukan. Lebih bisa mendengarkan setiap curahan hati kita di sepertiga malam. Tak lupa, Ia selalu memberi solusi di setiap permasalahan yang kita hadapi. Pacarmu bisa apa?

Bestie, pacaran itu hanya membuang waktu. Dosa kita yang sudah menumpuk ini bukannya berkurang malah akan melebihi kapasitas. Setiap memikirkannya, dosamu nambah satu. Kencan dengannya, dosamu nambah satu lagi. Apalagi sampai melakukan hal-hal di luar batas, maka dosamu tak terhitung jumlahnya. Pacarmu hanya bisa menjadi sandaran sementara saat kau sedih saja. Setelah ia bosan, kalian akan ditinggalkan. Seperti peribahasa “Habis manis sepah dibuang”. Pacarmu hanya mau enaknya aja, nggak mau susahnya.

*

Ayo move on, bestie! Jadilah jomblo fii sabilillah bersamaku. Mari bersama merayu Sang Pencipta untuk menjaga hati kita hingga bertemu dengan pasangan yang semestinya. Dengan menjadi jomblo, merupakan langkah awal kita dalam melawan hawa nafsu. Jangan jadikan perkembangan zaman ini sebagai tolak ukur kita untuk terus-menerus mengikuti orang lain. Jika kita ingin memiliki pasangan, kuncinya itu dari  diri kita sendiri. Tetaplah sabar dan terus memperbaiki diri, maka jodoh akan mengikuti.

Baca Juga  Arti Gugurnya “Guru” Bagi Mahasiswa Kedokteran

Pada dasarnya jodoh itu akan datang dengan sendirinya. Namun, bukan berarti kita pasrah dengan berleha-leha. Ya, kapan datangnya kalau gitu. Selagi menunggu datangnya jodoh itu, perbaikilah diri kita. Jika kamu mengharapkan jodoh yang baik, maka jadilah baik pula. Jika kamu mengharapkan jodoh yang bertanggung jawab, maka berusahalah untuk bertanggung jawab pula. Salah satunya yaitu dengan istiqomah menjaga hatimu hingga kamu menemukan tulang rusuk yang halal bagimu.

Bagikan
Post a Comment