f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
membentuk

Membentuk Sikap Anak Lewat Kenangan

Keluarga merupakan pondasi utama dalam menjalani kehidupan dengan beribu masalah yang berdatangan. Kenyataannya, memang sudah terlihat jelas dengan banyak postingan atau petuah yang mengatakan bahwa keluarga adalah tempat pulang, tempat sandaran yang menenangkan. Namun, banyak juga hal negatif bermunculan ketika dihadapkan dengan keluarga. Salah satunya adalah kebencian seorang anak yang muncul tanpa dia minta.

Setiap orang tua tentunya mendambakan seorang anak diawal pernikahan. Tidak pernah menyangka dan tidak berburuk sangka ketika proses hamil ada beribu masalah yang tak terduga. Dari sang ayah mendadak kasar karena frustasi pekerjaan, atau sang ibu yang bingung mengelola keuangan tanpa uang yang cukup. Bisa jadi keduanya fokus mengejar uang tanpa melihat ada anak yang seharusnya lebih diperhatikan. Secara tidak sengaja, anak akan memperhatikan sikap orang tuanya dalam merespon apapun. Dan dari sanalah mereka belajar menanggapi sesuatu di masa mendatang.

Setiap orang tua pasti ingin anaknya baik, pintar, bermanfaat bagi siapapun. Namun sebenarnya, mereka sendirilah yang membentuk anak lewat kenangan yang entah baik atau buruk untuk kehidupannya di masa mendatang. Semakin beranjak dewasa seorang anak, maka dia akan semakin mengerti tentang semua yang terjadi. Anak akan belajar menilai sesuatu sesuai dengan orang tuanya yang secara tidak sadar telah diperhatikan sikapnya tanpa jeda. Siapa menyangka ketika orang tua mengira hal yang sangat sepele ternyata berdampak pada anak di masa depan dengan perlakuan yang buruk pada orang tua mereka dengan terjadi begitu saja.

Perlakuan, perkataan, dan sopan santun yang diajarkan sejak dini sangat membentuk karakter anak.

Meskipun ada yang bilang lingkungan di masa remaja lebih terasa dan lebih berpengaruh pada setiap harinya. Nyatanya keluarga tetap berperan dari pada lingkungan. Anak yang gampang terpengaruh karena mereka merasa tidak ada kepedulian dari keluarga, mereka akan terus mencari di mana saja asal ada yang peduli. Sebegitu terancamnya anak tanpa kepedulian orang tua.

Baca Juga  Pola Asuh Orang Tua pada Anak ADHD

Pernah mendengar kalimat ini “eh, dia anaknya pak ustad tapi gitu banget kelakuannya”. Stigma masyarakat yang punya pikiran seperti ini juga akan sangat mengganggu tumbuh kembang kepribadian seorang anak. Yang bertugas menguatkan? Tentu saja keluarga, terutama orang tua. Bayangkan saja jika keluarga juga ikut bersuara “iya, kamu ini bikin malu keluarga”. Lantas saat anak melampiaskan ke hal yang negatif orang tua juga pasti menyalahkan anak lagi. Akan seperti itu sampai anak menemukan seseorang yang memang bisa menguatkan.

Apalagi di zaman yang milenial ini, seorang anak sering kali berpikiran untuk memberontak dengan melakukan sesuatu yang menarik perhatian orang terdekatnya. Orang tua pun sering mengabaikan anak yang bersikap seperti itu. Bahkan cenderung dimarahi. Sehingga, terbentuk kenangan tentang segala sesuatu yang diselesaikan dengan kemarahan, dan otomatis tertanam dalam diri seorang anak yang ketika dewasa nanti mereka berbuat tidak baik pada orang tua maka akan disalahkan habis-habisan dengan dibilang anak durhaka.

Sikap anak akan perlahan terbentuk sebagaimana yang orang tua terapkan di rumah

Pembentukan ini melalui kenangan masa kecil yang terekam hebat. Kemudian menjadi sugesti untuk anak yang selalu memperlajari segala sesuatu melalui panca indra mereka. Anak melihat bagaimana para orang tua bersikap menghadapi orang, bagaimana sikap orang tua dengan anak yang lain. Dengan situasi tersebut, banyak dari orang tua cenderung membandingkan anaknya serta menuntut anak dengan berbagai hal tanpa adanya apresiasi dari orang tua.

Rasa kecewa yang terbentuk sendiri dari seorang anak karena perlakuan keluarga juga sering menjadi suatu hal yang salah. Anak menjadi tidak mampu berbuat baik dengan orangtua ataupun sanak keluarga yang lain. Kenangan masa kecil seakan melekat dan berkembang yang menghasilkan perilaku anak di usia remaja dan dewasa.

Baca Juga  Namaku adalah Yura
Keluarga selalu menjadi peringkat pertama dalam hal menjalani kehidupan

Seperti halnya saya, lahir dari keluarga sederhana dengan orang tua yang keduanya bekerja, menjadikan saya anak yang mandiri dari kecil merupakan pilihan orang tua saya. Dengan membiarkan saya berangkat sendiri di hari pertama sekolah, mengambil rapot sendiri, mengambil buku tabungan sendiri dan banyak hal yang seharusnya dilakukan orangt ua tapi saya melakukannya sendiri. Dari sana saya belajar, bahwa menjadi orangtua itu tidak sekedar melahirkan dan memberi uang tapi kebutuhan kasih sayang kepada anak juga harus terpenuhi.

Banyak hal yang harus dipelajari untuk menjadi orang tua yang baik

Membentuk sikap anak melalui kenangan masa kecil memang tidak mudah. Apa lagi dengan kondisi zaman hari ini. Kita jangan mudah menyalahkan dan menggampangkan masalah dengan tidak marah-marah, sebab ini menjadi poin penting dalam membentuk kepribadian seorang anak.

Ukuran sukses para orang tua yang berhasil mendidik anaknya pun ketika mereka menua dan anak semakin dewasa tapi masih selalu menanyakan kabar orang tua mereka. Bukan yang hanya sekedar memberi uang lantas meninggalkan. Untuk itulah makna dan peran keluarga menjadi hal yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Yang ketika ada masalah serius maka keluarga selalu datang pertama untuk membela meski kadang tau yang dibelanya tidak sepenuhnya benar.

Terus berproses bersama, saling menerima dan selalu evaluasi bersama maka akan tercipta kenyamanan dengan sendirinya. Tidak perlu harus jalan-jalan setiap minggunya karena keluarga yang sering jalan-jalan akan kalah dengan keluarga yang di rumah  dengan menyepatkan setiap hari waktunya untuk keluarga. Semoga keluarga senantiasa dihiasi dengan rasa aman dan nyaman serta dijauhkan dari rasa iri dengki terhadap sesama keluarga yang mudah-mudahan bisa menjadi keluarga lagi di surga.

Bagikan
Post a Comment