f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
tujuan manusia

Benarkah Tujuan Manusia Hanya Ibadah Saja?

Kehidupan dunia yang kita lihat saat ini merupakan wujud dari manifestasi sunnatullah. Oleh karenanya, tidak mungkin kehidupan dunia ini ada dan berjalan, selain daripada kekuasaan-Nya, bukan wujud hasil daripada perkembangan ilmu pengetahuan modern. Tentu bagi manusia yang berakal sehat dan sadar, ia akan memahami bahwa yang menguasai, menjaga, dan mengawasi alam semesta ini tiada lain hanyalah Allah Swt.

Allah Swt. menciptakan manusia sebagai pengemban amanah Tuhan, agar dapat menjaga keharmonisan dan keteraturan alam semesta. Ketetapan ini terus berlaku bagi manusia sebab Ia menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya ciptaan. Allah Swt. juga memberikan nafs kepada manusia agar ia dapat menentukan berbagai pilihan dalam hidup yang sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, juga terdapat tuntunan dan tuntutan bagi mereka agar tetap menjaga keharmonisan dan keteraturan yang ada.

Lalu pertanyaannya, melalui kebesaran Allah sebagai Tuhan dalam mengatur jalannya kehidupan beserta dinamikanya, apa sebenarnya tujuan Allah Swt. menciptakan manusia? Apakah manusia diciptakan hanya untuk hidup saja?

Tujuan Hidup Manusia dalam Sorotan Ayat Suci

Allah Swt. menciptakan dan menghidupkan manusia di dunia tentu dengan sebuah tujuan. Allah Swt. sebagai Sang Penguasa telah menciptakan alam semesta dengan penciptaan yang sempurna. Ia juga mengaturnya dengan pengaturan yang juga sempurna. Dengan demikian, hidupnya manusia di muka bumi ini jelas memiliki tujuan. Itulah yang menjadi kewajiban manusia untuk mengetahui apakah hidup yang telah atau akan dijalani sudah sesuai dengan perintah Allah, yang mengantarkan pada tujuan penciptaannya.

Ingatlah atas firman Allah dalam QS. Al-Mu’minun ayat 115 di bawah ini:

Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu hanya main-main (tanpa ada maksud) dan Kami tidak akan mengembalikkan kamu?

Pada ayat tersebut Allah menyodorkan sebuah pertanyaan tentang hakikat penciptaan manusia. Munculnya pertanyaan dalam ayat tersebut tentu bukan tanpa maksud dan tujuan yang jelas, melainkan Allah Swt. menghendaki agar manusia dapat senantiasa merenungkan tujuan dari penciptaannya.

Baca Juga  Hijrah Itu Mudah, Istiqamahnya yang Susah

Melalui firman-Nya, Allah Swt. juga memberikan informasi mengenai tujuan hidup manusia. Di antara firman-Nya yaitu:

Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan hanya Allah yang dapat mengembalikkan segala urusan. (QS. Ali Imran ayat 109)

Mengapa mereka mencari agama selain agama Allah? Padahal, hanya kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi berserah diri, baik dengan suka maupun terpaksa, dan Allah akan mengembalikkan mereka semua. (QS. Ali Imran ayat 83)

Milik Allahlah (pengetahuan tentang) yang gaib (di) langit dan (di) bumi. Hanya Allah-lah yang akan mengembalikkan segala urusan. Maka, sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud ayat 123)

Hakikat Tujuan Hidup Manusia

Kalau dicermati lebih dalam ketiga ayat di atas ternyata memiliki persamaan. Adapun persamaan yang dimaksud ialah penggunaan kata ‘kembali’. Penggunaan kata tersebut bagi penulis sangat sesuai dengan makna di balik akhir kehidupan dunia. Bahwa sejatinya semua kehidupan yang ada di dunia pada akhirnya akan kembali kepada Allah, tanpa terkecuali semua makhluk ciptaan Allah termasuk manusia akan berlabuh di akhirat sebagai titik akhir kehidupan.

Di kehidupan akhirat semua manusia nanti harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan hidupnya selama di dunia. Di sana juga manusia akan menghadapi dan melewati perhitungan amal dengan seadil-adilnya. Dan ketika manusia telah memperoleh keadilan, mengetahui tujuan hidup yang sebenarnya, maka segala perselisihan yang ada akhirat akan terselesaikan.

Oleh karena itu, pada hakikatnya tidak ada pemisahan antara kehidupan manusia baik bagi dirinya maupun bagi Allah Swt. Di samping manusia harus tunduk secara penuh dan utuh kepada Allah, ia juga harus berupaya untuk memperbanyak amal kebaikan (ibadah) sebagai bekal di akhirat kelak. Allah Swt. berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 72:

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, surga-surga yang sungai-sungai mengalir di bawahnya, mereka kekal di dalamnya, dan tempat-tempat yang baik di surga ‘Adn. Ridha Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung.

Dalam ayat tersebut terdapat petunjuk mengenai tujuan hidup manusia. Di samping manusia harus beribadah kepada Allah Swt, ia juga harus mampu untuk menggapai ridha-Nya.

Mana mungkin manusia mendapatkan ganjaran dari setiap perbuatannya kecuali tanpa rida-Nya. Dengan demikian, apabila kita ingin menghendaki kesejahteraan dalam hidup baik di dunia maupun akhirat, kita juga perlu berupaya untuk mencari rida Allah Swt.

Baca Juga  Benarkah Menikah Itu Ibadah Terpanjang dalam Hidup ?
Adakah Tujuan Hidup Manusia selain Beribadah?

Apakah benar dunia sebagai penjara bagi umat Islam, membuat mereka enggan untuk mencari kebahagiaan dalam hidup?

Jawabannya tentu tidak. Hendaknya umat Islam senantiasa memprioritaskan segala bentuk aktivitasnya di dunia semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. serta menggapai rida-Nya.

Dengan kata lain, upaya itu adalah bentuk dari ketakwaan yang merupakan jalan untuk menuju kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.

Oleh karenanya, kebahagiaan adalah bagian dari tujuan hidup setiap manusia. Kebahagiaan yang tidak hanya terbatas pada pemenuhan aspek materiil (sandang, pangan dan papan), melainkan juga pemenuhan pada aspek spiritual, sehingga memunculkan sebuah kesadaran bahwa dirinya harus senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah Swt. Oleh karena itu, setidaknya di dunia ini manusia harus mengupayakan tiga tujuan hidup.

Pertama, tujuan eskatologis (ukhrawi), yakni bahwa manusia dalam melakukan berbagai aktivitasnya di dunia ini harus semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. Kedua, tujuan spiritual, yakni bahwa selain hanya untuk beribadah kepada Allah, manusia juga harus berupaya untuk senantiasa mendapatkan ridha-Nya. Ketiga tujuan etis, yaitu manusia juga harus berupaya untuk memenuhi kebutuhan materi, spiritual, dan kesadaran akan eksistensinya di muka bumi. Singkatnya, ketiga tujuan tersebut harus saling berkaitan dan tak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya.

Editor : Faiz Muzaki

Bagikan
Post a Comment