f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
kebenaran

Mengajak Kebaikan dan Kebenaran dengan Cara yang Baik dan Benar

Kita tahu, bahwa Nabi Muhammad Saw. terlahir dari suku yang terpandang di suatu wilayah yang disebut dengan kota Makkah. Di kota itulah Nabi Muhammad Saw. diasuh dan dibesarkan. Sejak usia kira-kira seumuran anak sekolah dasar, Nabi Muhammad Saw. pernah diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib.

Abu Thalib ini berjasa kepada keponakannya. Merawat dan mendidiknya menjadi pribadi yang jujur dan amanah. Pamannya ini, menjadi salah satu paman yang beriman kepada keponakannya itu setelah beliau diangkat oleh Allah menjadi nabi dan rasul-Nya. Selain Abu Thalib, Nabi Muhammad memiliki paman yang bernama Amr bin Hisyam atau yang lebih dikenal sebagai Abu Jahal. Dia sangat membenci dengan ajaran yang didakwahkan oleh keponakannya sendiri, tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi Muhammad Saw.

Dalam menyebarkan kebenaran dan kebaikan Nabi Muhammad Saw. sangat mendapatkan tekanan dan perlawanan dari suatu kelompok yang dipimpin oleh pamannya sendiri, yakni Abu Jahal. Ia sangat menolak dan menentang ajakan dari keponakannya untuk beriman kepada Allah Swt.

Di sisi lain, ada juga tetangga sekaligus pamannya Nabi Muhammad yang lain, yang sama-sama membenci nabi, yaitu Abdul ‘Uzza atau yang sering dikenal dengan sebutan Abu Lahab. Ia memiliki anak laki-laki bernama ‘Utbah yang pernah menikahi Ruqayyah binti Muhammad, putri Nabi Muhammad Saw. yang diceraikan oleh ‘Utbah atas perintah dan desakan Abu Lahab.

Kebebasan dalam Memilih Agama

Di antara sekian banyak hal yang menjadi salah satu hak asasi manusia paling mendasar adalah meyakini sebuah keyakinan. Payung hukum tentang kebebasan dalam berkeyakinan, khususnya di negara Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang pasal 29 ayat 2. Kita boleh mengajak orang untuk mempercayai atau meyakini apa yang kita yakini, tetapi kita tidak bisa dan tidak boleh memaksanya. Berdakwah dengan paksaan juga bertentangan dengan sebuah dalil di dalam Al-Qur’an.

Baca Juga  Seni Menguasai Diri Ala Imam Al-Ghazali

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sungguh engkau tidak akan dapat memberikan hidayah (menjadikan iman) terhadap orang yang sekalipun engkau sayangi, tetapi Allah memberikan hidayah kepada orang yang Dia kehendaki.” (QS. 28:56)

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim R.a., dan sanadnya telah sampai ke sahabat Rasulullah yang bernama Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa menjelang wafatnya Rasulullah Saw., beliau bersabda kepada pamannya (Abu Lahab): Katakanlah, laailahaillallah, agar aku dapat bersaksi dengannya untukmu di hadapan Allah. Namun ia menolaknya, maka Allah menurunkan ayat di atas. Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberikan hidayah kepada orang yang sekalipun engkau sayangi dan kasihi.

Hidayah merupakan hak prerogatif Allah. Dalam berdakwah kepada sesama teman atau orang lain, kita hanya dapat mengajak tetapi tidak bisa memberikan hidayah di hati mereka. Memeluk keyakinan yang dipaksakan hampir seperti cinta yang dipaksakan. Apabila sebuah cinta dengan hasil paksaan akan berakhir dengan duka dan air mata. Tidak ada kebahagian karena dirinya menjalaninya tidak ada keikhlasan dan ketulusan hati. Tidak akan memperoleh manfaat yang alami. Memeluk suatu agama seharusnya dilandasi dengan ketulusan hati, sebab jika tulus memeluk agama dengan ketulusan jiwa dan disertai keyakinan yang kuat akan memercikan keimanan yang teguh.

Meski Benci, Harus Tetap Bersikap Adil

Pada sebuah ayat dalam surah al-Maidah ayat ke-8, Allah telah menyampaikan firman-Nya.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap suatu kaum mendorong kalian untuk berbuat tidak adil.”

Hampir semua orang yang beragama Islam mengaku mereka mencintai Allah dan Rasulnya. Tetapi, tidak begitu banyak yang berusaha mengikuti jejak langkah nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah. Tanda orang beriman dengan teguh ia akan menjalani segala macam bentuk peribadatan dengan seksama, tekun dan bersungguh-sungguh. Lalu buah dari kesungguhan dalam beribadah adalah tidak pernah melakukan kekerasan dalam bertindak.

Baca Juga  Ramadan Tiba, Bagaimana dengan Bacaan Al-Qur’an Kita?

Sebagai pengingat kembali bahwa Allah menciptakan manusia dan menjadikannya berbeda-beda baik secara individu maupun kelompok. Hal tersebut merupakan sebuah kenyataan klasik normatif yang tidak bisa disanggah lagi kebenarannya. Dalam era globalisasi ini, berinteraksi dan bekerja sama dengan semua golongan merupakan kewajaran yang tidak terhindarkan. Bahkan menjadi rutinitas sehari-hari.

Jika kita ingat mengenai perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw., waktu itu beliau dikejar-kejar oleh para musuh. Kemudian beliau mengirim surat ke seorang raja yang bukan pemeluk agama Islam, isi surat tersebut menyatakan bahwa beliau meminta ijin agar diperkenankan untuk tinggal sementara waktu di wilayah kekuasaan raja tersebut. Lalu bagaimana sikap raja tersebut? Raja tersebut justru memberikan perlindungan agar Nabi Muhammad dan para pengikutnya agar tidak diganggu oleh para kaum kafir.

Islam sebagai agama besar dan pembawa kedamaian telah memberikan bekal kepada pemeluknya agar bergaul dan beriteraksi di segala zaman yang berbeda. Al-Quran begitu banyak membekali ajaran dan tuntunan agar mencari titik temu terhadap beberapa kelompok untuk mencapai kebaikan bersama. Al-Qur’an memberikan penjelasan dalam surah al-Mumtahanah ayat ke-8:

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Ayat di atas secara jelas memberikan petunjuk bahwa sebagai seorang muslim harus siap hidup berdampingan dengan manusia lain yang berbeda agama. Terutama di negeri kita ini yang benar-benar majemuk penduduknya. Orang yang berpegang teguh dengan Al-Quran dan memahami makna-makna ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an; niscaya akan bertambah imannya. Bukti keimanannya bertambah teguh itu bisa dibuktikan dengan tidak menjustifikasi terhadap orang atau kelompok yang tidak sepaham dengan dirinya.

Bagikan
Post a Comment