f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
australia

Kiat Menghadapi Bullying Ala SD di Australia

Dahulu ketika masih duduk di kelas empat sekolah dasar (SD), anak bungsu pernah melaporkan perkelahian. Seorang teman perempuannya menjadi korban pemukulan. Hingga dia mengalami sesak napas lantaran ditinju pada bagian lehernya oleh teman laki-laki. Perkelahian tersebut berlangsung ketika jam sekolah telah usai.

Korban sontak menangis dan berlari menuju kamar mandi. Lehernya terluka, karena peniti pada kerudung lepas dan menggores kulit. Entah sudah keberapa kali, pemberitaan mengenai bullying/perundungan seolah tiada henti. Jika bullying sudah terjadi, artinya kita sudah terlambat. Sebab, ada kerugian yang muncul, baik dari pelaku, korban atau saksi. Oleh karena itu, hal ini menjadi tugas kita menuntaskannya bersama.

Sekilas Tentang Bullying

Bullying dapat diartikan sebagai tekanan berulang. Bentuknya bisa berupa fisik maupun psikologis dari orang/kelompok yang mempunyai kekuatanlebih terhadap mereka yang lebih lemah.[1] Tindakan memukul, menendang, merusak barang-barang milik korban, dan sejenisnya termasuk dalam kategori bullying fisik. Bullying jenis ini terlihat secara kasat mata, karena adanya sentuhan fisik.[2]

Sedangkan mengejek, menggoda, menghina, memfitnah, mengancam, dan sejenisnya tergolong dalam kategori bullying verbal. Tindakan ini termasuk penindasan yang sering terjadi di sekolah.[3] Memandang dengan sinis, mengucilkan, memelototi, memandang penuh ancaman, dan sejenisnya termasuk dalam kategori bullying mental. Sedangkan bullying di media sosial, yaitu cyberbullying bisa berupa menyebarkan kebohongan, mengirim pesan yang memicu permusuhan, dan sejenisnya.[4]

Bullying sangat mungkin terjadi di sekitar kita. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat sedikitnya ada 16 kasus bullying sepanjang bulan Januari hingga Agustus 2023. Tidak menutup kemungkinan jika di lapangan kasusnya lebih menggurita. Sangat disayangkan, dari jumlah tersebut bullying terbanyakjustru terjadi di tingkat sekolah dasar, yaitu sebesar 25%.[5]

Di seluruh dunia, satu dari tiga anak mengaku pernah mengalami bullying.[6] Tentu kita semua sepakat, sudah saatnya bullying, terutama di sekolah dasar dihentikan. Sudah semestinya sekolah menjadi tempat yang aman dan nyaman. Sehingga tumbuh kembang anak bisa diperoleh dengan maksimal. Sebab, bullying berdampak buruk bagi korban, saksi, sekaligus pelaku itu sendiri.

Baca Juga  Meramadankan Hidup
Budaya Saling Menghormati ala Australia

Pernah menonton tayangan kompetisi memasak Masterchef Australia? Ya, interaksi antara peserta dan juri menimbulkan decak kagum, misalnya komentar yang positif. Nyaris tidak ditemukan kata-kata bernada negatif. Masterchef Australia menyuguhkan atmosfer saling mengapresiasi dan menghormati orang lain. Silakan dibandingkan dengan tayangan serupa, tetapi versi Amerika. Kita bisa melihat perbedaan mencolok diantara keduanya.

Budaya menghormati dan mengapresiasi orang lain tentu bukan bentukan semalam jadi. Namun, sebuah hasil dari proses panjang yang dilakukan terus-menerus. Selama kurang lebih dua tahun bermukim di Australia, saya mengamati bagaimana budaya ini sudah ditumbuhkan sejak dini. Seperti mengucapkan tiga kata ajaib; tolong, maaf, dan terima kasih. Karenanya jangan heran jika mereka tegas, tidak ada toleransi pada bullying.

Ada yang menarik seusai saya menjadi volunteer program membaca nyaring. Saya mendapati seorang guru kelas preparatory di salah satu SD di Australia bertanya pada muridnya, “Siapa tadi yang menemanimu membaca, Hamim?”

Murid itu pun menjawab, “Pagi ini aku membaca cerita bersama seorang ibu berkacamata, tetapi aku tidak tahu namanya. Aku hanya ingat kalau dia bertubuh gemuk, besar, dan sedikit bau.”

