f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
hidup midnight library

Mensyukuri Hidup Bersama The Midnight Library

Midnight Library dan Keputusasaan

Midnight Library merupakan sebuah buku karya Matt Haig yang menceritakan tentang seorang gadis bernama Nora. Ia mengalami depresi dan keputusasaan yang menurutnya sudah tidak berarti. Pada suatu hari, kucingnya mati, kemudian ia gagal menikah, dipecat sekaligus dari dua pekerjaan, berjauhan dengan sahabatnya baiknya, dan kakak serta teman-teman satu bandnya mulai membencinya. Nora merasa sudah tidak lagi berguna bahkan untuk dirinya sendiri, sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hidup.

Namun, saat berupaya mengakhiri hidup, Nora justru terjebak di dalam perpustakaan tengah malam bersama seorang pustakawati. Perpustakaan itu beroperasi mulai pukul 00.00 tengah malam. Sehingga, perpustakaan itu mendapat julukan perpustakaan malam. Di perpustakaan itu, Nora harus membuat keputusan. Ia dihadapkan pada banyak kemungkinan yang berbeda dan mendapat kesempatan untuk mencoba kemungkinan yang dapat mengubah penyesalan dengan mencoba kehidupan lain. Kita menyebutnya universe lain. Namun tenyata, kemungkinan-kemungkinan tersebut tidak dapat mengubah apa yang memang seharusnya terjadi. Kita dapat memilih kemungkinan kehidupan yang kita suka, tapi tidak dapat menentukan hasil akhirnya. Karena, setiap keputusan akan menumbangkan keputusan lainnya.

Kita bisa memilih kehidupan seperti apa yang mau dijalani esok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, atau mungkin 10 tahun kemudian. Masih banyak waktu untuk bisa memilih menjadi ini dan itu. Kita punya waktu untuk usaha mencapai kehidupan yang kita inginkan. Namun, satu hal yang tidak bisa kita usahakan, yakni hasil akhirnya. Setiap yang datang, akan ada yang pergi, setiap ada yang dipelajari, ada yang dilupakan. Setiap apa yang kita usahakan, pasti akan ada sesuatu yang kita korbankan.

Nora dan Percobaan Kehidupan Lain

Nora memutuskan mencoba kehidupan lain untuk memperbaiki penyesalannya. Namun ternyata, percobaan itu justru memperkuat keinginannya untuk mati. Sampai akhirnya Nora mengerti bahwa ternyata ia mencari kemungkinan hanya untuk membatalkan penyesalannya, yang nyatanya tidak akan pernah batal. Kehidupan untuk memperbaiki penyesalan tersebut kebanyakan merupakan mimpi orang lain dan bukan mimpinya sendiri. Kemudian, Nora mulai mencoba melakukan banyak kehidupan berbeda. Perlahan ia mulai belajar bahwa hidup yang buruk tidak selamanya buruk. Akhirnya, ia tidak berusaha untuk mati, melainkan menerima bahwa tidak ada jalan keluar dari penderitaan.

Baca Juga  Hak Anak Atas Pendidikan

Dari kisah Nora, kita belajar bahwa kita tidak dapat mengubah masa lalu. Kita tidak dapat mengubah penyesalan. Hal yang dapat kita lakukan hanyalah menerima semua masa lalu yang memang terjadi kepada kita. Menerima berarti mengikhlaskan ketetapan takdir, baik kematian, kegagalan, dan lain-lain. Menerima semua penderitaan yang terjadi, tidak menyangkal, dan merasa segala sesuatu merupakan bentuk ketidak adilan dunia. Kehidupan yang menderita tidak selamanya akan menderita. Kehidupan yang buruk tidak selamanya buruk.

