f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
peran

Lebaran dan Rekonstruksi Peran (Suami-Istri)

Pada lebaran hari kedua, usai jalan pagi, ada 3 orang bapak-bapak sedang mengobrol seru banget sambil berjemur. Keintiman obrolan mereka harus segera berakhir, terinterupsi oleh kepamitan salah satunya.

“Maaf, harus pamit dulu nih. Saya kebagian nyuci pakaian pagi ini”. Kata Om Saputra.

Tidak lama kemudian, Pakde Hari yang dari tadi menenteng tas belanjaan, juga berpamitan:

“Saya juga pamit ya…harus segera nganter belanjaa. Bude sudah menunggu dari tadi. Saya masih harus nyapu, ngepel dan jemur cucian pagi ini” 

Saya pun harus bergegas pulang, lalu bersiap mengantar istri belanja buah dan seterusnya…

Pada hari-hari biasa, obrolan mereka bisa berlanjut tanpa batas waktu, karena tidak ada pekerjaan ekstra di rumah. Begitulah potret kesibukan para suami di hari Lebaran. Ia telah merubah semuanya.

Konstruksi Peran

Dalam pasangan rumah-tangga, tentu ada pembagian peran dan fungsi di antara suami-istri. Pembagian peran itu akan dipengaruhi oleh cara pandang berdasarkan nilai dan prinsip dalam relasi suami-istri yang terbangun selama ini. Misalnya, ada yang berpandangan, bahwa istri adalah ibu rumah tangga. Ia hanya bertugas melakukan pekerjaan domestik. Sedangkan suami, adalah kepala rumah tangga. Ia akan berperan sebagai pencari nafkah utama. Apakah itu berarti juga, bahwa semua keputusan dalam rumah tangga akan selalu bermuara kepada suara tunggal sang pemimpin?.

Pandangan seperti itu bisa berdasar pada banyak alasan. Bisa oleh pengalaman di internal keluarga (dahulu), pengetahuan, hingga tafsir terhadap ajaran agama yang ia yakini. Bisa juga oleh doktrin ajaran yang berdasarkan pada mitos budaya, serta nilai luhur nenek moyangnya. Pelanggaran terhadap nilai tersebut, akan dinilai sebagai perbuatan tidak pantas dan nista.

Pada sisi lain, ada sekelompok orang yang berpandangan beda. Menurutnya, pola relasi suami-istri, tidak ada yang baku dan berkebenaran tunggal. Ia pasti bisa berlaku bagi setiap pasangan. Dalam pandangannya, apapun peran yang akan diemban oleh masing-masing pihak, haruslah didasarkan pada kesepakatan bersama. Musyawarah dan mufakat adalah prasyarat utamanya. Mereka meyakini, bahwa pembagian peran di dalam rumah tangga yang selama ini ada, adalah hasil konstruksi manusia. Oleh karena itu, tidak ada yang sacral, mutlak dengan pilihan apapun.

Baca Juga  Merawat Fitrah Bercinta di Era Pandemi

Setiap pasangan boleh saja membuat kesepakatan baru. Mereka bebas menentukan pilihan terbaik untuk dirinya. Pola ideal yang sudah pas menurut orang lain, belum tentu berlaku sama untuk dirinya. Begitupun sebaliknya. Untuk itu, sebaiknya tidak menggunakan standar dirinya, untuk menilai kualitas pola relasi pasangan lain. Karena ia hanyalah konstruksi manusia, maka, siapapun juga tidak boleh mengeneralisasi. Yang mutlak setiap orang lakukan adalah menghormati pilihan orang lain.

Landasan Kesadaran

Para bapak bertiga yang sedang asyik ngobrol tadi, sudah bisa menjalani pekerjaan domestik, yang sering diasumsikan sebagai pekerjaan istri. Kami melakukannya dengan suka cita, tanpa beban, dan tetap bahagia. Soal hasil ?. Pasti tidak sebaik PRT lah ya…. Mereka memang profesional di bidang itu.

