f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
tega

Kekerasan Merusak Mental Anak

Ibuku langsung menggotong anakku yang berumur lima tahun, agak berlari ke belakang rumah saat menyaksikan aku dan istriku “berseteru”. Tidak fatal sebenarnya, hanya cekcok kecil.

Aku bilang pada istriku, nanti pulang dari rumah Ibu, mampir ke toko lalu anak kita beliin saja mainan yang dia inginkan. Kasihan dia merengek nggak selesai-selesai sejak tadi.

Rupanya istriku punya jalan lain. Perhitungan perempuan memang beda. Lebih baik anak nangis meraung-raung daripada boros. Toh mainannya sudah banyak. Dan bila beli tak akan bertahan lama. Esok lusa pasti akan rusak atau hilang.

“Ya namanya juga anak-anak,” kubilang. Istriku tetap teguh di jalannya.

Lantaran itu kami cekcok kecil dan agak tegang-tegangan. Dan Ibuku sesigap satpol PP langsung menciduk anakku. Mungkin mengajaknya memberi makan si marmut atau kambing daripada menyaksikan kami cekcok di beranda rumah.

Aku menyusul Ibu ke kandang, kemudian. Benar, anakku sudah asyik dengan marmutnya. Aku tersenyum lega memandangnya. Ibuku lantas mengingatkan aku soal cekcok tadi.

“Kekerasan bentuk apapun akan merusak jiwa juga fisik anakmu loh, Le.”

Aku menunduk sambil menyimak. Ibuku terus berkata, “cara kalian cekcok tadi adalah pemandangan kekerasan. Dan tahukah kamu, kekerasan yang dialami atau disaksikan anak akan mempengaruhi mental anak. Kasihan anak-anak kalau harus menyaksikan pertengkaran orang tuanya, Nak. Nggak baik. Mata bening mereka jangan sampai menyaksikan potret buram macam itu. Perilaku kasar, misalnya, akan mereka rekam hingga dewasa. Kasihan kan?”

Aku mengangguk. Ibu menepuk pundaku. Sambil sesekali melambai-tangannya ke anakku yang melihat kami dari sibuknya bersama marmutnya.

“Anak yang menyaksikan kekerasan verbal atau fisik akan mudah depresi. Dia bisa jadi juga akan mencontoh perilaku tak terpuji itu kelak. Lihatlah orang-orang bermasalah di luar sana. Mereka masa kecilnya berlumur sumpah serapah, menyaksikan adu fisik atau makian saat orangtuanya berseteru.

Baca Juga  Dampak Pembelajaran Daring dalam Perkembangan Anak

“Jaga diri kalian. Tahan. Beri pengertian istrimu juga. Bagaimanapun kamu kepala rumah tangga harus jadi teladan mulia. Wajib sehat badan dan sehat hati.

“Orang tua harus bersusah payah demi kebahagiaan anak, Nak. Bukan sebaliknya. Rizkinya anakmu lewat kemurahan-kemurahan kamu dan istrimu. Kalian wajib berusaha keras demi cita-cita anakmu tercapai. Ajarkan karakter kebaikan. Didiklah dengan baik. Meski tegas namun tetap lembut. Memang anak banyak maunya. Namanya juga anak-anak. Tapi kita bisa menyelesaikan dengan hati jernih.

“Misalnya ajarkan anak membeli mainan tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi mintalah untuk memilihkan mainan yang akan diberikan pada teman atau saudaranya yang sebaya. Makanan pun begitu. Itu kita mendidik karakter suka menolong.”

“Apa anak harus dihadapkan pada kesenangan saja, Bu?” Kutanya.

Ibu mesem lalu menjawab, “kalau masih belum sekolah SD buatlah dia senang terus, Nak. Jangan sakiti dia. Nanti kalau sudah sekolah SD mulailah kenalkan dia pada sedikit tantangan dan kesukaran. Itu baik agar dia mandiri dan tak cengeng. Memang ada waktunya mendidik anak itu. Nanti kalau anakmu di-nyah-nyoh sampek kuliah bisa jadi dia jadi anak manja tak mandiri. Tapi bila sejak SD sudah bisa nyetrika bajunya sendiri insyaallah anakmu tangguh.

“Bila ada tugas sekolah biarlah dia menyelesaikan sendiri. Kamu dampingi saja. Bila gagal atau hasilnya tak bagus barulah kamu hadir meluruskan. Bahwa kehidupan memang demikian. Ada suka ada duka. Tak mungkin hidup hanya tertawa terus atau menangis terus.”

Aku memeluk ibu dan mengecup ubun-ubunnya. Ayah muda macam aku memang perlu banyak belajar jadi ayah. Tak mudah memang jadi orangtua. “Makasih, Ibu.” Ucapku. Ibu mesem manis.

Baca Juga  Gaya Pengasuhan Orang Tua Tentukan Kesuksesan Anak


Surabaya, 7/6/2020

Bagikan
Comments
  • Titik Iftitah

    Bacaan yg keren dan patut dibaca setiap orang tua

    Juni 8, 2020
Post a Comment