Mendengar jawaban itu, tidak ada satu pun murid lain yang menertawakan. Guru tersebut lantas tersenyum. “Jelas sekali cara kamu menerangkan, tetapi bagi sebagian orang, mereka kurang nyaman dengan kondisi fisiknya. Bagaimana kalau kita sebutkan saja apa warna baju yang dipakainya?” Guru tersebut mendapat anggukan tanda setuju dari muridnya.

Apa yang dilakukan oleh guru tersebut tidak terlepas dari peran sebuah kebijakan. Setiap sekolah dasar di Australia wajib memiliki kebijakan dan kurikulum anti-bullying yang jelas. Kebijakan ini mencakup pemahaman mengenai apa itu bullying, bentuk bullying, serta langkah yang diambil ketika masalah ituterjadi. Prosedur pelaporan juga dibuat agar mudah diakses.

Baca Juga  Mendidik Anak untuk Menjadi Pembenci

Keseriusan sekolah juga tampak dengan adanya larangan anak bermain di playground yang bukan kategori jenjangnya. Selain itu juga dibentuk buddy programme di awal tahun ajaran baru yang dilakukan oleh kakak kelas. Alih-alih terjadi bullying, kakak kelas justru menjadi pendamping dan mengajarkan positive values yang telah mereka dapat dari guru. Inilah salah satu alasan mengapa sekolah dasar di Australia bisa digunakan sebagai role-model.

Standar Keamanan dan Pengawasan SD di Australia

Selain kebijakan dan kurikulum, Australia juga dikenal memiliki standar keamanan sekolah yang ketat. Sekolah harus memastikan bahwa lingkungan mereka aman dan bebas dari potensi bahaya fisik, psikologis, dan emosional. Pengawasan merupakan key-role dalam menutup celah terjadinya bullying. Sebab, bullying banyak terjadi di tempat-tempat dengan pengawasan minim.

Salah bentuk pencegahannya adalah dengan tidak membiarkan murid berada di kelas tanpa pengawasan langsung dari guru. Sebelum bel masuk berbunyi dan pada jam istirahat, pintu kelas selalu dalam kondisi terkunci. Beberapa guru piket bertugas mengawasi anak-anak ketika berada di luar kelas. Sehingga jika terjadi sesuatu, guru bisa cepat menangani. Bahkan ketika murid izin ke kamar mandi, mereka harus ditemani oleh seorang murid lain yang membantu mengawasi.

Selain itu, terdapat aturan dasar “golden rules” yang ditempel di dinding sekolah;

“Welcome all students and teachers to class, the playground, and the school.[7] Embrace everybody’s background and culture.[8]

Respect each other, your teacher, and school property.[9]

Be caring, sharing, and honest at all times.”[10]

Konon mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, bukan? Bukan tidak mungkin, strategi sederhana yang digunakan SD Australia dapat diterapkan di tanah air. Melalui langkah yang tepat, dukungan, dan kerjasama seluruh pihak, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan bebas bullying. Sudah waktunya bullying disudahi. Sebagaimana disebutkan Andri Priyatnya bahwa bullying itu problem! Maka sesuai dengan judul bukunya, “Let’s End Bullying!”[11]

Baca Juga  Bermain Tarik Ulur dengan Keinginan Anak
***

[1] Clayton North Primary School, Bullying and Harrashment Policy, https://www.claytonnorthps.vic.edu.au/uploaded_files/media/1583474446bullying_and_harassment_policy.pdf, diakses 15 Oktober, 2023, hal 1

[2] Kholifatul Husna Asri, Bullying is Not Cool: Mari Berteman Asyik Tanpa Mengusik, (Bandung: Indonesia Emas Group), hal 4

[3] Kholifatul Husna Asri, Op.cit., hal 5-6.

[4] Kholifatul Husna Asri, Ibid., hal 7

[5] Nabilah Muhammad, Kasus Bullying Sekolah Paling Banyak Terjadi di SEKOLAH DASAR dan SMP hingga Agustus 2023, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/08/07/kasus-bullying-sekolah-paling-banyak-terjadi-di-sekolah dasar-dan-smp-hingga-agustus-2023, diakses 15 Oktober, 2023, Hal tunggal

[6] Andri Priyatna, Let’s End Bullying: Memahami, Mencegah, dan Mengatasi Bullying, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010), hal 16

[7] Selamat datang pada semua penghuni di halaman, kelas, tempat bermain, dan gedung sekolah.

[8] Menerima latar belakang dan budaya setiap orang di sekolah.

[9] Menghargai teman, guru, serta fasilitas sekolah.

[10] Peduli, berbagi, dan jujur di sepanjang waktu.

[11] Andri Priyatna, Op.cit., halaman vii.

Bagikan
Post a Comment