f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
ali

Ali dan Mimpinya

Sudah lima hari Ali gelisah di dalam kelas saat pelajaran berlangsung. Teman-temannya tidak terlalu memperhatikan perubahan sikapnya akhir-akhir ini. Bu Tika, guru kelas lima, belum sempat bertanya kepada Ali apa penyebab dia resah, gelisah dan berencana akan mengundang Ali ke ruang BK ketika jam pulang sekolah.

Sebuah mimpi yang Ali alami lima hari lalu telah membuatnya lebih pendiam dari hari-hari sebelumnya. Dia merasa ada yang tidak beres dengan tubuh dan pikirannya. Bahkan ada rasa bersalah sehingga dia bermimpi seperti itu. Dalam diam dia ingin menangis karena rasa sedih, takut, cemas dan perasaan-perasaan negatif lain yang kini menghantuinya.

Ali adalah anak tunggal yang terpaksa hidup bersama keluarga pamannya. Meski paman dan bibinya hidup dalam kesederhanaan, mereka sangat menyayangi Ali seperti anak sendiri. Keluarga yang baru dikaruniai satu anak berusia setahun itu sangat perhatian dan kasih sayangnya kepada Ali tak diragukan lagi.

***

Ali merasa aman dan nyaman bersama keluarga paman yang selalu bersikap lembut terhadapnya. Baginya hanya kepada paman dan bibi ia berbakti sejak ibu bapaknya pergi untuk selamanya dua tahun lalu. Corona telah memisahkan dia dengan kedua orang tuanya saat dia duduk di kelas tiga SD. Begitu pun kakek dan neneknya telah tiada di tahun yang sama.

Pandemi dua tahun lalu merupakan tahun berduka bagi Ali. Secara berurutan dia kehilangan empat sosok yang dia sayangi. Pulangnya paman dari tanah rantau adalah solusi terbaik baginya. Paman yang bekerja sebagai mandor bangunan akhirnya berusaha mencari pekerjaan yang tak jauh-jauh dari pekerjaan awal, di kampung halaman. Kini ada beberapa proyek bangunan yang sedang pamannya garap.

Baca Juga  Ada Anak Bertanya pada Ayahnya

Dua tahun kehilangan orang-orang terkasih kadang membuat Ali sedikit sensitif bila melihat teman-temannya bercengkerama dengan orang tua mereka. Apalagi setiap menjelang bulan suci Ramadan yang sudah dua kali ia lewati tanpa ibu bapak, kesedihan hatinya serasa belum hilang. Hingga usia sembilan tahun ia belum juga punya adik sampai tiba saatnya ibu bapak Ali pergi untuk selamanya.

Masih segar dalam ingatan Ali ketika dia merengek-rengek minta khitan sementara dia masih duduk di kelas dua SD. Setiap mengganti perban yang membungkus luka khitan, ibunya yang beraksi dengan terampil. Bapaknya tak mampu karena setiap dicoba, tangan bapaknya gemetaran dan ia justru merasa kesakitan.

***

Ali juga masih ingat kala dahinya sobek lantaran terpeleset di kamar mandi dan perlu beberapa jahitan, setiap hari ibu yang merawatnya dengan segenap kelembutannya. Seakan ia lebih hafal bau tangan ibu daripada tangan bapak. Sehangat apa belaian tangan ibu, Ali lebih tahu dan berapa suhu yang ia butuhkan. Sedekat itu dia dan ibunya.

Sejak Ali mengalami mimpi beberapa malam lalu, tiba-tiba ia merasa rindu dengan ibu bapaknya. Dia sadar tak mungkin mereka kembali hadir lalu memeluknya dengan penuh kasih. Keberadaan paman dan bibi sudah lebih dari cukup untuk dia syukuri. Bila ada sesuatu yang mengganjal di hati ia dengan segera menyampaikan kepada paman dan bibi.

