f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
duel

Rencana Duel yang Berakhir Ambyar

Banyak cara bagi para lelaki membuktikan “kelaki-lakiannya”. Salah satunya dengen duel alias berkelahi. Ya, duel menjadi pilihan paling klasik lelaki, bahkan sejak masa kanak-kanak mereka. Yang jadi pangkal persoalan pun beragam alasannya. Dari hal sepele saling tatap mata, cemburu buta hingga terusiknya harga diri menjadi sebab terjadinya duel dadakan antara dua pihak yang tak saling mengenal maupun teman sepermainan.

Dan sepertinya di era 4.0, duel yang diinisiasi dari satu pihak maupun kesepakatan dua pihak masih menjadi alternatif pelampiasan adrenalin pelakunya maupun penontonnya–baik yang dikemas dalam bentuk hiburan, olah raga maupun duel tak resmi. Buktinya tiket-tiket duel olah raga bela diri maupun duel hiburan artis-artis laku keras akhir-akhir ini.

Dulu saat saya masih usia SD pernah pula terlibat duel–yang sebenarnya bukan saya yang memulai. Namun, prinsip saya dahulu jika ada yang memulai pantang tersurut langkah. Ibarat kata para jawara Betawi, “Lu Jual Gua Beli!”

Entah apakah saya cukup bersyukur atau menyesali perbuatan di masa lalu tersebut. Yang pasti saya memenangkan duel bermodalkan ilmu beladiri tingkat dasar yang saya kuasai. Bisa Saudara bayangkan suasana emosional batiniah saat seorang baru belajar bela diri, sungguh butuh pembuktian tak hanya teori dan latihan, apalagi kalau ditantang lebih dulu.

Selain bela diri yang benar-benar menguji fisik, ada pula duel ilmu non fisik alias tenaga dalam. Tak jauh beda dengan duel bela diri fisik. Sama-sama dua orang berhadap-hadapan beradu ilmu, Bedanya cukup dari jarak jauh tanpa harus menyentuh satu sama lain.

Saat ini, duel-duel sejenis baik fisik maupun non fisik, sangat mudah kita saksikan tak kenal ruang dan waktu. Semua dimudahkan dengan adanya media sosial, sebut saja Youtube. Betapa mudahnya kita temukan video-video duel baik fisik maupun non fisik seperti sebut saja duel melawan dukun santet. Bahkan disiarkan secara live streaming oleh pemilik akun.

Mungkin Saudara mengenal Youtuber spesialis pembasmi dukun santet, Kang Ujang Busthomi. Selain Ujang Busthomi, beberapa channel sejenis cukup marak, sebut saja channelnya Ustadz Nasihin, Gus Samsudin, Gus Idris, dan lain-lain. Kalau penasaran, cari saja di Youtube, ya Bestie.

Baca Juga  Memahami Anak yang Pamit ke Sekolah Tetapi Tidak Pernah Sampai

Lagi-lagi saat menonton duel pendekar tenaga dalam tersebut mengingatkan saya saat masih remaja.  Saya pun hampir mengalami duel tenaga dalam dengan seorang teman sekelas. Ya, kita sudah siap berduel tenaga dalam bak dua pendekar dunia persilatan saja layaknya.

Begini awal mulanya.

Saat itu di akhir tahun 80-an, suasana kelas baru saja masuk kembali setelah istirahat siang. Tak berapa lama teman pria sekelas saya, sebut saja Fulan, mulai berbicara keras dan berteriak tak ada juntrungan. Sebelumnya memang sempat saya dengar, si Fulan baru saja mendapatkan ilmu tenaga dalam dari temannya.

Namanya anak remaja, baru dapat ilmu seujung kuku, jumawanya sudah seperti berandalan. Saat si Fulan mendekat ke meja saya, ia pun mulai berteriak-teriak kembali tak ada sebab. Saya pun sudah tak tahan.

Meja pun saya gebrak. “Braaak!”. Ia pun kaget bukan kepalang. Begitu juga saya. Tak menyangka, saya yang selama ini pendiam mampu juga menggebrak meja, hahaha. Rasanya plong sekali.

“Apa maksud kau menggebrak meja di depanku?” tanyanya pelan. Saya pun tak menduga, mengapa raut mukanya tidak murka. Mungkin ia masih heran selama ini saya diam. Saya pun balas menjawab tanpa tedeng aling-aling,”Kita duel, cari tempat!”. Ia terhenyak. Teman-teman sekelas terperangah.

Setelah teman-teman bubar satu persatu, kami pun sepakat menentukan waktu duel: Kamis Malam Jum’at. Hari sakral dan dianggap keramat di semesta horor dan supranatural. Pas! Ya, hari duel pun sudah ditentukan. Besok malam ternyata. Si Fulan janji menjemput. Deal!

Malamnya saya pun mulai “menyiapkan” diri. Berbagai zikir dan wirid yang sudah biasa saya lafalkan dan dawamkan saya baca kembali tak putus. Tak lupa kalung dan cincin anti santet turut melengkapi “pagar” badan saya bagian luar. Siap tempur dan siap duel pokoknya.

