f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
narsistik

Antara Narsistik dan Meyepelekan Orang Lain

Menjadi pribadi yang percaya diri tentu menjadi keinginan setiap orang. Namun dalam prosesnya, acap kali terkadang kita dibuat risih dengan sikap seseorang yang menganggap dirinya jauh lebih penting. Atau yang menganggap lebih hebat dan lebih baik, sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya seolah dianggap hanya seperti ‘remahan peyek’ yang tidak berharga. Tentu hal tersebut mengindikasikan adanya gangguan kepribadian yang membuat orang-orang disekitarnya tidak nyaman dan cenderung menghindar.

Dikutip dari laman Halodoc.com, gangguan kepribadian tersebut merupakan salah satu indikasi adanya gangguan narsistik atau narcissistic personality disorder. Orang yang mengidap gangguan ini memang mudah sekali menyepelekan dan meremehkan orang lain. Hal-hal yang disepelekan pun beragam mulai dari persoalan fisik, psikis, materi maupun imateri. Misal ketika seorang menganggap dirinya lebih berkompeten dalam tugas dan kewajiban tertentu dibandingkan yang lainnya. Sehingga ia dengan mudah mengatakan bahwa dirinya jauh lebih baik. Selain cenderung menyepelekan orang lain, penderita gangguan ini tidak suka dikritik, dinomorduakan dan tidak diistimewakan.

 Islam atau yang dalam hal ini Al-Qur’an telah banyak memberikan contoh perlunya mengakui dan menghargai orang lain serta tidak meremehkannya. Misal sikap bijaksana sang pemimpin dunia, penguasa Barat, Timur dan Utara pada saat itu yaitu Dzulqarnain. Di dalam surat Al-Kahfi dikisahkan bahwa setelah Dzulqarnain melakukan perjalanan dakwah dari Barat, Timur lalu ke Utara, di bagian terakhir ini ia dimintai tolong rakyatnya untuk membuatkan benteng yang kokoh guna menghalau masuknya Ya’juj dan Ma’juj ke wilayah mereka. Hal itu dilakukan mereka guna berlindung dari perilaku beringas kedua golongan itu. Dzulqarnain pun menolong mereka dan ia mengatakan sebagaimana dalam QS. Al-Kahfi ayat ke 95,

Baca Juga  Pendidikan Kespro dalam Islam

قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْماً 

Dzulkarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka”.

Dalam Tafsir Kemenag dijelaskan bahwa rakyat di wilayah utara ketika itu memiliki taraf kecerdasan di bawah rata-rata bahkan bahasa komunikasi di antara mereka pun tidak mudah dipahami. Akan tetapi Dzulqarnain dengan kerendahatiannya ia bersyukur kepada Allah atas segala karunia-Nya. Melalui juru bahasa mereka, Dzulqarnain memahami kebutuhan mereka dan ia pun bersedia menolong mereka dengan membuatkan benteng. Dalam Tafsir Al-Azhar disebutkan bahkan Dzulqarnain enggan menerima tawaran upah dari rakyatnya dan mengajak mereka untuk berpartisipasi membuat benteng.

Dari penjelasan ayat di atas, memberikan pelajaran bagi kita bahwa seorang raja terkemuka penguasa berbagai belahan dunia mampu menunjukkan sisi integritas, profesionalitas, tanggung jawab, dan inovasi dalam mengemban amanah. Ia mau menolong rakyatnya yang sedang kesulitan bahkan mengajak, mengajarkan, memandu dan mempercayakan pekerjaan membuat benteng kepada rakyatnya yang notabenenya memiliki taraf kecerdasan yang kurang. Artinya, ia tidak menyepelekan rakyatnya. Meskipun ia sendiri adalah sosok yang hebat bahkan ia mengajak rakyatnya bekerja sama menjadi orang yang sukses dalam menyelesaikan permasalahan mereka.

Oleh karena, ada beberapa hal yang perlu dipahami untuk meminimalisir  gangguan narsistik terutama dalam hal menyepelekan orang lain;

Pertama, sering-sering menyadarkan diri sendiri bahwa segala karunia dan kelebihan yang Allah Swt. berikan di samping karena usaha kita. Utamanya juga karena rahmat Allah Swt. Artinya bahwa semuanya adalah milik Allah SWT termasuk diri kita sendiri agar kita sadar diri. Hal ini juga yang dilakukan Dzulqarnain dalam mengakui kepemimpinannya bukan karena kehebatannya, akan tetapi karena rahmat dan karunia-Nya.

Baca Juga  Mencintai Diri Sendiri Tanpa Terjebak Narsisme

Kedua, mulai berusaha membiasakan diri untuk lebih banyak mendengar dan berbuat dari pada berbicara dalam rangka belajar menghargai dan mempertimbangkan perspektif orang lain. Selain itu juga perlu membiasakan menawarkan atau memberikan bantuan kepada orang lain. Hal ini juga seperti yang dilakukan Dzulqarnain dalam mendengarkan keluh kesah mereka melalui juru bicara.. Lalu tanpa banyak bicara, Ia memberikan bantuan cuma-cuma kepada mereka dengan membuat benteng pertahanan secara gotong-royong.

Ketiga, biasakan untuk memperhatikan diri sendiri yang dalam hal ini adalah sibuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan diri serta memaksimalkan potensi yang ada pada diri sendiri.

Keempat, biasakan diri untuk saling menasihati dan mengingatkan dalam hal kebaikan kepada siapapun yang dipercaya. Terutama ketika hati. perkataan, perbuatan atau tingkah laku menunjukkan adanya gangguan narsistik. Dalam menghadapi situasi ini, mintalah nasihat dan arahan kepada uastadz, alim ulama atau psikolog. Namun demikian, walaupun nampaknya gangguan narsistik sulit dihilangkan karena cenderung merasa selalu tidak ada yang salah pada dirinya, setidaknya tuntunan Al-Qur’an dapat menjadi motifator pokok dalam merubah dan memperbaiki keadaan tersebut selama ia berniat kuat untuk memperbaikinya. Wallahu a’lam.

Bagikan
Post a Comment