f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
bermedia sosial

Peran Female Influencer dalam Menjaga Kesejukan Bermedia Sosial

Kehidupan kita kini lekat sekali dengan media sosial yang mempertemukan kita dengan orang-orang baru. Media sosial sudah seperti wadah yang cukup mengontrol perilaku dan perspektif manusia melalui Bandwagon Effect; yakni istilah yang menggambarkan kecenderungan individu untuk mengikuti tren, gaya hidup, perilaku, cara bicara, cara berpakaian, dan cara memandang suatu hal. Contoh perilaku yang mencerminkan bandwagon effect yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah mengikuti pola diet yang sedang dijalankan para artis hingga membuat konten media sosial yang sedang ramai diperbincangkan.

Bandwagon Effect memiliki dua mata pisau, dampak positifnya adalah creator dapat mempengaruhi hal-hal positif terhadap pengikutnya; namun dampak negatif yang dapat terjadi ialah creator cenderung memberikan konten-konten destruktif atau negatif. Sebagai contoh nyata yang belakangan ini tengah ramai digandrungi para pengguna media sosial adalah tren fitur Add Yours yang beberapa waktu lalu viral di kalangan pengguna Instagram. Tren ini bisa mengungkapkan data pribadi yang mana bisa disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab.

***

Dalam bermedia sosial ada tekanan sosial dan psikologis yang membuat para pengguna secara tidak langsung “dipaksa” mengikuti suatu tren tanpa dua kali pikir panjang untuk mengikuti tren tesebut. Faktor sosial dan psikologis tersebut misalnya keinginan untuk diakui dalam suatu kelompok. Sebagai contoh, beberapa orang yang ikut-ikutan memakai model pakaian yang tengah viral karena teman satu kelompoknya memiliki pakaian yang sama. Perasaan takut dikucilkan muncul jika mereka tidak meniru apa yang sedang diganderungi dikelompok mereka; serta hasrat yang tinggi untuk diakui dalam satu kelompok tersebut.

Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah penduduk perempuan di Indonesia yang teregistrasi dalam database Susenas 2021 ialah sebanyak 113,54 jiwa, jumlah ini lebih sedikit dibanding penduduk berjenis kelamin laki-laki, yakni sejumlah 136,66 jiwa.

Baca Juga  Tips Move On dalam Islam
***

Meskipun jumlah perempuan lebih sedikit dibanding laki-laki, tetapi prosentase usia produktif laki-laki dan perempuan hanya selisih 0,21%. Mereka yang berada dalam rentang usia produktif rata-rata memiliki akses ke internet lebih mudah dibanding mereka dengan usia yang belum atau sudah tidak produktif (anak-anak dan lansia).

Hal ini menandakan perempuan-perempuan di usia produktif juga memiliki kesempatan untuk menciptakan pengaruh bagi lingkungan sekitarnya, termasuk warganet. Mereka dapat menciptakan tren, sharing gaya hidup yang sehat, hingga memberikan konten-konten positif yang dapat menciptakan kesejukan, kesetaraan dan keberdayaan. Salah satu peran yang dapat dilakukan oleh para perempuan produktif tersebut adalah dengan menjadi seorang influencer yang membagikan pesan positif; serta konten yang membangun dalam upaya menjaga kesejukan bermedia sosial pada masa bandwagon seperti sekarang ini.

***

Influencer dipandang sebagai pembawa pesan, pengetahuan/ informasi dan opinion leader (pemimpin opini) bagi warganet. Terutama female influencer, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial dibanding male influencer; terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Gizem dan Mine (dalam Asiati, 2018) sebagian besar pengguna media sosial perempuan dengan usia dan pendidikan yang beragam.

Tentunya ini kabar baik jika para female influencer menjadi panutan warganet dengan memanfaatkan Bandwagon Effect. Perlu kerjasama dari berbagai pihak untuk menghimbau para Female Influencer agar menjadi agen perdamaian melalui media sosial. Salah satu caranya ialah dengan adanya komunitas atau semacam organisasi kasual yang mana dapat menjalankan project bersama dengan satu tujuan positif, yakni perdamaian. Mereka tidak perlu kaku dalam penyampaiannya, tetap dengan gaya masing-masing dan dibalut obrolan santai tapi sarat makna.

***

Bentuk-bentuk kesejukan yang dapat dibagikan di media sosial cukup banyak, beberapa contohnya adalah tidak berkomentar yang bersifat provokatif, buruk, dan body shamming  di kolom komentar; tidak menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya; menghargai pendapat orang lain, tidak memprovokasi; memberikan pesan-pesan perdamaian, memberikan motivasi, dan masih banyak lagi. Mengingat banyak user media sosial juga berada dalam rentang usia remaja, di mana mereka mudah sekali terprovokasi dan mudah menyimpulkan, para Female Influencer sebagai agen perdamaian dapat menuntun para pengikutnya dengan cara teenager friendly, bukan menggurui namun lebih ke mengajak bergerak bersama.

Baca Juga  Kiat Adaptasi Bagi Pasangan Baru

Kabar baiknya, salah satu platform media sosial Tiktok kini sangat digemari warganet. Selain menghibur, Tiktok juga memiliki segudang jenis konten, kampanye, challenge dan kompetisi yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga negara. Salah satunya bekerjasama dengan Kemendikbud, dengan hastag #samasamabelajar; ratusan hingga jutaan konten edukasi dari berbagai bidang telah meluncur dan ditonton jutaan warganet. Platform ini memiliki kontribusi banyak dalam memberikan informasi maupun edukasi mengenai hal-hal yang tidak begitu umum tetapi penting dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, perlu adanya project yang bekerjasama langsung dengan Tiktok untuk menyebarluaskan perdamaian.

***

Telah banyak female influencer yang sudah berperan banyak untuk mewujudkan perdamaian, keadilan, pendidikan dan kesetaraan seperti Najwa Shihab, Maudy Ayunda, Vina Muliana, Kalis Mardiasih, Analisa Widyaningrum, Marshanda, Malala Yousafzai, Emma Watson, Angelina Jolie, Anggun, dan masih banyak lainnya yang sudah memberikan dampak positif. Kini saatnya, siapapun kita, mari ambil “jatah” untuk menyebarkan kesejukan melalui media-media yang kita miliki.

Salam sejuk bermedia sosial!

Daftar Pustaka

Asiati, Diah I., and Septadiyanto. “Karakteristik Pengguna Media Sosial.” MBIA, vol. 17, no. 3, 2018, pp. 25-36.

Penulis : Bayu Dharmala (Mahasiswa MA Teaching English as a Second Language (ESL) The University of Arizona, United States)

Bagikan
Comments
  • Maharani Devi

    Menurut sy influencer seperti “pemimpin” secara tidak langsung. Mengingat warganet didominasi anak-remaja, sampai-sampai ada istilah “bocil” di medsos. Maka dari itu mereka butuh panutan yg setidaknya memberikan dampak positif bagi diri mereka. Para female influencer biasanya dijadikan panutan style, cara bicara dan gaya hidupnya, alangkah baiknya untuk memberikan edukasi secara casual pada mereka untuk menciptakan kenyamanan dan kemanan sec online.
    Salam sejuk bersosmed !! Salam damai 🙂

    April 15, 2022
  • Emelaif

    Pemikiran yg bagus, baru ngeh kalau influencer itu OPINION LEADER!! Gas, semoga dibaca para influencer !!!

    April 15, 2022
Post a Comment