Untuk masalah mimpi tempo hari Ali belum cerita kepada siapapun. Ada keraguan ketika mau ia tanyakan pada bibi atau paman. Dalam hati ia berandai, kalau saja masih ada ibu tentu ia dengan segera memberitahu langsung usai bermimpi. Tapi hingga lima hari dia belum menemukan jalan keluarnya. Menurutnya terlalu rahasia dan ia tak ingin orang lain tahu.

Baca Juga  Hidup Bahagia Bersama Tumor di Dada

Ali termasuk anak yang cerdas di sekolah. Dia selalu berada di tiga besar setiap tahunnya. Tapi dia tak cukup pandai untuk menutupi kegelisahan hati di depan paman, bibi maupun bu Tika. Setiap kali bibi bertanya mengapa tampak sedih, apa paman dan bibi ada salah, dia hanya menjawab tidak ada apa-apa.

***

Bu Tika sudah bisa membaca bahwa anak didiknya tampak sedang ada masalah. Secara tak sengaja dia memergoki Ali sering melamun. Dibujuknya Ali agar mau bercerita namun ia tetap membungkam sampai akhirnya bu Tika minta tolong pak Udin, guru Agama Islam di SD tersebut.

Mungkin karena sama-sama lelaki, Ali akhirnya mau diajak pak Udin masuk ke ruang khusus tanpa setahu teman-temannya sesuai permintaan Ali kepada bu Tika.

“Ali, kalau boleh tahu, apakah kamu sakit?” Pak Udin membuka pertanyaan dengan nada serendah mungkin sambil tersenyum ramah.

“Tidak, Pak. Saya tidak sakit. Tapi…,” Ali tak melanjutkan jawaban dan dia masih tetap menunduk. Seolah berat untuk mengatakan ihwal mimpinya yang telah membuatnya gundah beberapa hari ini.

“Kalau ada masalah, Bapak bisa bantu dan rahasia Ali tetap terjaga.”

Mendengar itu, wajah Ali sontak berubah dan seakan ada cahaya terang di matanya yang kemarin sempat redup dan sayu. Ia mengangkat kepalanya, dia butuh kepastian atas kata-kata Pak Udin. Pak Udin membalas tatapan Ali sambil mengangguk pasti.

***

Ali bercerita panjang lebar sambil sesekali menjawab pertanyaan Pak Udin tanpa beban. Pendekatan lemah lembut Pak Udin terbukti mampu menguak misteri keterdiaman Ali yang sempat mengundang teka-teki. Demikian pula Bu Tika, tak membiarkan anak didiknya dirundung masalah, besar maupun kecil, serius atau sepele dan sesegera mungkin membantu untuk menyelesaikannya.

Baca Juga  Berbeda Agama dalam Satu Keluarga

Ali sangat membutuhkan orang-orang seperti Bu Tika dan Pak Udin selain kedua orang tuanya. Sebenarnya ia bisa mengungkapkan ke paman atau bibi, namun karena rasa malu dia memilih menyimpan dalam hati. Ingin mencari jawaban dengan caranya sendiri dan tak ingin orang lain tahu. Dia lalu diam dan gelisah ketika belum ketemu dengan jawabannya.

Sesungguhnya yang Ali alami merupakan sesuatu yang terjadi secara kodrati. Bila tiba saatnya, siapapun akan mengalami dan di usia berapa masing-masing tak sama. Akan lebih baik jika sebelum menuju masa itu, kita bekali anak-anak dengan informasi yang jelas dan mencerahkan agar kelak masa itu tiba, mereka sudah siap dan tahu apa yang harus dilakukan. 

Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, asupan nutrisi yang semakin baik dan berbagai fasilitas lain, membuat tumbuh kembang seorang anak dari masa ke masa semakin menakjubkan. Seperti yang terjadi pada Ali, di usia sebelas tahun terjadilah mimpi itu, mimpi basah yang membuatnya gelisah.

Bagikan
Comments
  • Bu Guru Wiendy

    Sangat menginspirasi..

    Maret 10, 2022
    • Wurry Srie

      Terimakasih saudariku.

      Maret 10, 2022
Post a Comment