f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
sekolah

Akibat Meyekolahkan Anak Terlalu Dini

Setiap orang tua pasti menginginkan segala hal yang terbaik bagi anaknya. Tak terkecuali masalah pendidikan, pendidikan terkadang menjadi prioritas utama bagi sebagian orang tua. Sehingga tak sedikit dari para orang tua memilih menyekolahkan anak di usia dini. Memberikan ilmu pengetahuan sejak kecil memanglah baik dan merupakan suatu anjuran dalam islam. Sebagaimana sabda nabi Muhammad yang telah tersebut dalam hadis shahih melalui Ibnu Abbas yang artinya, “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat”.

Mereka memiliki beberapa alasan menyekolahkan anak di usia yang lebih muda, di antaranya agar anak tumbuh cerdas. Apalagi usia antara 0-5 tahun adalah usia emas (golden age), otak anak mampu menyerap bak spons. Sehingga, mereka yakin bahwa inilah waktu yang tepat untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan pada anak melalui sekolah. Terlebih lagi, saat ini banyak sekolah-sekolah untuk anak-anak yang masih relatif kecil. Sehingga, hal tersebut semakin mendorong keinginan para orang tua untuk mendaftarkan anaknya sekolah.

Namun, sebelum memutuskan memasukkan anak ke sekolah sejak usianya masih dini, Ayah dan Bunda harus memperimbangkannya dengan matang. Sebab, terburu-buru menyekolahkan anak ternyata memberikan dampak negatif. Pasalnya, semakin awal orang tua menyekolahkan anak, semakin cepat anak akan mengalami bosan, kesepian, lelah, bahkan stress. Hal ini terjadi karena masalah umur juga mempengaruhi tingkat kematangan emosional serta kemampuan anak untuk menyerap dan menangkap hal-hal baru. Untuk itu, sebaiknya Ayah Bunda memperhatikan kapan waktu yang tepat untuk anak mulai sekolah. Berikut beberapa dampak yang harus kita waspadai jika orang tua menyekolahkan anak terlalu dini:

Anak Bisa Mengalami Stress dan Merasa Tertekan

Secara tidak langsung, menyekolahkan anak terlalu dini bisa menyebabkan mereka tertekan. Sebab, mereka harus mempelajari sesuatu yang tidak atau belum sesuai dengan usia dan kemampuannya. Sehingga anak akan kesulitan dalam menyerap pelajaran atau bahkan kesulitan menjalin pertemanan dengan teman sekelasnya yang lebih tua. Jika hal ini kita biarkan, bukan tidak mungkin risiko gangguan psikologis terutama stress pada akhirnya akan anak rasakan.

Baca Juga  Apresiasi, Kunci Kesuksesan Anak

Saat bunda memutuskan menyekolahkan anak terlalu dini, juga akan membuat anak terpaksa kekurangan waktu bermain dengan teman sebayanya, lantaran adanya tuntutan sekolah. Sebenarnya mereka masih jauh lebih nyaman belajar bersama Bunda serta anggota keluarga yang lainnya di rumah sambil menikmati kehangatan orang-orang tersayang tanpa adanya beban sebagaimana ketika mereka berada di lingkungan asing dengan waktu dan kegiatan tertentu.

Mengalami Kebosanan

Orang tua akan bangga dan merasa gemas ketika buah hati mulai aktif dan mengerti banyak hal. Namun, alih-alih anak memiliki rasa antusias dan semangat tinggi untuk bersekolah, justru terlalu cepat menyekolahkan anak, akan menimbulkan rasa bosan. Dan ketika anak memiliki rasa bosan, anak akan lebih mudah moody (perasaan yang berubah tak menentu) dan susah mengontrol emosi. Sehingga hal ini akan mempersulit mereka termotivasi untuk sekolah.

Usia balita bukanlah waktu yang paling ideal untuk sekolah. Pada dasarnya, saat anak masih balita orang tua harus fokus dalam menjadikan mereka anak yang bahagia, ceria, dan kreatif terlebih dahulu. Bukan fokus untuk menjadikan mereka anak yang pintar.

