f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
berbakti

Seni Berbakti kepada Orang Tua

Lebaran tahun ini sudah berlalu. Di sebuah rumah besar terlihat seorang bapak sepuh yang masih saja bermuram durja hanya karena salah satu putrinya tidak mudik ke kampung. Kehadiran semua putra-putrinya di momen hari raya sangat ia dambakan. Meski sebagian besar anaknya berada di dekat sang bapak, tapi dirasa kurang lengkap jika ada satu yang berhalangan hadir.

Berhalangan hadir? Ya. Tentu ada banyak alasan mengapa tidak sempat mudik. Selain karena jarak yang lumayan jauh di luar pulau, sang putri kini memiliki beberapa anak yang masih kecil. Hal ini menjadi pertimbangan serius dalam perjalanan mudik lebaran tahun ini. Belum lagi harus ada persiapan yang cukup selama berada di perjalanan pergi hingga pulang kembali.

Setiap orang tua berharap anak-anaknya menjadi anak yang berbakti dan berakhlak mulia. Kelak hidup bahagia, berkecukupan dan mampu membahagiakan orang tua. Jika ternyata harapan untuk berjumpa tinggal harapan meskipun telah mengupayakan secara maksimal bukan berarti salah orang tua atau pun salah anak itu sendiri. Namun lebih karena situasi dan kondisi pada saat itu.

Perspektif: Anak dan Orangtua

Ada yang bilang anak sebagai investasi masa depan yang dapat menjadi tumpuan kala orang tua memasuki usia senja. Ada pula yang merasa anak merupakan titipan dari Yang Maha Kuasa dan orang tua wajib memperlakukan sebagaimana perintah Sang Penitip. Anak akan menjadi berwarna putih, hitam, merah atau warna-warna lain bergantung bagaimana pola asuh orang tua terhadap mereka di masa pertumbuhannya.

Jika suatu ketika anak-anak sudah dewasa, ketidakharmonisan hubungan antara orang tua dan anak adalah hal mungkin saja terjadi. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya komunikasi. Ada sesuatu yang anak tidak ketahui atau sebab-sebab lain yang sebenarnya dapat dibicarakan bersama. Kadang hanya karena hal yang sepele mampu menyebabkan hubungan antar keduanya menjadi renggang.

Baca Juga  Lepas

Hampir tidak ada orang tua yang meminta kembali atau meminta balasan yang sama persis dengan apa yang pernah ia berikannya pada anak. Sebesar apa yang telah dilimpahkan ke anak, anak tidak akan mampu membalasnya. Tidak akan mampu. Mulai dari rasa kasih sayang, perhatian, perlindungan dan semua kebutuhan di masa tumbuh kembang anak bahkan nyawa. Menjadi kewajiban bagi orang tua memberi dan anak berhak mendapatkan semua itu. Meski secara materi memang tidak sama orang tua yang satu dengan yang lainnya, tapi di mana pun orang tua akan berusaha memberikan yang terbaik untuk sang anak.

Tidak selamanya anak bergantung pada orang tua. Saat dewasa dan mampu berdikari ceritanya akan menjadi lain. Setiap anak memiliki karakter yang tidak selalu sama walau bersaudara. Bahkan yang kembar identik pun tak akan sama perangainya. Selain kepada Allah SWT, anak juga wajib berbakti kepada orang tua. Selalu hormat, menuruti nasehat, menjaga nama baik keluarga adalah salah satunya.

Bagi yang sudah berkeluarga, tak hanya berbakti kepada orang tuanya, tapi juga kepada mertuanya. Bahkan cara ini diyakini akan ditiru oleh putra-putrinya kelak bagaimana cara memperlakukan orang tua. Bukankah ada dua keuntungan? Di satu sisi berbakti ke orang tua tetap berjalan dan di sisi lain memberi contoh nyata pada anak-anak dengan teladan yang baik.

Dinamika Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga setiap anak tidak sama. Bila ternyata secara finansial boleh dikata lebih dari cukup, sudah tentu mampu membahagiakan orang tua dengan cara apa pun. Misalnya; menanggung seluruh kebutuhan mereka, mengajak jalan-jalan di dalam maupun luar negeri, mengajak haji atau umrah, memenuhi cita-cita orang tua yang sempat tertunda, selalu menjaga kesehatan mereka dan lain-lain. Termasuk juga memberi kesempatan untuk bertemu dengan sahabat-sahabat lama mereka yang rindukan.