***

Kembali pada kisah Nora, dari sekian banyak kehidupan yang Nora coba pada akhirnya membuat dirinya tersesat, melupakan siapa dirinya, dan dunia aslinya. Ia tidak lagi merasa menyesali apa-apa. Dengan dibantu seorang pustakawati, kemudian ia menemukan sesuatu yang selama ini dilewatinya, yaitu kebaikan. Ia mengabaikan kebaikan-kebaikan kecil di dalam kehidupannya yang asli, karena rasa duka dan penyesalan yang terlampau kuat. Saat menjalani kehidupan bersama kebaikan yang pernah menghampirinya dulu, Nora mulai sadar bahwa ia ingin hidup. Kemudian ia berhasil keluar dari perpustakaan tengah malam itu dan mulai menjalani kehidupan aslinya yang ternyata banyak kebaikan dengan berbagai perspektif baru.

Dari sini, kita paham bahwa kita perlu mensyukuri setiap kebaikan kecil maupun besar yang hadir dalam diri kita. Mensyukuri setiap apa yang kita alami dalam hidup di dunia ini, menghargai semua yang hadir, yang ada, dan yang sudah disediakan. Sebab, kata pustakawati Nora “Terkadang hal yang sepertinya biasa-biasa saja, pada akhirnya akan membawamu pada kemenangan”.

“Apa yang terkadang terasa seperti perangkap, pada kenyataanya adalah tipuan pikiran”. Kita tidak membutuhkan kehidupan bahagia seperti orang-orang dengan rumah yang besar, jabatan yang tinggi, ketenaran, dan lain-lain. Kita hanya membutuhkan potensi. Potensi untuk menjadi bahagia dengan versi kita sendiri, bukan orang lain. Dan kita punya potensi-potensi itu. Meskipun kita menghadapinya dengan pergulatan bersama dunia, tapi nyatanya pergulatan itu adalah pergulatan dengan diri sendiri. Pergulatan yang akhirnya akan berbuah indah.

Baca Juga  Financial Planning : Hikmah Itaewon Class
Menikmati Kehidupan yang Kita Jalani Sendiri

Meratapi kehidupan yang kita jalani nyatanya lebih sulit dari pada meratapi kehidupan yang tidak kita jalani. Seringkali kita terinspirasi setelah mendengar panjang perjalanan seseorang yang sukses dan mengambil motivasi dari sana. Tanpa kita sadari, sebenarnya kita sendiripun telah melewati perjalanan panjang yang tentu saja berbeda dengan mereka. Terkadang tak apa untuk melihat kebelakang, agar kita tidak lupa kita siapa dan sudah sejauh mana kita berjuang dalam hidup.

Kita tidak bisa terus menerus mengunjungi semua tempat-tempat seminar pengembangan diri, bertemu semua orang-orang hebat yang menceritakan pengalaman-pengalamannya, mencoba melakukan segala pekerjaan, mencoba melakukan setiap permainan untuk tahu seperti apa rasanya kemenangan, ketentraman , kesuksesan ataupun kebahagiaan. Kita tidak perlu mendengarkan semua musik yang ada di dunia untuk memahami musik. Tidak perlu mencicipi semua makanan d idunia untuk tahu bagaimana menikmati makanan enak. Kita hanya perlu menikmati hidup yang ada di depan kita. bukan menikmati hidup sesuai dengan standar orang lain.

Nikmat Menjadi Diri Sendiri

Kita hanya perlu menjadi kita. Menjadi satu orang. Tidak perlu menjadi segalanya untuk mendapatkan segalanya. Kita yang satu ini pun sudah tak terbatas potensinya, selagi kita masih bernafas, selagi kita mau memiliki dan mengusahakan masa depan versi diri kita yang spesial ini dengan beribu-ribu kemungkinan yang akan terjadi.

Sebagai penutup tulisan, sedikit kata-kata yang Matt Haig tulis untuk pembacanya, “Marilah kita bersikap baik seperti kepada orang-orang dalam eksistensi kita sendiri. marilah sesekali mendongak dari tempat kita berada. Karena, di mana pun kita kebetulan berdiri, langit di atas terbentang luas tanpa batas. Hari ini, hidupku yang kacau tampak penuh harapan. Tapi, akankah hidupku secara ajaib bebas dari rasa sakit, putus asa, kesusahan, kesepian, dan depresi? Tidak. Tapi, akankah aku ingin hidup? Ya. Ya. Seribu kali, ya.”

Editor: Naufalul Ihya’ Ulumuddin

Bagikan
Post a Comment