Tidak Fokus Selama Pembelajaran

Usia balita memang usia untuk bermain, sehingga jangan heran jika anak kesulitan untuk fokus selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Mereka akan selalu berusaha menghibur diri mereka sendiri agar tetap bisa bertahan untuk duduk diam di sekolah memperhatikan guru di kelas dengan membuat permainan-permainan sederhana sembari mendengarkan guru di depan.

Apabila hal di atas kita biarkan dalam jangka waktu yang lama, bisa memungkinkan anak mendrita ADH. ADH sendiri adalah kondisi di mana anak kurang bisa mengontrol diri, lebih energik, susah memfokuskan pikiran untuk jangka waktu yang cukup lama, serta tidak bisa duduk diam mendengarkan guru dalam waktu lama dibanding dengan teman-teman sekelasnya yang usianya lebih tua dan lebih matang untuk bersekolah.

Baca Juga  Orang Tua dan Pendidikan Jarak Jauh; Sebuah Refleksi Singkat

Maklumlah, jika anak tak memiliki rasa tanggung jawab atau dorongan untuk menyelesaikan kewajiban sekolahnya. Karena memang usia balita, anak belum memiliki kontrol diri sepenuhnya. Yang ada dalam benak dan pikiran mereka hanyalah bermain. Oleh sebab itu, sebelum Ayah Bunda memutuskan untuk menyekolahkan anak di usia yang tergolong muda, pertimbangkan sekali lagi dampak satu ini.

Hilang Minat dan Semangat untuk Sekolah

Ketika anak sudah memiliki rasa jenuh, bosan, lelah, tertekan dengan aktivitas sekolah, bukan tak mungkin si kecil akan kehilangan semangat dan juga minat untuk bersekolah bahkan hingga memiliki keinginan berhenti sekolah. Terlebih lagi, tak semua anak memiliki minat yang cukup tinggi di bidang bidang akademik. Bisa saja anak Bunda memiliki minat lain, seperti olahraga, menggambar, musik, dan lain-lain. Di sinilah peran Bunda sebagai penyemangat amat diperlukan, yaitu dengan memberikan kebebasan pada anak untuk memilih sesuatu yang mereka minati kemudian mengarahkan dengan tepat agar bakat juga minat buah hati Bunda terasah dengan baik.

Pelaku atau Korban Bullying

Rasa minder, takut, kecewa akan muncul pada diri anak ketika mereka merasa gagal atau tidak mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik serta memberikan hasil yang memuaskan yang sesuai dengan harapan dirinya sendiri maupun kedua orang tuanya. Wujud nyata dari rasa tersebut adalah perilaku rendah diri, atau justru malah sebaliknya, emosional.

Jika dibiarkan, perilaku emosional akan menumbuhkan bibit pelaku bullying dalam diri anak. Sedangkan perilaku rendah diri akan menjadikan anak sebagai korban bullying. Karena mereka merasa tidak pantas untuk dihargai. Bahkan kemungkinan terburuknya, anak tidak akan bisa lagi untuk menghargai dan menyayangi dirinya sendiri, mereka akan lebih cenderung menyakiti diri sendiri.

Baca Juga  Saya Sepakat Memberi Aturan Main Untuk Anak

Itulah dampak yang akan terjadi jika orang tua menyekolahkan anaknya terlalu cepat. Untuk itu, Ayah Bunda diharapkan berpikir dan mempertimbangkan dua kali sebelum membuat keputusan yang salah. Daripada memaksakan anak sekolah dini, sebaiknya Bunda mempersiapkan si kecil untuk menghadapi lingkungan sekolahnya kelak. Dengan berusaha memfasilitasi kegiatan belajar anak di rumah.

Tips bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anak, yaitu pastikan terlebih dahulu bahwa batas minimal usia anak untuk bisa masuk sekolah sudah terpenuhi. Kemudian, cari tahu lebih dalam, apakah teman sekelas anak ada yang seusia dengannya, jangan biarkan anak menjadi yang termuda seorang diri. Karena itu akan menghambat hubungan sosialnya.

Seorang anak akan berkembang sesuai dengan kemampuan dan usianya tanpa harus memaksakan pada mereka untuk memahami sesuatu yang belum waktunya. Atau justru akan berakibat buruk nantinya, bahkan sampai membuat anak harus menjalani perawatan medis di usianya yang masih belia.

Bagikan
Post a Comment