f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
perempuan

Perempuan sebagai Garda Terdepan Agenda Perdamaian Dunia

Saya rasa sebagian besar dari kita belum lupa dengan kasus penyerangan Mabes Polri yang terjadi pada tanggal 31 Maret 2021 silam. Insiden yang terjadi pada sore hari itu berakhir dengan kematian pelaku penyerangan di lokasi kejadian. Pelaku bernama Zakiah Aini itu merupakan seorang perempuan berusia 25 tahun asal Jakarta Timur, dan berdasarkan hasil temuan aparat kepolisian, diketahui bahwa perempuan yang dijuluki “lone wolf” merupakan seorang simpatisan ISIS.

Penyerangan yang Zakiah Aini lakukan menambah panjang daftar keterlibatan perempuan dalam tindakan ekstremisme selama beberapa waktu terakhir. Dua hari sebelum ia melancarkan aksinya, seorang perempuan telah terlebih dulu meregang nyawa bersama suaminya sebagai pelaku bom bunuh diri di pekarangan Gereja Katedral Makassar. Sementara itu, pada tahun 2018, Puji Kuswati menjadi pelaku bom bunuh diri di GKI Diponegoro Surabaya bersama dua orang putrinya. Insiden mematikan tersebut merupakan bagian dari rangkaian kasus pengeboman Surabaya 2018 yang terjadi di lima tempat berbeda pada tanggal 13-14 Mei 2018. Puji Kuswati juga disebut-sebut sebagai perempuan pelaku aktif terorisme pertama di Indonesia. Dua tahun sebelumnya, ada Dian Yuliana Novi yang hendak meledakkan diri bersama “bom panci” rakitan suaminya di Istana Negara, tetapi rencana tersebut berhasil digagalkan oleh aparat.

Sejarah Keterlibatan Perempuan dalam Terorisme

Awal mula partisipasi aktif perempuan dalam gerakan radikalisme dapat ditarik mundur setidaknya sampai pada tahun 2005. Pemimpin jaringan Al-Qaeda Yordania pada masa itu, Abu Mus’ab Az-Zarqawi, mengizinkan perempuan mengangkat senjata dan turut terlibat dalam upaya jihad. Keputusan tersebut merupakan cara bagi Abu Mus’ab untuk mempermalukan laki-laki yang enggan berjihad. Ia memanfaatkan persepsi peran gender tradisional di mana perempuan dipandang lebih inferior dan submisif daripada laki-laki, sehingga laki-laki seharusnya merasa malu apabila perempuan berani berjihad sementara mereka tidak. Jaringan ISIS juga membuat kebijakan serupa sejak tahun 2017 dengan menekankan bahwa perempuan Muslim memiliki tanggung jawab mendampingi para pejuang dengan berbagai cara.  

Baca Juga  Erich Fromm dalam PKKMB

Di Indonesia, riset oleh Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) menemukan bahwa partisipasi aktif perempuan dalam tindakan ekstremisme meningkat sejak tahun 2014; seiring dengan berkembangnya organisasi teroris ISIS. Sementara itu, peneliti hukum dan HAM LP3ES, Milda Istiqomah, memaparkan bahwa keterlibatan perempuan dalam gerakan ekstremis menunjukkan peningkatan yang signifikan sejak tahun 2016. Sebelumnya, perempuan hanya bekerja di balik layar, seperti mengatur pendanaan jaringan serta melahirkan dan mengasuh anak-anak yang lahir di dalamnya. Anak-anak tersebut nantinya akan dididik untuk menjadi generasi penerus ideologi radikalisme yang orang tua mereka yakini. Kini, perempuan dapat mengemban tugas sebagai pemasok senjata, perakit bom, hingga pelaku aksi terorisme itu sendiri.

Umumnya, perempuan yang terlibat radikalisme merupakan istri dari laki-laki yang telah terlebih dulu terpapar paham tersebut serta berpartisipasi dalam aksi terorisme. Ideologi radikalisme kerap memanfaatkan nilai-nilai patriarki yang menyebutkan bahwa seorang istri sepatutnya patuh kepada kehendak suami selaku kepala keluarga. Kendati demikian, dalam beberapa kasus, perempuan yang terlibat gerakan ekstremisme masih berstatus lajang, seperti Zakiah Aini. Adapun Dita Siska Millenia dan Siska Nur Azizah yang pada tahun 2018 ditangkap karena merencanakan penyerangan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Kedua perempuan tersebut mengaku mempelajari ideologi ekstremisme melalui media sosial.

Perempuan dan Upaya Mewujudkan Perdamaian

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, pernah menyatakan bahwa “investing in women equals investing in peace”. Apabila kita ingin mewujudkan perdamaian, maka sudah saatnya kita mulai melibatkan perempuan sebagai agen perdamaian. Keterlibatan perempuan dalam upaya perdamaian dapat dimulai dari lingkungan sekitar atau akar rumput; terlebih karena tak jarang jaringan ekstremisme menyasar perempuan kelas bawah dan berpendidikan rendah untuk direkrut.