Baca Juga  Cara Jitu Jalin Kedekatan Emosional dengan Anak (PART 2)

Sebaliknya jika kita kebetulan hidup pas-pasan, cukuplah kita dampingi, bantu memenuhi kebutuhan wajib mereka sesuai kemampuan karena mereka juga tahu sebatas apa yang kita bisa. Jika orang tua mau mengerti keadaan anak, mereka tak akan menuntut lebih hingga menyengsarakan anak. Namun bila orang tua menginginkan sesuatu yang lebih, sementara kita belum mampu memenuhi, alangkah bijaknya dibicarakan baik-baik tanpa harus menyakiti perasaan mereka.

Tidak semua anak memiliki kesempatan untuk mendampingi orang tua hingga lanjut usia. Ada yang sejak kecil belum pernah mengenal orang tuanya. Ada yang ingin berbakti secara total tapi kesempatan tidak ada karena tinggal berjauhan, tuntutan pekerjaan atau sebab lainnya. Jika demikian keadaannya, kita bisa mengoptimalkan perangkat masa kini yang ada. Bukankah ada telepon? Cobalah kita telepon secara berkala atau video call, pasti mereka bahagia serasa benar-benar bertemu fisik.

Bila suatu saat ada ibu atau bapak yang merasa kesepian setelah putra-putrinya menikah lalu jauh dari keluarga, wajar. Namun bila ada rasa sesal lantaran berpisah karena sang anak menikah, ini yang agaknya perlu menjadi perhatian. Bukankah menikah itu anjuran agama bagi yang sudah cukup umur? Demi kemaslahatan agar tak terjerumus dosa dan demi kebaikan-kebaikan lainnya.

Bagaimana agar orang tua tak merasa sepi setelah sang anak menikah? Hubungan harus tetap terjalin harmonis, minimal kirim kabar dan menanyakan kabar orang tua. Kita respon curahan hati dan keluh kesahnya. Syukur-syukur ada kesempatan mengunjungi mereka dengan jadwal tertentu.

Keberagaman Bentuk Bakti Anak

Ada banyak ragam dan cara anak dalam mewujudkan baktinya kepada orang tua. Tidak jarang kita jumpai sebuah pilihan sulit dan berat yang terpaksa dilakukan dengan berbagai pertimbangan matang. Terpaksa menitipkan orang tua di panti jompo kadang menjadi pilihan terakhir. Sembari berharap di panti lebih terjamin kesehatannya, asupan gizinya dan yang penting ada rasa bahagia berkumpul dengan teman-teman sebaya. Sekali lagi, beberapa anak terpaksa melakukan hal ini karena beberapa kendala dari berbagai kasus yang ada.

Baca Juga  Bergerak Bersama Kehidupan Baru: Manfaat Senam untuk Ibu Hamil (1)

Ada juga yang terpaksa resign dari pekerjaan di posisi sangat strategis dan mapan karena ingin merawat orang tua yang sakit menahun. Di sini bisa kita cermati bahwa tidak setiap anak mampu berbesar hati meninggalkan pekerjaan mapan yang sudah menghidupi keluarga bertahun-tahun. Dalam mendampingi orang tua, sudah pasti membutuhkan keikhlasan sebagai salah satu bentuk bakti yang mampu anak lakukan.

Jika ternyata orang tua kita masih ada berarti masih ada pula kesempatan bagi kita untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan di hari lalu. Kita bisa berbakti kepada mereka dengan cara kita tanpa mengabaikan kaidah agama. Seperti putri bapak di atas. Tidak bisa mudik bukan berarti dia tak mau berbakti. Bisa jadi dia terisak di setiap doa malamnya karena menahan rindu tak terkira pada orang tua yang jauh di sana.

Tinggal berjauhan bukan penghalang untuk berbakti karena ada banyak cara yang bisa kita lakukan. Paling tidak mereka tahu kita selalu ada untuk mereka dan akan tetap memperhatikan keberadaan mereka apa pun situasi dan kondisinya. Bertutur sapa lembut dengan air muka yang menentramkan hati ketika bicara dengan orang tua, termasuk hal paling ringan yang bisa kita lakukan di antara sekian ragam berbakti kepada mereka.

Editor: Nur Laila Oktavianingrum

Bagikan
Post a Comment