Saya berusaha mengingat-ingat, dari mana akar kesadaran kami itu muncul ya ?

Pemahaman atas tafsir Agama? Seingat saya, guru-guru agama saya, baik di sekolah dan pesantren dulu, tidak pernah mengajarkan tentang praktik berumah-tangga hingga detil ya. Pesan paling sering disuarakan saat momen pernikahan, biasanya sangat standar. Bahwa laki-laki, adalah “pemimpin” dalam berumah tangga. Belakangan, saya punya tafsir sendiri tentang konsep kepemimpinan dalam rumah tangga. Pemahaman keagamaan saya menegaskan, bahwa saya tidak akan menempatkan istri sebagai sub-ordinat dalam rumah tangga. Hak dan kewajiban kami sama dan bernilai setara.

Ajaran orang tua ? Sejauh ingatan saya, bapak-ibu saya tidak pernah mengajari tentang bagaimana seharusnya berumah tangga. Bapak meninggal usia 68, tanpa sakit. Hingga usia itu, dia masih selalu mencuci pakaian dan menyetrika sendiri (jika sempet). Untuk urusan makan, bapak tidak pernah dilayani ibu atau orang lain. Dia akan mengambil sendiri apa yang terhidang di atas meja makan. Jika tidak ada yang pas, ia bergegas ke warung atau ke pasar. Sangat simpel. Bapak biasa menyapu rumah sekedarnya. Saat melihat rumah berantakan, ia tidak pernah meminta ibu membereskannya. Bapak sangat paham, bahwa anak-anaknya banyak. Ibu sudah cukup lelah karena seharian ada di pasar. Selalu ada permakluman. 

Baca Juga  Laki-Laki dan Perempuan Setara Berperan dalam Pernikahan

Pengaruh tempat kerja? Sepertinya, ini yang berkontribusi besar pada penanaman nilai dan prinsip keadilan dan kesetaraan sesama manusia. Ia mampu membentuk pemahaman saya dengan cukup kuat. Dari tempat kerja, saya telah menemukan kenyataan yang sulit terbantahkan.  Bahwa perempuan, mampu memiliki karakter kepemimpinan yang kuat dan tangguh. Bahwa jenis kelamin, tidak berpengaruh terhadap kualitas kepemimpinan. Ia tidak terbedakan dengan laki-laki. Bagi saya, salah satu pembeda paling nyata adalah gaya berpakaian dan bentuk tubuh saja. Itu pun hanya dari penampakan ciri fisik. Soal adab, sifat, karakter, sama saja.

Kehormatan Manusia

Pekerjaan di dalam rumah tangga, tidak mengenal jenis kelamin. Apapun jenisnya, ia harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Siapapun yang melakukanya, itu adalah bentuk tanggung jawab kemanusiaan. Ia akan menjadi standar dan parameter untuk menakar kehormatan dan kemuliaan manusia. Kenistaan adalah bagi mereka yang mengabaikanya.

Lebaran, ketika PRT harus pulang, berlibur dan beristirahat, adalah momentum baik untuk menumbuhkan kesadaran ekstra, melatih kelapangan jiwa, dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang (mungkin) selama ini terabaikan. Selamat meraih kesempurnaan sebagai manusia. (AJH)

Bagikan
Comments
  • P@T

    Begitulah peran dalam sebuah keluarga. Memang hrus dibagi agar seimbang. Mantull n teruslah menulis

    Mei 8, 2022
    • Ahsan jamet.hamidi@asiafoundation.org

      Terimakasih atas dukungannya ya

      Mei 8, 2022
  • Muhtar shodiq

    Konsep tanggung jawab bersama justru ada dlm konteks masyarakat baru, entah di desa entah di kota, berjalan sesuai kebutuhan dan pemikiran yg lebih rasional

    Mei 8, 2022
    • Ahsan jamet.hamidi@asiafoundation.org

      Terimakasih ya

      Mei 8, 2022
  • Yeti Moen

    Kreatif , Produktif dan kerren

    Mei 9, 2022
Post a Comment