Baca Juga  Perempuan, Feminisme Islam, dan Toleransi Beragama

Sebut saja Direktur Asian Muslim Action Networks (AMAN), Ruby Kholifah, yang memprakarsai berdirinya sekolah perempuan di berbagai daerah di Indonesia dengan ibu-ibu lintas iman sebagai tenaga pendidik sekaligus peserta didiknya. Pelibatan ibu-ibu ini bukan tanpa alasan, karena dalam masyarakat kita yang secara umum masih meyakini paham patriarki; perempuan memiliki tugas untuk mengasuh anak-anak dalam keluarganya. Hal ini menjadikan mereka lebih dekat secara emosional dengan anak; serta menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak, hingga muncul pepatah bahwa perempuan merupakan guru pertama bagi anak-anaknya. Karenanya, penting untuk menanamkan paham toleransi dan inklusif dalam diri setiap perempuan agar mereka dapat mewariskan pemikiran tersebut kepada anak-anaknya.

Selain pendidikan perdamaian bagi kelompok ibu-ibu, AMAN juga menghadirkan pendidikan serupa bagi perempuan muda usia remaja dan dewasa awal bertajuk Girl Ambassador for Peace (GA4P). Gerakan yang diinisiasi berkat kerja sama AMAN dengan Global Network of Women Peacebuilders (GNWP) pada tahun 2017 tersebut memiliki tujuan untuk mendorong keterlibatan perempuan muda dalam upaya menyelenggarakan agenda perdamaian dan keamanan serta mewujudkan inklusivitas dalam kehidupan bermasyarakat. Mengusung tagar #SheBuildsPeace, GA4P aktif mengadakan diskusi, lokakarya, serta kompetisi karya bertema perempuan dan perdamaian. GA4P juga aktif menyebarkan informasi seputar isu gender dan perdamaian melalui platform media sosialnya.

*

Masih banyak lagi individu maupun kelompok di luar sana yang bergerak dalam agenda perdamaian dan toleransi yang sayangnya tak dapat saya sebutkan satu per satu. Namun, satu hal yang pasti ialah semua orang dapat menjadi agen perdamaian. Tak perlu memasang target muluk-muluk, karena mewujudkan toleransi dan inklusivitas dapat kita mulai dari lingkup terkecil dalam kehidupan. Selain itu, menjadi agen perdamaian tidak harus dengan mengambil peran sebagai guru, pemuka agama, atau aktivis yang turun ke jalan maupun melakukan advokasi secara langsung dengan pemerintah, institusi, atau kelompok yang terkait. Ada banyak cara yang dapat kita tempuh untuk menjadi agen perdamaian, misalnya membuat tulisan yang dapat menginspirasi orang lain untuk terlibat dalam upaya perdamaian.

Baca Juga  Pemberdayaan Perempuan sebagai Agen Perdamaian

Pada akhirnya, perdamaian dunia merupakan tanggung jawab semua orang, dan meskipun rasanya masih cukup jauh bagi kita untuk sampai ke sana, tetapi percayalah bahwa tak ada usaha yang sia-sia. Teruslah menebar perdamaian, teruslah menjadi pelita harapan di tengah masyarakat.

Referensi:

CNN Indonesia. 2021. Kronologi Penyerangan Mabes Polri oleh ZA. https://www. cnnindonesia.com/nasional/20210331205834-20-624646/kronologi-penyerangan-mabes-polri-oleh-za. Diakses 7 April 2022.

Rizal, Muhammad Fadli (Reporter) & Kevin S. Kurnianto (Penulis). 2018. Identitas Duo

Siska, Terduga Pelaku Teror yang Berbaiat ke ISIS. https://kumparan.com/kumparannews /identitas-duo-siska-terduga-teroris-yang-berbaiat-ke-isis/full. Diakses 7 April 2022.

Sugiyarto (Editor). 2018. Inilah Kronologi Bom di Gereja GKI Diponegoro Surabaya,

Berawal dari Kedatangan Wanita Berbaju Hitam. https://www.tribunnews.com /regional/2018/05/13/inilah-kronologi-bom-di-gereja-gki-diponegoro-surabaya-berawal-dari-kedatangan-wanita-berbaju-hitam. Diakses 7 April 2022.

Al-Habsy, Rayna Fauzan. Tanpa Tahun. Perempuan dan Aksi Terorisme di Indonesia. https:// suakaonline.com/perempuan-dan-aksi-terorisme-di-indonesia/. Diakses 7 April 2022.

Rahma, Andita. 2021. LP3ES Catat Peran Perempuan Dalam Jaringan Terorisme

Meningkat. https://nasional.tempo.co/read/1448618/lp3es-catat-peran-perempuan-dalam-jaringan-terorisme-meningkat. Diakses 7 April 2022.

Noor, Haula. 2021. Bagaimana Perempuan, Anak Muda Terlibat dalam Aksi Terorisme.

https://theconversation.com/bagaimana-perempuan-anak-muda-terlibat-dalam-aksi-terorisme-158378. Diakses 7 April 2022.

Penulis : A. Ranitta Kusumadewi (Mahasiswi sastra Inggris FIB Udinus)

Bagikan
Post a Comment