f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
Pola Asuh

Pola Asuh Keliru: Orang Tua Selalu Benar

Setiap anak memiliki kepribadian, kebutuhan, serta keunikan yang berbeda. Penting bagi orang tua untuk mencari tahu dan menyesuaikan pola asuh mereka dengan karakteristik unik dari setiap anak. Penggunaan gaya pengasuhan atau parenting style biasanya mengikuti seorang psikolog bernama Diana Baumrind. Adapun jenis pola asuh yang perlu diketahui, antara lain:

Pertama, otoritatif yang menggabungkan antara disiplin dan kehangatan. Dalam hal ini, orang tua memberikan batasan yang jelas, tetapi juga memberikan penjelasan dan alasan.

Kedua, otoriter yang menekankan agar anak melakukan kepatuhan dan kedisiplinan tanpa memberikan banyak penjelasan atau kebebasan kepada anak.

Ketiga, permisif dengan ciri orang tua lebih memanjakan anak dan memberikan kebebasan yang terlalu besar tanpa memberikan batasan yang jelas.

Keempat, uninvolved, yakni orang tua kurang terlibat dalam kehidupan anak dan tidak memberikan perhatian yang cukup.

Mengenal Pola Asuh Otoriter

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa pola asuh terhadap berpengaruh terhadap sikap anak. Misalnya, pada pola asuh otoriter mereka memiliki kontrol yang tinggi dan kurangnya keterlibatan anak dalam pengambilan keputusan nantinya akan berpengaruh terhadap sikap dan pskiologis anak. Sebaliknya, pada pola asuh demokratif yang menggabungkan keterlibatan anak dalam pengambilan keputusan dan dukungan emosional, memiliki hasil yang positif pada perkembangan anak.

Anak-anak yang tumbuh dalam pola asuh otoriter cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, rendahnya harga diri, dan kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Sementara itu, anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh demokratif akan lebih mudah untuk mengembangkan kemandirian, keterampilan sosial yang baik, serta memiliki kondisi psikologis yang lebih baik.

Hal ini menjadi dorongan bagi orang tua, pendidik, dan praktisi kesehatan mental mengenai pentingnya memahami dampak pola asuh terhadap anak. Pola asuh yang demokratif menjadi model yang lebih adaptif, mendukung perkembangan anak secara optimal, serta keberanian dalam menghadapi tantangan. Dengan demikian penting bagi peran orang tua untuk menerapkan pola asuh yang tepat bagi anak-anaknya.

Baca Juga  Soal Ngudang Bayi yang Tampak Tak Sepele
Dampak Negatif Jika Menerapkan Pola Asuh Otoriter

Pertama, kurangnya kepercayaan diri. Seorang anak akan merasa takut menghadapi penolakan jika harus mengungkapkan ide atau pendapat. Semakin lama, anak akan percaya bahwa dirinya tidak pantas untuk bisa berkontribusi lebih banyak terhadap sesuatu.

Kedua, kesulitan dalam beradaptasi. Biasanya hal ini terjadi karena pada saat di dalam rumah tidak punya banyak akses untuk melakukan sesuatu berdasarkan kehendaknya sendiri. Hal ini menyebabkan mereka sulit jika harus beradaptasi dengan lingkungan sosial yang lebih luas.

Ketiga, anak akan takut untuk terbuka dan bercerita pada orang tua karena khawatir terhadap penilaian atau hukuman. Jika terus menerus terjadi, komunikasi antara anak dan orang tua menjadi terhambat.

Keempat, pola asuh otoriter akan menyebabkan anak memiliki perilaku yang agresif. Hal ini terjadi karena kurangnya ruang bagi anak untuk bernegosiasi dan mengungkapkan emosi negatifnya dengan orang tua. Anak merasa tertekan sehingga bisa terjadi penumpukan emosi negatif yang bisa saja meledak dalam bentuk tindakan yang agresif.

Kelima, anak jadi mudah mengalami kecemasan karena tekanan yang terjadi secara terus menerus.

Keenam, anak akan sulit dalam mengambil keputusan karena terbiasa mengikuti perintah orang tua. Hal ini menyebabkan anak tidak banyak belajar dari kesalahan. Padahal anak perlu untuk membuat keputusan sendiri dan belajar dari kesalahan.

Pesan Untuk Orang Tua

Sebagaimana tugas anak adalah belajar, maka tugas orang tua jugalah belajar. Belajar memahami kondisi anak, mencari tahu apa pola asuh yang anak butuhkan, hingga melakukan hal-hal yang membuat anak tumbuh secara sehat, baik fisik maupun mentalnya. Dalam hal ini, terdapat beberapa hal yang mendukung agar emosional anak tetap terjaga dengan baik, yaitu:

Baca Juga  Belajar Budi Pekerti dari Sebuah Dongeng

1. Mendengarkan apa yang anak ucapkan tanpa adanya interupsi.

2. Menghormati pendapat anak yang meskipun orang tua tidak setuju terhadap apa yang dikatakan, namun tetap perlu menghormati apa yang menjadi pendapat anak.

3. Mengajarkan anak agar memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain dan dalam lingkungan sosial yang luas.

4. Tidak hanya hasil atau prestasi yang baik, memberikan pujian pada setiap proses yang anak lakukan juga menjadi penting untuk dilakukan.

5. Orang tua perlu menjadi contoh bagi anak-anaknya dalam berperilaku baik dan bertanggung jawab.

Menciptakan suasana aman dan nyaman ketika di rumah, menjadi tugas penting bagi orang tua. Boleh saja menetapkan aturan, namun tetap perlu mempertimbangkan sisi emosional anak. Misalnya, membuat batasan antara mana yang boleh dan tidak boleh, tetapi juga menunjukkan kehangatan dan kasih sayang dengan cara yang baik dan tepat bagi anak.

Bagikan
Post a Comment