f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
toleransi

Membiasakan Pendidikan Toleransi Sejak Dini

Toleransi  merupakan sebuah sikap tenggang rasa, menghargai, membolehkan  baik itu pendapat atau pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan pendirian kita. Tidak mengejek teman yang memakai baju kesukaannya namun norak di mata kita adalah toleransi. Memberikan ruang duduk lebih banyak kepada orang gemuk tanpa mengeluh adalah toleransi. Tidak memprotes bayi tetangga yang menangis sepanjang malam juga termasuk toleransi.

Toleransi adalah awal terciptanya sebuah hubungan antara manusia yang sehat, aman dan nyaman. Sikap toleransi sangat diperlukan dalam kehidupan kita sebagi makhluk sosial karena setiap individu pasti memiliki perbedaan. Tanpa toleransi tentu akan muncul ketidaknyamanan, yang bisa memicu konflik kecil maupun besar. Mengingat betapa pentingnya sikap toleransi, sudah selayaknya kita menanamkan sikap ini sejak dini.

Lalu siapa yang harus menanamkan sikap toleransi sejak dini? Tentu saja orang-orang dekat dan yang paling sering bergaul dengan anak di usia dini mereka yaitu keluarga terutama ibu dan ayah. Peran keluarga dalam memberikan pendidikan toleransi dapat dilakukan dengan berbagai cara.

***

Cara yang pertama adalah melalui keteladanan. Anak memiliki kecenderungan meniru apa yang orang-orang di sekitarnya lakukan, baik itu hal positif maupun negatif. Karena itu sudah selayaknya kita memberikan contoh baik dalam bidang toleransi. Misalnya saja, ketika orang tua memiliki perbedaan pendapat. Cara orang tua menyikapi perbedaan tersebut baik itu dengan pertengkaran, atau dengan usaha saling memahami akan direkam oleh anak. Contoh lain, misalnya sikap orang tua saat menerima tamu dengan pilihan politik yang berbeda. Apakah orang tua akan berdebat dengan tamu tersebut atau lebih memilih untuk berdiskusi tanpa memaksakan pendapat akan menjadi refensi anak dalam menghadapi sebuah perbedaan di kemudian hari.

Baca Juga  Hukuman Kebiri Kimia Menuai Kontroversi, Benarkah Mencederai Eksistensi HAM?

Pendidikan toleransi di lingkungan keluarga bisa pula dilakukan dengan memberi pengertian pada anak saat ia berhadapan dengan sifat anggota keluarga yang kurang berkenan di hatinya. Misal bagaimana seorang kakak yang suka rapi harus menghadapi adik yang ceroboh. Kakak tentu sangat terganggu jika adiknya suka menaruh tas sekolah dan sepatunya di sembarang tempat. Di lain pihak adik sudah pasti tidak nyaman jika sang kakak terus-menerus mengkritik sikapnya. Di sini peran orang tua terutama ibu sangat penting dalam memberikan pengertian kepada masing-masing pihak. Kakak tentu saja berhak mengingatkan adiknya namun ia juga tidak bisa menuntut adiknya bisa serapi dirinya. Di sisi lain, adik juga harus diberitahu untuk bertanggung jawab atas barang-barangnya, serta bisa menerima masukan dari kakaknya secara positif.

Upaya mendorong anak untuk berteman dan bermain dengan anak-anak di sekitarnya bisa menjadi upaya melatih toleransi. Anak-anak tentu memiliki karakter yang bermacam-macam, dan sudah pasti nyaris tidak ada pertemanan anak tanpa sedikit pertengkaran. Banyak orang tua yang kemudian melarang anaknya bermain lagi dengan si A atau si B jika suatu ketika anak memiliki konflik dengan si A dan B. Padahal justru saat anak memiliki konflik dengan temannya adalah saat yang paling tepat untuk menanamkan sikap toleransi.

***

Misalkan saja, anak memiliki teman yang suka mengganggunya. Di saat ini ibu dan ayag bisa mengajak anak berfikir bagaimana cara menghadapi teman pengganggu. Pertama ajaklah anak untuk mencari penyebab mengapa teman tersebut bersikap seperti itu. Dengan mengetahui penyebabnya, misalnya saja bahwa ternyata teman tersebut seorang anak hiperaktif tentu anak akan lebih bisa memahami dan lebih siap menghadapi teman pengganggu. Lain kali jika temannya kembali berbuat ulah anak bisa  bersikap tegas tanpa memberikan stereotype negatif pada temannya. Syukur-syukur, anak kita bisa melakukan pendekatan terhadap teman hiperaktif  dan bisa menjadi teman baiknya. Tentu hal ini merupakan prestasi yang luar biasa.  Hal ini tidak akan bisa terjadi jika jika anak kita tidak bisa bersikap toleransi bukan?

Baca Juga  Indonesia Tahun 2021: Refleksi dan Hipotesis

Di era digital sekarang ini, tentu sangat mudah berkomunikasi dengan orang-orang dari luar daerah bahkan luar negeri. Tidak ada salahnya mebiarkan anak kita menjali perteman dengan anak-anak lain di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Memiliki teman dengan latar belakang budaya yang berbeda tentu merupakan tantangan tersendiri. Karena anak dari daerah lain seringkali memiliki karakter khas atau kebiasaan yang berbeda. Misal anak memiliki teman dari Padang. Kita ketahui bahwa karakter orang Sumatera adalah tidak suka bertele-tele dan cenderung berbicara apa adanya. Sementara orang Jawa lebih pemalu dan cenderung sungkan. Saat anak kita bergaul dengan anak dari Padang, bisa jadi ia akan sering tersinggung kata-katanya yang terkesan tanpa basa-basi.

***

Namun dengan kita memberi pemahaman yang benar, anak kita perlahan akan bisa mentoleransi karakter temannya tersebut. Namun ingat, saat anak kita berteman melalui media sosial, tentu orang tua harus selalu mengawasi untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan.

Jika di sekolah anak kita memiliki teman yang berbeda keyakinan, itu merupakan sebuah peluang untuk melatih sebuah sikap toleransi. Jika orang tua memberikan dasar pendidikan agama yang kuat tentu tidak perlu mengkhawatirkan anak akan berubah keyakinan. Justru dengan mengenal anak berbeda keyakinan, anak kita akan bertambah wawasan tentang agama lain, sekaligus semakin bersemangat mendalami agamanya sendiri. Sebab bukan tidak mungkin temannya bertanya-tanya seputar agama anak kita dan anak kita harus memberi jawabannya bukan? Selain itu, dengan memiliki teman berbeda keyakinan anak tidak akan mudah terprovokasi jika suatu saat menghadapi konflik yang memanfaatkan isu perbedaan keyakinan.

Pendidikan toleransi dalam keluarga merupakan hal yang sangat penting, sebab keluarga lah yang mampu memberikan wawasan yang benar saat anak menemukan berbagai macam perbedaan di rumah, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan toleransi berperan membangun karakter yang akan membantunya untuk siap terjun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang penuh kebhinnekaan.  

Baca Juga  Dibilang Jomblo? Santai aja Bestie!

Penulis : Umi Khasanah

Bagikan
Post a Comment