f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
keterbatasan

Memaknai Keterbatasan

Entah mengapa, beberapa hari ini ada dorongan kuat yang memaksa saya untuk mencoba membuka kembali laptop yang sudah beberapa lama ‘ndongkrok’. Sebenarnya bukan karena saya sedang malas menulis, patah hati, atau sedang tak ada ide untuk dituangkan dalam tulisan. Tetapi lebih karena kondisi laptop yang tidak lagi bisa diajak ‘lari’. Mungkin laptop ini juga merasa jenuh jika setiap dini hari saya mengajaknya curhat.

Akhirnya, awal pekan ini, saya niatkan kembali membuka laptop karena memang harus membuat lembar kerja dan latihan soal untuk anak les kelas 6 dan kelas 9 yang sedang menghadapi ujian sekolah. Dengan kondisi seadanya, kemampuan dan kecepatan ala kadarnya, saya menyapa kembali laptop uzur ini, “Hai you, be nice with me. I really need your help”. Setelah beberapa hari bercengkrama dan beradaptasi dengan beberapa tombol yang ‘sakit’, malam ini saya bisa bercerita kembali kepada laptop ini.

Erornya laptop sempat membuat saya jengkel. Secara, saya memiliki kebiasaan menulis dan tiba tiba harus terkendala dengan erornya laptop ini. Ingin hati mengganti dengan yang baru tapi apa daya, banyak hal yang harus diprioritaskan untuk mendapatkan pendanaan terlebih dahulu.

Tetapi kemudian, ketika tidak menulis, ada banyak hal lain yang akhirnya saya kerjakan sebagai pengusir rasa jengkel. Saya menjadi semakin iseng membuat materi iklan untuk bimbingan belajar yang saya kelola. Saya belajar membuat poster dan video dari beberapa aplikasi melalui gawai. Kemampuan merangkai kata beralih dari menulis ke poster dan vide =o iklan. Cukup asyik juga ternyata.

Selain itu saya juga semakin rajin juga berjualan makanan. Kebetulan sekali beberapa waktu lalu, bertepatan dengan bulan Ramadan dan lebaran. Momen yang tepat sekali untuk berjualan aneka makanan. Tanpa sadar, omset penjualan aneka makanan ringan dan makanan beku yang selama ini saya lakukan sambil lalu saja, bulan Ramadan dan lebaran ternyata mengalami lonjakan omset yang cukup signifikan.

Baca Juga  Anak Bermasalah, Jangan Hakimi Ibunya

Jujur saja, baru malam ini, di depan laptop ini, saya menyadari bahwa jika beberapa waktu kemarin saya tidak dipusingkan dengan laptop, mungkin saya tidak akan ‘nyemplung’ dan mempelajari hal baru yang ternyata sangat asyik dan menyenangkan. Apalagi mendatangkan cuan juga. Ha ha.

Saya jadi ingat ketika dulu saya mengalami kecelakaan yang akhirnya membuat saya harus meninggalkan pekerjaan di sekolah, melepas kebisaan dan kebiasaan berkendara sendiri, dan totalitas berada di dalam rumah. Saya jadi ingat bagaimana kondisi dan situasi saat itu benar benar memaksa saya untuk ‘diam’ dan tak berdaya apa pun untuk membantah.

Seandainya saat itu saya memaksa untuk tetap mempertahankan ego dan tetap ingin ‘berkarir’, saya mungkin masih ‘beredar’ di sekolah. Mungkin waktu, tenaga dan pikiran saya sangat tersita di sana dan tak ada ruang untuk berkreasi dan berinovasi membuat bimbingan belajar di rumah. Keputusan untuk menikmati keterbatasan, melakukan hal sederhana, apa pun itu, yang bisa dilakukan, dengan sepenuh hati dan pikiran, ternyata pada akhirnya akan menuai hasil yang terkadang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Sudah sewajarnya, ketika memiliki keterbatasan, seringkali kita merasa marah. Entah itu marah kepada keadaan, situasi dan kelemahan diri sendiri. Bahkan tak jarang pula kita mempersalahkan Tuhan yang telah memberikan cerita tidak enak pada perjalanan hidup kita. Merasa bahwa Tuhan tidak adil dan tidak fair.

Akan tetapi, marahnya kita, jengkelnya kita, protesnya kita, tak akan bisa mengubah cerita yang sudah Tuhan skenariokan untuk kita. Ada banyak perkara yang terjadi di luar jangkauan kita, tetapi parahnya kita merasa bahwa semua itu bisa kita kendalikan. Akhirnya kita memilih untuk memberontak, marah dan protes. Teatapi kemarahan dan protes kita tak akan mengubah apapun. Cerita yang harus kita jalani akan tetap seperti yang sudah dituliskan.

Baca Juga  Hidup dengan Berfokus pada Fleksibilitas dan Keterbukaan

Yang kita lakukan adalah tetap marah dan tidak mendapatkan perubahan apapun, menjalani keterbatasan itu apa adanya, atau menjalani keterbatasan itu sambil belajar beradaptasi (syukur syukur) dan mencari solusi. Pilihan tersebut ada di tangan kita sendiri sebagai pelaku cerita.

Kembali kepada keterbatasan yang saya miliki sebagai akibat dari kecelakaan tersebut. Salah satunya adalah kendala tak bisa berkendara sendiri. Harus selalu menunggu mereka yang bersedia saya repoti untuk mengantar saya kemanapun. Tetapi ternyata kendala ini menjadi salah satu faktor yang membantu terwujudnya impian saya memiliki bimbingan belajar di rumah.

Ketika para orang tua mengetahui bahwa saya tidak bisa mengajar di luar, dengan suka rela mereka mengantar anak anaknya untuk belajar di rumah saya. Dan itu membuka peluang besar untuk membuat orang datang dan mengetahui usaha bimbingan belajar yang saya dirikan. Pada akhirnya menjadi sebuah pilihan buat saya memanfaatkan peluang yang sudah tersedia ‘tanpa sengaja’ tersebut atau tetap ‘keukeh’ memprotes keterbatasan yang dianugerahkan Tuhan ini.

Yaa, memang tak semudah itu untuk berlapang dada menerima keterbatasan. Tetapi daripada berlelah diri jengkel dan marah, mungkin lebih baik menyimpan energi yang kita miliki untuk beradaptasi dengan keterbatasan.

Bagikan
Post a Comment