Waktu menunjukkan pukul 12 malam. Tak lama bunyi motor si Fulan mulai terdengar di teras rumah saya. Ia kaget menyaksikan penampilan saya yang sudah tampak bak Si Pitung, meski tanpa golok.

Baca Juga  Warung Bakso P-4
*

“Woww! Sudah siap nich?,” tanyanya. “Siaplaah!,” jawab saya tegas. Herannya, kami tetap akrab. Saya duduk dibonceng. Motor pun berjalan lambat menuju lokasi duel.

Sepanjang jalan, si Fulan mengajak ngobrol. Ia bertanya kabar dan dari mana saya mendapatkan ilmu. Saya mulai bertanya dalam hati, kenapa jadi kepo? Agar tak terlalu kaku, saya pun menjawab satu demi satu pertanyaannya. Mulai dari menemukan guru tenaga dalam hingga “pengisian” dan latihan-latihannya.

Meski bingung membuncah dalam fikiran, saya tetap meladeni pertanyaan-pertanyaan lanjutannya. Tak terasa satu jam sudah terlewati. Lokasi duel sudah tampak dari kejauhan.

Kami pun memilih tempat paling gelap untuk lokasi duel. “Pagar badan” sudah saya pasang sejak dari rumah. Namun pemandangan kontras saya saksikan dalam diri si Fulan. Ia terlihat ogah-ogahan menyiapkan diri. Lalu saya pun bertanya,”Ayoo!”.

Ia menatap tak semangat. “Kita pulang saja, ya?,” pintanya. Ealaaah, gumam saya dalam hati. “Batal, nih?,” tanya saya memastikan. “Iya,” jawabnya. “Ya, sudah kalau gitu,” jawab saya balik sambil otak terus mereka-reka alasan ambyarnya duel.

Kami pun beringsut menjauh dari lokasi duel tersebut. Ambyar sudah duel tenaga dalam yang saya bayangkan. Sayangnya dulu saya belum kenal Youtube, hingga kejadian yang hampir mengegerkan dunia tenaga dalam tersebut tak sempat diabadikan, hahaha.

Esoknya beberapa teman menanyakan hasil “duel”. Saya pun menceritakan apa adanya. “Begitu doang?,” ujar teman saya tak percaya. Yang lain pun masih menunjukkan muka kurang puas. “Yaachhhh,” ungkap mereka bersamaan.

Namun setelah kejadian “duel” ambyar malam itu si Fulan berubah sikap ke saya. Ia menjadi hormat dan segan luar biasa. Setiap menyapa, selalu penuh respek. Dan yang pasti kelakuannya sudah berubah tak lagi arogan berteriak-teriak tak karuan di kelas. Malah suka menawarkan bantuan kepada yang lain, khususnya ke saya, ramahlah pokoknya. Syukurlah.

Baca Juga  Ayah: Sejuta Kerinduan Untuknya

Saya pikir saat itu, kadang-kadang ketika ada orang sombong harus dibalas sombong biar dia jera. Kalau kita diam malah semakin menjadi sombongnya. Tapi pendapat saya ini sangat bisa didebat, ya. Kebetulan saat itu situasinya sangat terasa sekali pasca ambyarnya duel.

Oya, ada yang tertinggal saya ceritakan, saya teringat kembali bahwa malam itu sebelum berangkat, saya memang sudah sempat “mencabut” ilmunya jarak jauh. Saya hanya mempraktekkan salah satu sub bagian ilmu.

Sebenarnya kalau dipikir saat ini saya juga bingung apakah karena ilmunya sudah dicabut sehingga hilanglah keinginan duel si Fulan ke saya. Saat saya mencabut ilmunya kala itu, hanya keyakinan keberhasilan saja dengan cara membayangkan seperti diajarkan guru saya.

Belakangan saya sadari bahwa kasih sayang Allah-lah yang membuat kami tak jadi berduel saat itu. Bayangkan, sama-sama teman satu kelas? Entahlah kalau sampai terjadi. Apalagi kami pergi hanya berdua ke tempat yang sunyi dan gelap. Bisa jadi setan sudah siap-siap mengompori dan memanas-manasi darah muda kami. Qodarullah tak jadi. Rencana Allah lebih indah untuk kami berdua.

Itulah kejadian masa lalu saat adrenalin masih mudah terpicu dan emosi gampang terpacu. Saat masa mencari pekerjaan pasca lulus kuliah, saya sudah lepaskan semua itu dengan ruqyah seorang ustaz di Jakarta bersama bapak dan adik lelaki saya-tak lama setelah wafatnya ibu saya tercinta.

Saya merasa sudah “polos” kembali pasca ruqyah tersebut. Begitu yang diucapkan sang peruqyah. Tak ada keinginan duel-duel lagi jika ada yang mancing-mancing emosi. Sabar dan berusaha bermanfaat bagi banyak orang. Begitu yang saya ikhtiarkan hingga kini.

Bagi saya, cukup Allah menjadi penolong dan penjaga diri ini dan anak istri. “Hasbunallah wani’mal wakiil ni’mal mawla wa ni’man nashiir (Cukuplah Allah sebagai tempat diri bagi kami, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami). Wallahu a’lam.

Bagikan
Post tags:
Post a Comment