f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.

Mengenal FOMO dalam Perspektif Islam

Di era 4.0 saat ini, segala aktivitas manusia tidak terlepas dari dunia digital. Informasi dapat kita peroleh secara cepat hanya dengan melalui ponsel pintar atau perangkat digital lainnya. Hal ini memudahkan kita untuk terus mengetahui segala hal yang terjadi saat, kapan saja, dan di mana saja. Mungkin dahulu, jika seseorang ingin memperoleh informasi hanya bisa dengan membaca koran, buku, majalah, atau media cetak lainnya. Dengan berkembangnya dunia digital yang cukup mendunia, kini masyarakat bisa mengakses informasi dari berbagai platform media digital. Kini, masyarakat luas sudah banyak menggunakan media sosial.

Mengutip dari laman Kumparan.com, riset oleh we are social bertajuk “Digital 2021: Global Overview Reports” menyatakan bahwa pengguna media sosial jumlahnya meningkat lebih dari 13 persen dalam satu tahun terakhir. Dengan segala macam kecanggihan, kelebihan dan kebermanfaatan yang bisa kita rasakan dari sebuah perkembangan dunia digital, di sisi lain tentunya pasti ada dampak negatif yang muncul.

Hampir memasuki tahun baru 2022 yang akan berlangsung beberapa minggu ke depan, tidak terasa pandemi yang melanda saat ini pun akan memasuki genap usia dua tahun. Pandemi saat ini mengubah beberapa aktivitas manusia. Salah satunya adalah dengan beralihnya kegiatan yang bersifat offline menjadi online dan serba digital. Hal ini pun menjadi sebuah perasaan dilema; antara sebuah pilihan yang harus kita pilih dan sebuah tuntutan yang harus kita jalankan.

Dengan segala kecanggihan dunia digital saat ini serta kondisi pandemi yang terjadi, pada akhirnya membuat sebagian di antara kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk berselancar di media sosial. Penggunaan media sosial saat ini seperti pisau bermata dua; di satu sisi jika kita manfaatkan dengan tujuan dan cara yang baik maka akan berdampak positif. Namun sebaliknya, jika kita gunakan secara berlebihan justru akan membawa dampak negatif, atau justru akan menjadi bumerang bagi pengguna itu sendiri.

Baca Juga  Pancasila dalam Praktik Sehari-hari

Hal ini justru menimbulkan beberapa orang mengalami gejala kesehatan mental. Tak dapat kita pungkiri, kesehatan mental sangat penting untuk dijaga sebelum kesehatan fisik di masa pandemi ini. Karena jiwa dan pikiran yang sehat akan berdampak pada tubuh yang sehat pula.

***

Penggunaan media sosial secara berlebih selama pandemi karena berusaha mempertahankan relationship dengan orang lain dapat memunculkan masalah baru yaitu fear of missing out (Okabe-Miyamoto & Lyobimirsky, 2021). Sebagian dari kita mungkin masih ada yang belum mengetahui tentang isu kesehatan mental yang satu ini, yakni  fear of missing out atau biasa kita kenal dengan istilah FoMO.

Apa itu sebenarnya FoMO? Apakah penting untuk diketahui? Berbahayakah untuk perkembangan tubuh manusia? Apa dampaknya kepada kesehatan mental kita? Untuk itu mari kita ketahui dan ulas lebih lanjut terkait FoMO itu sendiri seperti apa. Tentunya ketika kita telah mengatahuinya, paham dan mengerti, kita akan dapat mengolah diri lebih baik lagi dari segi kejiwaan dan pikiran. Karena tak jarang di masa pandemi ini, membuat kita menjadi jauh lebih mudah terserang oleh kecemasan-kecemasan.

Mengutip artikel penelitian  dalam buletin riset psikologi dan kesehatan mental,  Fear of missing out merupakan suatu kekhawatiran, kecemasan, serta kegelisahan saat orang lain mungkin memiliki pengalaman berharga. Hal ini diidentifikasi sebagai keinginan untuk terhubung melalui media sosial secara terus menerus (Przybylski dkk, 2013).

FoMO diidentifikasi sebagai suatu kecemasan sosial yang ditandai dengan hasrat pada individu agar dapat selalu teroneksi dengan kegiatan orang lain (Przybylski dkk, 2013). Adanya keinginan untuk terus memantau kegiatan orang lain melalui media sosial, jika tidak memantau kegiatan orang lain maka individu akan menderita gangguan kecemasan sosial seperti mengalami minder, ternistakan, depresi serta merasa tidak memiliki teman sebab tidak merasa terhubung dengan orang lain (Shodiq dkk., 2020).

Baca Juga  Spirit Hijrah, Pancasila dan Kemerdekaan

FoMO yang berlebihan dapat memberikan dampak seorang individu akan terus memantau kegiatan yang orang lain lakukan sehingga individu akan terus menerus melihat media sosial mereka. Selain itu, FoMO juga ditandai dengan selalu melihat notifikasi di dalam ponselnya. Hal ini akan membuat individu selalu memeriksa dan melihat notifikasi ponselnya (Przybylski dkk, 2013).

***

Tentunya dari dampak tersebut menjadikan diri kita kurang produktif, karena hanya sibuk memantau kegiatan orang lain yang tidak sama sekali bermanfaat. Hal tersebut perlu kita cegah dan jika sudah teridentifikasi mengalami FoMO perlu kita sadari dan perlahan-lahan mulai kurangi segala hal yang mengarah pada timbulnya FoMO.

Fenomena FoMO tidak terjadi pada zaman ini saja, dahulu meskipun belum adanya media sosial tentunya sudah ada fenomena semacam ini. Hanya yang berbeda dari segi istilah dan ruang lingupnya saja. Namun secara substantif kurang lebih sama. Jika kita lihat dari perspektif Islam, hal ini mengarah pada sifat hasad (iri hati); yaitutidak mampu mengikuti atau memiliki sesuatu yang orang lain miliki.

Jika hal ini terjadi, pada akhirnya menimbulkan kecemasan yang berlebih atau bahkan rasa kesal dan gelisah dalam hati. Padahal sudah jelas di dalam Al-Quran itu sendiri Allah memerintahkan kita untuk tidak iri hati. Hal tersebut sudah tercantum dalam surah An-Nisa ayat 32. “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagaian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa : 32).

Terkadang kita sering lupa bahwa sesungguhnya Allah telah menjelaskan beribu-ribu tahun silam di dalam Al-Quran sebelum istilah FoMO ini muncul. Masalah iri hati ini memang pasti akan rentan terjadi pada manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Secara istilah memang boleh berbeda, namun hakekat value yang diajarkan itu sama. Untuk itu Allah telah memberikan pula solusi dan obat untuk mencegah hal tersebut.

Di dalam ayat lain pun Allah menjelaskan agar kita terhindar dan tidak terjebak dalam perasaan hasad atau FoMO ini. “Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Hijr: 88). Jika hidup kita selalu berlandaskan dengan nilai dan aturan Al-Quran, InsyaAllah segala permasalah dunia akan mudah kita hadapi.

Bagikan
Post tags:
Post a Comment