f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
beragama dengan

Beragama dengan Tidak Damai

Untuk kesekian kalinya, kita berduka atas kejadian yang menimpa saudara kita di Sigi, Sulawesi tengah. Rasanya sebagai bagian dari keluarga besar dari sebuah negara yang katanya bhineka tapi tunggal ika, hal ini menjadi ironi .

Tapi juga tidaklah heran karena sampai detik ini jejak langkah intoleransi selalu menjadi teman sehari-hari; bahkan kehadirannya kadang dibiarkan begitu saja. Maka, jika saya dan mungkin anda kemudian berpikir semua itu dipelihara baik oleh penguasa atau pun mereka yang bertopeng ajaran suci, hingga di kemudian hari, maka agamalah yang dibawa ke pengadilan sejarah dan sosial.

Bagiku, tak peduli siapa pelakunya bahkan jikapun itu memakai agama yang aku dan mungkin juga agama yang anda anut; mereka tetaplah salah karena mereka hanya memanfaatkan  ajaran agama untuk hal yang tidak dikehendaki.

Maka apapun narasi  yang mereka promosikan, jika pada ujungnya kebencian yang tidak mendasar. Kita harus berani berteriak “NO IN MY RELIGION”. Kita tidak boleh membenarkan dan harus melawan segala bentuk  pembenaran; karena dengan membenarkan, kitapun akan sama tidak baiknya dengan mereka.

Karena di dalam agamaku dan pastinya juga di dalam agamamu, kita  masih meyakini tidak ada satupun yang mengajarkan  kita untuk membunuh orang yang tidak berdosa sebagai salah satu jalan perjuangan mencapai surga.

Yang justru ada, ketika aku makin memahami agamaku dan mungkin juga anda dengan agama anda walaupun pemahaman kita belumlah sepenuhnya. Kita pasti akan meyakini di jalan masing-masing yang berbeda inilah sebenarnya kita akan bermuara dengan fungsi yang sama;  sebagai jalan bagi kita untuk  lebih berwelas asih  dan tentu saja  tak bisa di kompromi dengan tindakan bar-bar.

Baca Juga  Menikah Anjuran Agama tapi Jangan Buru-Buru!

Maka, sudah amat sangat jelas titah Tuhan pada awal penciptaan, bahwa setiap yang hidup harus di lindungi. Bahkan yang hampir mati pun  harus di bantu; yang lebih tinggi daripada itu diminta untuk  membenci dan marah dengan sikap yang sewajarnya dan tidak melampaui batas.

Kita memang memiliki musuh yang bernama kezaliman, tapi yang kita lawan pun harus jelas; bukan hanya sembarangan menyerang lalu kemudian menggunakan  tameng melawan kezaliman untuk berbuat lebih banyak kemungkaran. Oleh karena itu di dalam agamaku dan mungkin juga agamamu kita diajarkan kehati-hatian .

Dan rasa-rasanya, jika makin memahami agama, maka makin tunduklah akal, nafsu, dan tindakan pada sikap yang welas asih terhadap semua makhluk. Sehingga tak heran, jika ada yang mengatakan beragama itu jalan untuk mencapai kebahagiaan dan kedamaian. Hal ini memang benar adanya jika agama dipahami secara benar, segala perbedaan tafsirnya disikapi secara bijak, dan laku keagamaan dilakukan dengan penuh kasih.

Namun jika yang sebaliknya terjadi, maka akan ada sikap yang justru anti terhadap kehidupan; bahkan melawan Ketuhanan itu sendiri. Biasanya kondisi seperti ini akan menampakkan kezumudan ketimbang keimanan.

Atas nama Tuhan dan segala sabdanya, mereka kemudian dengan segala upaya merusak apa yang berbeda dari mereka. Sungguh sangat ironis, saat hal yang berbeda dari mereka dianggap sebagai ancaman padahal Tuhan sendiri menakdirkan kita untuk berbeda. 

Beragama sebenarnya tidaklah sempit, mereka yang salah dari segi memahami, mensikapi, dan melakukannya lah yang keliru.  Agama itu membuka jalan yang luas terhadap kehidupan, tidak hitam maupun putih, oleh karena itu agama selalu menankan pada proses berpikir.

Berpikir ini bukanlah hanya sekedar menghafal, membaca setumpukan informasi di internet, apalagi hanya sekedar katanya meskipun itu dari otoritas. Tapi ada proses untuk mencerna informasi tersebut lewat serangkaian perenungan yang mendalam, bimbingan yang sistematis, peribadatan yang spiritualistik, dan yang paling penting lewat proses belajar yang perlahan tidak asal lompat lalu mengambil kesimpulan

Baca Juga  Hukum di Indonesia Aman untuk Si Kaya

Dari situlah kemudian, beragama bisa menjadi lebih damai dan terang, rasa-rasanya gejala ketololan dalam beragama tidak akan pernah berakhir saat usaha-usaha untuk meningkatkan budaya perenungan, bimbinga, peribadahan, dan proses pembelajar yang  perlahan itu lenyap apalagi di tengah-tengah zaman modern yang menuntut percepatan dalam setiap hal sampai pada tahap keagamaan.

Tapi, kita yang memiliki kesadaran, tidaklah boleh menyerah dari yang paling mungkin kita harus terus berjuang mencapai kondisi di mana agama dipahami dengan sebenar-benanrya demi bumi yang lebih damai, hidup yang lebih indah, dan tentunya  bekal perjalanan ke alam keabadian yang lebih bermakna.

Bagikan
Post tags:
Post a Comment